a choice that change my life

Selasa, 30 Oktober 2012

Dua Kali, Gratisan ke Grand Palace dan Wat Arun

Sedih itu ketika kamu berada di tempat pariwisata tersohor di dunia namun kamu tidak dapat mengunjunginya. Hal itu kurasakan saat sebulan pertama di Thailand. Aku harus ngiler-ngiler melihat upload-an foto teman-teman yang melancong ke Thailand. Apalagi kalau foto itu di upload pas aku sedang mid exam. Cuma bisa meringis dalam hati, lha aku aja yang sebulan disini belum pernah jalan-jalan. Hari-hari yang menjenuhkan setelah mid exam terhapus oleh kegembiraan berjalan-jalan disekitar Bangkok. Tawaran ini datang dari temanku, Fang. Dia juga mengajak teman-teman lain dari Nepal, Pakistan, Filipina, Myanmar, dan Cambodia yang berasal dari jurusan lain. Aku (Indonesia), Fang (Thailand), First(Thailand), Phipi (Thailand), Nina (Filipina), Tooba (Pakistan), Mridula (Cina-Nepal), Anaanta (Nepal), Subath (Nepal), dan Sambath(Cambodia) bergabung menjadi satu grup jalan-jalan. Akhirnya teman-teman Thailand menjadi semacam pemandu untuk tujuan Grand Palace dan Wat Arun.

Kita berangkat dari AIT menuju Victory Monument di Bangkok dengan naik bis no.29, bayarnya 20 Baht untuk perjalanan sekitar 1,5 jam. Lalu dari Victory monument menuju Grand Palace dengan naik taxi, urunan sekitar 25 Baht. Rasanya senang sekali akhirnya bisa mengunjungi tempat pariwisata di Thailand. Start pertama bukanah di Grand Palace, namun di Wat Arun. Kita berjalan memutari Grand Palace, pasar ikan kering, dan naik boat menyebrang sungai Chao Phraya. Tiket naik boat hanya 3 Baht. Dari kejauhan sudah terlihat Wat Arun di seberang sungai. Gelombang sungai Chao Phraya lumayan besar tapi untung aja penyebrangan hanya memakan waktu 5 menit.
Wat Arun (bahasa Thai: วัดอรุณ, Candi Fajar) adalah candi Buddha (wat) yang terletak di distrik Bangkok Yai di Bangkok, Thailand, tepatnya di barat hulu sungai Chao Phraya. Nama panjang dari candi ini adalah Wat Arunratchawararam Ratchaworamahavihara (วัดอรุณราชวรารามราชวรมหาวิหาร). Wat Arun Rajwararam atau Temple of Dawn, diberi nama setelah Aruna, India God Dawn. Wat Arun dianggap salah satu yang paling terkenal dari banyak landmark di Thailand. Untuk turis asing, biaya masuk ke sini mulai dari THB 50 (per September 2010). (http://id.wikipedia.org/wiki/Wat_Arun)
Disini aku hanya berjalan berputar-putar dan mengambil foto. Sedangkan teman-temanku yang beragama Buddha berdoa dengan cara menyalakan dupa dan lilin. Tooba, temanku yang muslim juga iseng-iseng ikut menyalakan lilin. Aku sih ga berani meski hanya iseng. Arsitektur temple di sebelah Wat Arun didominasi warna emas dan patung-patung budha. Sedangkan Wat Arun sendiri adalah bangunan tua dengan ukiran dan lukisan di temboknya, warnanya didominasi abu-abu, lalu ada semburat merah, hijau, dan biru. Jika ingin masuk kesini harus mengenakan baju sopan yaitu bawahan panjang. Anaanta saat itu yang memakai hotpants dilarang masuk ke komplek, akhirnya kita memutuskan untuk tidak masuk ke komplek Wat Arun.
Lorong di temple Wat Arun
Naik boat di sungai Chao Phraya

Aku,Tooba, dan Fang

Patung emas




Burung disekitar Wat Arun

Mendung menggantung saat kita menyebrang sungai dengan boat. Kita berjalan dengan angin kencang menuju food court kaki lima yang terletak di samping Grand Palace. Saatnya makan siang. Sebenarnya di menunya tertulis babi, sedangkan aku memesan nasi goreng cumi. Aku sebisa-bisanya menghindari makanan Thailand yang terdapat menu haram. Tapi ya gimana lagi, sepertinya susah menemukan makanan tanpa menu babi. Aku menghindari daging haram dengan cara memesan seafood atau telur (tak ada pilihan lain).

Makan di kaki lima

Makan makan

Setelah hujan reda, kita melanjutkan jalan kaki ke Grand Palace. Suasana setelah hujan sangat nyaman bagiku, sejuk.
The Grand Palace (Thai: พระบรมมหาราชวัง, RTGS: Phra Borom Maha Ratcha Wang) is a complex of buildings at the heart of Bangkok, Thailand. The palace has been the official residence of the Kings of Siam (and later Thailand) since 1782. The king, his court and his royal government were based on the grounds of the palace until 1925. The present monarch, King Bhumibol Adulyadej (Rama IX), currently resides at Chitralada Palace, but the Grand Palace is still used for official events. Several royal ceremonies and state functions are held within the walls of the palace every year. (source: http://en.wikipedia.org/wiki/Grand_Palace)
 Tiket masuk ke Grand Palace untuk turis asing adalah 400 Baht (setara dengan Rp 120.000,-) sedangkan untuk warga negara Thailand adalah gratis. "Fang, gimana kalau aku menyamar jadi orang Thailand biar masuknya gratis :p ," kataku pada Fang. "Ide bagus," ujar Fang. Lalu dia mengajarkan kata-kata dalam bahasa Thailand yang artinya Aku orang Thailand. Maklum wajah orang Asia Tenggara mirip-mirip, apalagi di Thailand selatan didominasi muslim yang wajahnya semacam aku. Sedangkan wajah orang Asia tengah seperti Nepal dan Pakistan tak bisa menggunakan trik ini.

Fang dan aku di depan Gran Palace


Berita menggembirakan dipublikasikan oleh teman-teman Thailand setelah mereka bertanya pada counter tiket. Para pemegang kartu student di Thailand bisa masuk ke Grand Palace dengan gratis. Hip hip huraaay, aku bersorak gembira bisa menghemat 400 Baht. Maklum pada saat itu beasiswaku belum turun. Kami, warga negara asing mengantri di barisan bertuliskan "Thailand". Petugas memeriksa kartu student satu persatu. "Apa bahasa Thailand untuk terima kasih," tes bahasa Thailand dadakan oleh security Grand Palace. "Khaponkha," seru kami bersamaan.


Terbang :p

Monk

Grand Palace


Grand Palace merupakan istana kerajaan Thailand. Didalamnya berisi belasan wat/ temple, banyak tempat tertutup yang dikhususkan untuk raja. Beberapa acara resmi terkadang diadakan di Grand Palace. Bagunan khas Thailand berwarna emas yang dulu hanya kulihat di gambar buku pariwisata, kini berdiri dihadapanku. Beberapa bangunan bergaya arsitektur Eropa-Thailand. Herannya temanku yang Thailand ternyata belum pernah ke tempat ini. Parah -__-a



Bangunan Thai-Eropa

Nges krim di Victory Monument

Aku pergi ke Chiangmai selama lima hari senin-Jumat untuk field trip, tepat sehari setelah jalan-jalan ke Bangkok. Teman-teman Indonesia yang sebagian besar telah selesai mid exam mengajakku ke Bangkok (lagi) untuk pergi ke Grand Palace (lagi) pada hari Sabtu (tepat setelah field trip). Buset,,gempor. Tapi kuiyakan aja ajakan mereka kerena memang aku orang pertama yang pernah ke Grand Palace. Jumat malam sepulang dari field trip, aku pulang ke dorm N103. Tempat tinggalku sebelum field trip adalah TU Dome (semacam apartemen). Teman-teman mengusungi barangku ke dorm baru saat aku field trip. Otomatis malam itu, aku segera menata barang-barangku di dorm baru.

Esoknya berangkat ke Bangkok dengan charter van dan turun di Grand Palace. Aku menjadi guide dan mengajak mereka ke tempat yang sama seperti seminggu sebelumnya. Mukaku saat itu semacam pucet, lha gimana, diputer-puter selama 6 hari berturut-turut. Perbedaan jalan-jalan dengan orang mancanegara dan Indonesia:
1. Orang Indonesia sangat menampakkan kegembiraan (lonjak-lonjak gembira) saat mengetahui bahwa kartu student bisa digunakan untuk masuk gratis ke tempat wisata. Yah maklum, kita semua saat itu belum menerima beasiswa. Kita hanyalah mahasiswa pas-pasan yang menghemat uang hutang, sangu dari ITS. Mereka menamakan student card adalah kartu ajaib. Sedangkan aku bilang itu kartu paket wisata :p. Berbeda dengan temanku yang berbeda negara, mereka cume senyum standar saat tahu bisa masuk gratis.
2. Orang Indonesia (termasuk aku) suka sekali foto dan jalannya lelet gara-gara kebanyakan berhenti untuk foto. Apalagi yang di upload di facebook. Masya Allah, satu orang fotonya bisa hampir 100 dari berbagai kamera. Pantesan photos of me di facebook ku awalnya kurang dari 1000, sekarang menjadi lebih dari 1000. Kebanyakan foto dengan teman-temanku dari Indonesia. Beda sekali dengan temanku dengan negara lain, mereka malah tidak suka jika fotonya di upload apalagi di tag. Ternyata emang orang Indonesia itu narsis, termasuk aku sih (jujur banget).

Perempatan Grand Palace

Gedung Pertahanan

Zjahrah, roomateku dan aku di boat sungai Chao Phraya

Grup photo

Kenalan dengan bule dari Jepang

Pemandangan Chao Phraya dari puncak Wat Arun

Tangga di Wat Arun


Es Degan di kaki lima Grand Palace (25 Baht)

Kali ini aku bisa masuk ke Wat Arun dan mendaki sampai tangga tertinggi. Kebanyakan anak-anak tidak berani mendaki sampai puncak karena tangganya yang curam. Pemandangan yang terlihat dari puncak adalah sungai Chao Phraya yang dilatarbelakangi bangunan Grand Palace dan gedung di Bangkok. Setelah dari Wat Arun, kita lanjutkan ke Grand Palace. Aku mengulang jalur yang sama seperti minggu kemarin.

Grand Palace (Fitri-Elita-Zjahrah-Sani)

Di depan pintu masuk Grand Palace

Elita,Zjahrah


Turis lagi sibuk BBan (Fitri-Sani)

Pinjem kacamata :p

Foto sama Pak penjaga Grand Palace

Bangunan gaya Eropa




Tujuan akhir adalah KBRI, kami naik taksi dari Grand Palace. Ternyata kemacetan di Bngkok lumayan parah di beberapa titik. Kami ke KBRI untuk mengikuti acara perpisahan beberapa atase yang telah habis masa jabatannya. Padahal sebenarnya kami mencari masakan Indonesia gratis. Hohoho,,,kasian Pak mahasiswa belum dapat beasiswa :p. Sungguh menyenangkan bisa makan rawon malam itu bersama orang-orang Indonesia.
Wajah mahasiswa kelaparan di KBRI

Para penunggu masakan Indonesia.

Read More

Minggu, 28 Oktober 2012

Pesta Bir dan Susu

Tak kusangka, akhirnya aku bisa melihat apa yang dinamakan bir. Maklum anak alim jadi-jadian sepertiku tidak pernah berdekatan dengan bir , kecuali saat di Bali melihat ada remaja laki-laki minum bir di bilyard.

Hari ketiga field trip, Profesor Kumar mengemukakan ide untuk saling mengenalkan diri di depan umum, saking bosannya duduk di bis berjam-jam. Sembari mengenalkan diri didalam bis, kita diminta untuk talent show. Orang pertama yang dipanggil adalah Fang. Dia teman sekelasku yang lucu dan cantik. Selama field trip berlangsung, dia selalu sekamar denganku. Dia menyanyikan lagu dalam bahasa Thai yang entah apa maksudnya. Lalu, dia diminta untuk menunjuk orang lain untuk talent show berikutnya. "Elita," sahutnya khas dengan penyebutan E seperti A. Sial. Tidaakkk. I hate talent show..Akhirnya ta awur-awur aja nyanyi lagu One Direction "What makes you beautiful" dan Jason Mraz "I'm yours". Jyohh isin, udah ga hapal lagunya, suaraku cempreng.

"Elita, you must join with us this night. Singing together," ujar P-nit (P adalah panggilan untuk senior dalam bahasa Thai), yang juga selalu sekamar denganku selama 2 hari. Malam itu, kita menginap di apartemen daerah Mae Moh, dekat dengan coal power plant dan penambangan batu bara. Seruangan ada dua kamar tidur dan ruang tamu. Satu kamar tidur berisi dua kasur dan kamar mandi. Aku sekamar dengan Fang dan disebelahnya kamar P-Nit dan P-wen. P-Wen dan P-Nit berasal dari bidang lain di jurusan Energy. P-Nit terlihat dewasa dan ceria dan P-wen jenis kakak cantik dan imut.

Setelah mandi dan sebagainya, sekitar jam 9 malam kita (aku, Fang, P-Nit, P-wen) main ke kamar sebelah, kamar anak-anak cowok. Di ruang tamu, ternyata sudah berkumpul beberapa orang. Mungkin sekitar 10 orang lebih. Kami duduk melingkar, saling berbincang-bincang. Terkadang mereka lebih sering berbicara bahasa Thailand dan itu membuat aku, Subath (Nepal), dan Aung (Myanmar) berekspresi kosong. Saat mereka berhenti berbicara aku bilang " Do you have subtittle?". Mereka langsung tertawa dan berseru "Oh, we must speak in english. So they can understand,".

Selang beberapa menit. Took memberiku cola, dan beberapa anak mengambil cola dan sprite. Setelah itu mereka mengeluarkan berbotol-botol bir jenis Tequilla. Lebih dari lima botol tequilla dituang kedalam gelas plastik bersama es batu. Oh God, what is it -ujarku dalam hati. Tapi entah kenapa aku tetap bertahan di tempat itu, percaya dan merasa nyaman dengan mereka.

Flashback. Saat pertama kali hidup di Thailand, Cupa mengingatkanku "Hati-hati di Thailand. Aku dengar-dengar disana berbahaya. Hati-hati dengan orang laki-laki juga," ujarnya. Namun aku tidak menemukan tingkat bahaya di lingkungan teman-temanku sejurusan. Mereka sangat menghargai perempuan, bahkan dalam opiniku, mereka lebih sopan daripada teman-temanku di Indonesia. P-M (nama orang) mengantarkanku sampai ke dome, saat kami harus kerja kelompok sampai dini hari. Bahkan pernah aku mau naik taxi gara-gara udah ga kuat begadang tapi P-M langsung menyelesaikan tugasnya dan berkata "I will take you". Jika aku mencari tempat duduk saat di kelas, siapapun akan menggeser kursi jika aku akan duduk disana (seperti laki-laki yang meggeser tempat duduk untuk perempuan saat dinner). Saat akan keluar masuk kelas, siapapun akan menahan pintu untuk perempuan. Gentlemen banget. "Huuu mereka pedekate sama kamu," kata Cupa. Pedekate yak apa, lha mereka juga berlaku gitu untuk semua perempuan =__="

Mereka juga menghargai agamaku. Menanyakan apa yang tak boleh kumakan. Memberi tahu mana yang halal. Memberiku waktu untuk menjalankan ibadahku. Kadang mengingatkanku "Elita, you don't pray?". Padahal saat itu aku sedang menstruasi -,-

Karena sebab musabab diataslah, aku masih merasa nyaman bersoasialisasi dengan mereka. Namun tentu saja aku tetap menjaga jati diriku, agamaku, dan nusa bangsaku (hehe). Kembali ke pesta bir. Mereka memegang gelas bir, ditengahnya terdapat snack. Terkadang kita toss bareng, aku tos dengan colaku :p . Kita bernyanyi-nyanyi diiringi gitar. Bergembira dengan nyanyian.

Saat tengah menyanyi. Pintu ruangan digedor begitu keras. Dok-Dok-Dok. Saat dibuka ternyata Stevan, teman sejurusanku yang berasal dari Indonesia. Woooo I die. Stevan langsung marah-marah ga karuan didepan pintu. Lalu nunjuk-nunjuk aku. "Elita. She's from Indonesia too. Why you so close? and didn't invite me," katanya dengan nada tinggi. "What's wrong with me guys?" tanyanya. Triing wajahku pucet. Aku ga ngerti apa-apa lha.

Anak-anak laki-laki langsung menangani Stevan dan berbicara baik-baik dengan stevan di luar ruangan. Aku  yang masih di dalam ruangan hanya bisa diam. Saat aku sudah bisa berpikir (biasanya ga pernah mikir), aku bilang "Ok. Let me talk with Stevan,". "No. Elita stays here. It isn't your fault. Let's them solve the problem," kata P-wen dan beberapa teman lain. Namun tetap saja aku keluar dari ruangan berniat menemui Stevan. Tapi aku tidak bicara sepatah katapun. Aku menunggu Stevan melakukan diskusi ngotot bersama teman-teman Thailand. Lalu mereka berpelukan (bukan homo), artinya kesepakatan telah dicapai.

"Udah ta stev? ayo ngomong sama aku kebawah," ujarku, saat itu posisinya di apartemen lantai 3. Lalu aku membeli susu dan menyerahkannya pada stevan. Jam 11 malam, diskusi sambil minum susu bendera. "Mereka itu ga mau diajak kerjasama. Diskusi sendiri pakai bahasanya. Kadang nyembunyikan ilmunya," celoteh Stevan. "Kok mereka mau ngajarin aku ya," bantahku polos. "Iya. Kamu lak an. Apalagi kamu deket dengan Fang," kata middle manager di perusahaanya ini. Bla bla bla [Sensor pembicaraan]. Perbincangan berakhir setengah jam kemudian tanpa hasil yang jelas.

Aku berjalan kembali ke ruangan anak-anak yang melanjutkan pestanya. Kulihat 1 missed call dari Fang. Saat aku sampai di ruangan, mereka menantiku dengan wajah cemas. "I'm safe," ujarku bercanda. Lalu aku meminta kunci kamar ke Fang. "I to want sleep," ujarku. Saat itu kepalaku rasanya pusing dan berat.

Teman-teman tetap melanjutkan pestanya dan aku gelundungan dengan nyaman di tempat tidur. Aku merasa pusing namun tidak bisa tidur. Sekitar jam setengah satu pagi, Fang masuk ke kamar. Dia melihatku "Elita, you didn't sleep?" tanyanya. "No. I feel dizzy," kataku. Aku pikir karena menghirup bau alkohol, jelasku. Kamu mencicipi alkohol? tanya Fang. Tentu saja tidak, jawabku. Lalu dia tertawa, aku tertawa. Aku cupu seru, baru seruangan sama bir saja sudah pusing.

"Are you drank?" tanyaku pada Fang. "A little bit. Take care of me," jawab Fang. Tapi esoknya, malah Fang yang membangunkanku. Haha parah...



Hari keempat, kita mengunjungi Mae Moh Power Plant dan penambangan batu bara terbuka. Aku menikmati waktuku di sana. Melihat taman indah bekas tambang batu bara. Mempelajari seluk beluk power plant. Bermain seluncuran di bukit. Berbincang dengan teman-teman di bis.

Malamnya kita menginap di Nakhon Sawan. "Do you want to join party this night?" tanya P-Nit. "Alcohol again?," balasku histeris. "No, milk party," jawabnya. Ok, aku seneng-seneng aja kalau susu. Aku suka minum susu, 4 sehat 5 sempurna. Malam itu, kita juga merayakan ulang tahun P-wen dengan membeli kue tart.

Kami berkumpul di kamar Kanoon. Minum susu dan makan kue tart bersama. Lalu bermain kartu, ternyata permainan kartunya tak jauh beda dengan di Indonesia. Kita bermain tuyul-tuyulan atau setan-setanan. Gara-gara kue tart nya masih banyak, akhirnya diputuskan siapa saja yang kalah wajib memakan sepotong tart. Rasanya lucu melihat teman-teman melotot sambil memakannya kareana sudah enek. Untungnya aku tak pernah kalah sekalipun. Permainan kartu berakhir saat potongan kue tart habis.

Pesta bir dan susu. Pertemanan. Kegembiraan. Perselisihan. Toleransi. Semuanya melebur selama lima hari field trip.
Read More

Jumat, 26 Oktober 2012

Biodiesel (Technology and Promotion Department)

Sebenarnya ini tugas report, tentu saja foto yang kumasukkan ke tugas bukan ini.

Objective: 

· To know how make biodiesel.
· Effect utilization biodiesel to environment. 

Observation: 

Biodiesel processing equipment to make biodiesel.




Details: 

Community in Lampoon change waste cooking oil to biodiesel. Biodiesel is vegetable oil- or animal fat-based diesel fuel consisting of long-chain alkyl esters. Biodiesel is typically made by chemically reacting lipids. Biodiesel is be used in standard diesel engines and converted diesel engines. They got the instrument for making biodiesel from government in 2006.

The community buys waste cooking oil from snack industry, 10 baht per liter. They mix 100 liter cooking oil with 1 kilogram potassium hydroxide and 20 liter methanol. Then mixture liquid heating in 1 hour with temperature 50-60 degree Celsius (Figure 4c). The liquid mixture, settling in four hour to get biodiesel and glycerin. Glycerin have high density than biodiesel, it takes the bottom of tank. The glycerin relieved by drain the bottom tank. But it still contain the glycerin, they take pure biodiesel use water. Water pumps in blue tank (Figure 4b) and takes the biodiesel. They repeat this step in 6 tanks. It’s need 600 kilogram water to clean 100 kilogram biodiesel.

They get 60-70 kilogram biodiesel by processing 100 kilogram waste cooking oil. They can produce 200 liter biodiesel everyday. Biodiesel have a lifetime one week, after that property will change. Although biodiesel is main product, they can sell glycerin to cosmetic industry.

They show combustion between biodiesel and diesel. Biodiesel have a lower smoke than diesel with the same quantity of fuel. It means biodiesel have a better effect to environment than diesel.

Impression: 

Change waste cooking oil become biodiesel is good solution to reduce waste from industry. It also has good properties for fuel.

Conclusion: 

Biodiesel is vegetable oil- or animal fat-based diesel fuel consisting of long-chain alkyl esters. Biodiesel is typically made by chemically reacting lipids. Biodiesel is better than diesel in effect for environment, because it have small quantity of smoke.
Read More

Hydro Power Plant, Bhumibol Dam

Sebenarnya ini tugas report, tentu saja foto yang kumasukkan ke tugas bukan ini.

Objective: 

To know how generate hydropower in Bhumibol Dam.
What the benefits of Bhumibol Dam. 

Observation: 

Hydro Power Plant and Bhumibol Dam.
Distribution system of hydro power plant
wind turbine
Control room
me :p
Bhumibol Dam

Group Photo

Details: 

Bhumibol dam (Figure 1f) is a largest and multipurpose dam in Thailand. It is a concrete arch dam on Ping river, part of Chao Phraya river with 54 m high, 486 m long, and 6 m wide. The capacity is 13462 million cubic meters. The project covered and construction of a dam later and named “Bhumibol” by the royal permission. Bhumibol dam located at Khao Kaew, Sam Ngao dsitric, Tak Province. It has 4 functions: protect city through maintain Cho Phraya river, water supply, reservoir has served as a fish breeding ground, and generate electricity by hydro power plant.

The Bhumibol Hydro Power Plant contributes 5% of electricity in Thailand. It has total capacity of 779,200 kW. It consisting of 8 generating units: 6 generating units of 82,200kW, 1 unit of 115 kW, and 171,000 kW. The Lower Mae Ping Dam is 8 m high, 300 m long and has a storage capacity of 5,000,000 m3. In off-peak hours, the one pump-turbine returns water back into the Bhumibol (upper) reservoir and when demand is high, the pump serves as a generator for power production.

They maintain turbine and generator 25 days in 3 years. The operation in Bhumibol Hydro Power Plant monitoring and control by EGAT with SCADA.

Impression:

The function of Bhumibol Dam not only generate electricity, but also important to environment (control the water in Chao Phraya, reserves for fish breed) and local economic (water supply for agriculture).

Conclusion: 

The Bhumibol Hydro Power Plant generates electricity use hydropower from Bhumibol Dam. Water will through the turbine and produce electricity. When they have exceeded electricity, it be use for pumped back the water from lower reservoir to upper reservoir. Bhumibol dam has 4 main functions: generate electricity, protect the city by control level on Ping River, reserves for fish breed, and water supply.
Read More

Wind Turbine, Electric Generating Authority of Thailand (EGAT) Packhong

Sebenarnya ini tugas report, tentu saja foto yang kumasukkan ke tugas bukan ini. Just for share :)

Objective: 

To know how to generate electricity from pumped storage power plant.
To know how to generate electricity from wind turbine. 

Observation: 

Wind turbine and water storage for hydropower.
Wind turbine

Grup photo

EGAT Packhong

me :p


Details: 

Lam Takhong Pumped Storage Power Plant is first and only underground power plant in Thailand. It is located at area between Pak Chong district and Si Kiew district in Nakhon Ratchasima province. Hydro power takes from Lam Takhong Dam. The dam was originally built in 1974 for irrigation and water supply, they started use pumped storage power plant in 2004.

The electricity are generate from conventional hydro power and pumped storage power plant. The pumped storage power plant is operated by using exceed electricity when the demand for electricity is low, when midnight until early morning. The exceed electricity use to pump water from lower reservoir to upper reservoir via two 650 m (2,133 ft) long, 6 m (20 ft) diameter penstocks (Figure 2b). The power station is a pumped-storage type and contains two 250 MW reversible pump-generators. Then the water passes turbine to generate electricity during peak demand period, morning until night. The water from turbine sent back to the dam and generates electricity with conventional hydro power.

There are four advantages of pumped storage power plant:
- Energy production: Maximum power from Packhong power plant is 1000MW and it generates energy 4000 million kWh per year.
-Energy accumulation process: Pumped storage power plant haves high efficiency because they pumped water during low demands period and release water during peak period.
-Decrease the investment: the power plant only requires small construction area, about 2 km2.
-Optimum use of water: they pumped water from lower reservoir to upper reservoir and release again to lower reservoir. So they don’t waste the water.
-Stabilization of power system in northeastern region.

Beside the hydropower, EGAT Packhong have wind turbine (Figure 2a). Wind in this area have velocity 6m/s until 10 m/s, it is higher three times in the night. Wind turbine has vertical axis, it generate electricity 0.5 MW. They install 3 wind turbines and generate 1.5 MW. Wind rotate propeller and it rotate turbine and then generator to produce electricity.

Impression: 

Pumped storage power plant is brilliant idea to get energy from water during peak period. Combination of hydropower and wind turbine is good way to take advantages from variant renewable energy in Packhong because it has big river and high velocity of wind.

Conclusion: 

· Pumped storage power plant uses exceed electricity in low demand to pump water to upper storage and then use it in peak demand to generate electricity. Wind turbine generates electricity depend on wind velocity.
Read More

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena