a choice that change my life

Minggu, 26 Mei 2013

10 Hal Baru Saat Kuliah di Thailand

Sepertinya blogku ini bisa meracuni orang untuk mengikuti jejakku yang sedikit menyimpang yaitu travel, alih-alih kuliah. Sebenarnya gak begitu juga. Kalau ditanya saya niat kuliah? Pastinya. Lantas kok bisa jalan-jalan terus? Bisalah lah jalan-jalannya kan pas weekend. Kecuali saat di Kamboja, itu memang libur hari raya Thailand selama 5 hari. Jadi sama halnya saat kuliah di Surabaya. Bedanya kalau di Surabaya pas weekend, jalan-jalan di Mall. Kalau di Thailand, jalan-jalan ke Bangkok atau sekitarnya. Jadi sama saja kan?

Sebenarnya kuliah diluar negeri itu tak selalu enak (curhat nih ye :p). Acapkali mengerjakan tugas sampai malam. Begadang semalaman sebelum pembimbingan. Di'habisin' saat presentasi. Tapi buat apa toh diceritakan mengharu biru. Malah bikin orang lain yang mau kuliah di luar negeri jadi low motivation. Toh pada akhirnya semua perjuangan menyedihkan itu pasti akan berakhir menyenangkan. Hanya menunggu saatnya saja. "Setiap kesusahan pasti disertai kemudahan"-Al Insyrah.

Maka dari itu, di posting ini kuceritakan hal-hal baru saat kuliah di Thailand (yang menyenangkan =P)

1. Menari di Pentas Seni Welcome Show dan Cultural Show   




Aku tak pernah membayangkan menari didepan umum apalagi didepan bule. Nah mau tak mau, ini harus aku lakukan demi membela harkat dan martabat bangsa Indonesia, yaitu tampil di pentas seni AIT sambil membawa nama Indonesia. Pertama kali tampil adalah di Welcome Show dengan tema tari kontemporer ( http://elitachoice.blogspot.com/2012/11/semangat-iwak-peyek-dari-in-do-ne-sia.html ). Kami menyatukan tarian khas Kalimantan dan tarian khas Papua. Meski kalah dari Sri Lanka, kami tetap gembira dapat membawakan tarian dari Indonesia. Video tari: http://www.youtube.com/watch?v=BJt23vPARXA&feature=youtu.be



Kali kedua, entah apes atau memang tidak ada orang lain lagi, aku menjadi bagian dari tari kontemporer di Cultural Show. Kami menggabungkan tarian tradisional Indonesia dengan background lagu Chrisye lalu musik melow semacam China dan dilanjutkan dengan musik country. Persiapan hanya dilakukan selama dua minggu jadi maklum saya kalau hasilnya semacam awut-awutan. Apalagi lagunya tiba-tiba berhenti ditengah jalan pas kami menari. Sialnya waktu lagu itu berhenti, posisinya garis lurus menghadap penonton dan posisiku adalah yang terdepan (maklum paling pendek). Saat aku sadar lagunya mandek, aku cuma bisa meringis senyam senyum ke penonton yang disinari lampu temaram. Dan panitia memutuskan untuk meng cut penampilan pertama kami dan kami akan mengulang penampilan tari sekali lagi. Apes dah. Berikut ini rekaman tari kami: http://www.youtube.com/watch?v=q-_fn59N90I&feature=youtu.be .
aku *hihi :p

Saingan kami semacam penari profesional

Hasilnya adalah Taraaa... Kami Juara Runner Up 1!! Sekali lagi: Kami juara Dua dengan tari ancur-ancuran itu. Kami mengalahkan tari kontemporer negara lain. Padahal kami sudah pasrah karena tarian negara lain semacam penari profesional yang ada gerakan salto dan senam lantainya. Apalagi kalau kalian tahu lawan kami dari India. Behh itu kan pusat tarian Bollywood. Tambahan, negara lain juga menonjolkan baju mini semacam tank top transparan dan hot pants. Sedangkan kami perempuan muslim Indonesia, menggunakan sewek batik dan kain kerudung paris yang diikat seadanya.


Hal membanggakan lainnya adalah kami memborong kejuaraan di Cultural Show. Semua sesi yang kami ikuti mendapatkan juara: musik, musik modern, tari kontemporer, dan drama. Oh wow :D INDONESIA!!!

2. Menonton Opera

Awalnya ada email yang masuk ke email AIT kami yang menawarkan mahasiswa AIT untuk nonton Opera gratis di Bangkok. Tanpa pikir panjang Dini, Zjahra, dan aku mengambil kesempatan ini dan mendaftar gratisan. Kami merasa beruntung bisa mendapatkan kursi gratis apalagi saat tahu kalau tiket opera ini biasanya dibandrol sekitar 1000Baht (300 ribu rupiah).


Opera diadakan di gedung central pertunjukkan di Bangkok. Bahkan keluarga kerajaan ada yang menonton opera ini. Wuih saat itu kami merasa seperti artis di film barat, biasanya kan mereka menonton opera. Maklum orang ndeso diajak nonton opera ya gak nyambunglah. Hehe.


Opera yang kita tonton berjudul Otello menceritakan tentang kerajaan Islam didaerah eropa (mungkin Andalusia-Spanyol) yang dikhianati oleh wakilnya sendiri dan membunuh istrinya. Yah semacam Romeo and Juliaet lah. Sepanjang pertunjukkan diisi dengan musik opera yang juara. Cuma aku tak seberapa paham dengan kalimat yang dinyanyikan dengan nada tinggi oleh pemeran. Seusai pementasan, pemeran Opera Otello juga menyambut ramah penonton dan tak segan untuk berfoto bersama kami. At least, kalau ditanya pernah nonton opera? Pernah :D

3. Membuka Wawasan Mengenai Keadaan Negara ASEAN dan Asia

Memiliki teman dari berbagai bangsa dapat membuka wawasan kita mengenai negara lain dan posisi negara kita. Misalnya saja aku kuliah di energi, jurusanku mengadakan field trip keliling Thailand. Aku melihat secara langsung bagaimana negara Thailand mengelola energinya terutama renewable energy. Dosenku juga pernah mengemukakan secara tak langsung bahwa Indonesia adalah "kaya". Beliau mengemukakan saat ini Indonesia masih membeli minyak dari negara lain dan menyimpan cadangan minyaknya. Padahal dalam hati aku bergumam, bukan nyimpen Pak tapi dikelola perusahaan asing. Aku juga terkadang gemes dengan potensi sumber daya alam kita yang besar terutama di energi geothermal. Kita memiliki potensi geothermal kedua terbesar di dunia setelah USA. Namun yang memiliki presentase penggunaan geothermal tertinggi di negara ASEAN malah Filiphina. Apaan ini? Ayo maju engineer Indonesia!! Wake up!!

Negara Thailand yang berada di benua Asia juga memungkinkan aku untuk travel ke negara tetangga seperti: Malaysia, Kamboja, dan Singapore. Sedangkan Laos dan Vietnam masih dalam rencana. Dengan travel seperti itu, aku bisa melihat dan membandingkan negara yang kukunjungi dengan negara tercintaku. Saat berada di Malaysia, aku minder dengan penataan negara tersebut. Bagaimana mengelola sistem transportasinya, pariwisata, keanekaragamaan etnisnya, dan sebagainya. Seakan membuatku berpikir astaga kita tak pantas menghina negara ini karena sebenarnya dalam banyak hal kita tertinggal. Sudah tak usah jauh-jauh lihat saja menara Petronas dan bagaimana perusahaan minyak itu bisa berjaya melebihi Pertamina. Mungkin dendam masa lampau, etnis yang hampir sama, dan sengketa perbatasan membuat kita sensi kepada negara ini. Namun sekali lagi "wake up" kita harus fokus pada tujuan kita. Tak usalah menghina negara lain apalagi lewat media sosial yang tak jelas. Takkan ada ujungnya. Lebih baik bahu-membahu membangun Indonesia dengan profesi kita.

Lain lagi saat aku ke Singapore. Bisa maklum jika negara ini kaya karena negaranya yang mungil dan letaknya yang strategis. Hampir semua pusat perusahaan ternama dunia memiliki kantor di negara ini. Kata temanku yang berkebangsaan Thailand, Singapore akan terancam jika Thailand membangun kanal di sekitar daerah Surat Thani. Seperti halnya terusan Suez, kapal akan memilih jalur yang lebih pendek dari samudra Hindia ke Laut China tanpa harus memutar lewat Singapore (*lihat peta). Jika dibadingkan dengan Indonesia, aku bisa maklum. Dari segi kerumitan pengelolaan Indonesia jauh lebih rumit, negara sebesar Singapore hanyalah sebesar kabupaten di Indonesia.

Sedangkan jika mengunjungi Kamboja. Aku hanya bisa berucap hamdalah. http://elitachoice.blogspot.com/2013/04/petualangan-di-kamboja-1-sekedar-review.html

4. Clubbing di Cultural Show dan Party di Korean House


Ini adalah salah satu hal gila yang pernah kulakukan yaitu clubbing! Sumpah ini gak akan kulakukan di Indonesia. Boro-boro mau clubbing, diskotek aja ga tau ada dimana. Saat itu bertepatan dengan cultural show, terdapat jeda kosong sebelum pembacaan pemenang. Kami, orang Indonesia yang di ruangan tersebut tak tahan dengan sepi berteriak yel-yel Indonesia selama beberapa menit. Tiba-tiba pantia menyalakan lagu ajub-ajub. Jadilah kami menari-nari tak jelas sampai keatas panggung. Kami juga memiliki sahabat yang dekat dengan orang Indonesia, yaitu dari Pakistan,Afghanistan, Prancis, dan Thailand. Semuanya menari mengikuti gerakan kami. Mendadak satu ruangan sebesar GOR mengikuti langkah kami menari-nari. Jadilah semacam Harlem Shake gara-gara ulah kami.


Clubbing tak hanya berhenti sampai Cultural Show. Beberapa minggu setelahnya, kami menyewa Korean House untuk merayakan ulang tahun. Disana kami karaokean di ruangan yang luas dan menari-nari bak clubbing. Bahkan beberapa minggu setelahnya, kami menyewa SU Cafe untuk ajub-ajub. Ketagihan -_-" tapi cara ini memang ampuh untuk melepas stres dari rutinitas campus. Ajub-ajub bersahaja, tanpa alkohol, tanpa rok mini, hanya untuk kalangan sahabat. Dimulai dengan bismillah, makan tumpeng, minum cola, dan diakhiri hamdalah. Itulah clubbing gaya kami.

5. Belajar Slank Word dari Berbagai Negara

Slank word atau kata-kata gaul anak muda semacam c*k dari berbagai negara kupelajari disini. Aku tahu bagaimana mengucapkan "bitch" dalam bahasa Thailand. "Stupid" dalam bahasa Pakistan. Aku juga sempat mengajarkan kata "Kon gendheng" pada Tooba, teman Pakistan. Hihi. Jangan ditiru sodara-sodara.

6. Mengatai Orang Didepan Orangnya

Mentang-mentang orang Indonesia adalah kaum minoritas di AIT dan Thailand. Kami bisa seenaknya ngomong Bahasa Indonesia atau Bahasa Suroboyoan. Bahkan kami ngomongin orang didepan orangnya tanpa kuatir tahu orang tersebut diomongin. Canggih kan :p Misalnya saja "Eh lihaten anak didepanku, kayaknya yang disebelahnya itu pacaranya. Astaga, padahal cantik lho," ucapku pada Zjahra. Yang kumaksud adalah pasangan lesbi, satu meter didepanku saat di bis. Atau saat aku menanya harga baju lalu bilang "Akh iki larang, seng mau luwih murah," di depan penjualnya.

Pernah juga kami ketiban apes gara-gara kemampuan ngomongin orang dengan Bahasa Indonesia ini. Saat itu kami ngomongin anak orang blasteran Asia-Amerika di depan ibunya yang Asia. Kami kira perempuan itu dari Thailand karena matanya sipit. Kami ngomong aja sepuasnya. Eh ndelalah "Orang Indonesia ya mbak? Saya dari Blitar," ucap ibu anak itu, yang kami kira orang Thailand. Kami langsung mengkeret.

Kebiasaan ini juga terbawa sampai eropa. Kami ngomong keras-keras pas di Tunjungan Plaza Surabaya. Sampai temanku Putri sadar "Eh ini bukan di Thailand ya," ucapnya. Kriik.

7. Belajar Fotografi

Seringnya sore hari kuisi dengan belajar fotografi pada Master kamera: Pak Dedi dan Kak Lila. Bersepeda engkol, menikmati alam, dan hunting foto mungkin kegiatan yang kurindukan (halah). Pasalnya dua guru fotografiku ini sudah lulus bulan ini.


Tak jarang kami memalak dengan halus orang dari negara lain untuk dijadikan model. Misalnya saja perempuan cantik dari Nepal. Untungnya mereka berbaik hati mau dijadikan model, padahal model disuruh gelundungan di rumput, loncat-loncat, sampai manjat pohon.
Tooba, model Pakistan =P

Namun aku lebih senang memfoto kembang atau pemandangan ketimbangan model. Pasalnya kalau hasil fotonya jelek, fotografer ikut andil didalamnya. "Kalau hasil foto jelek ya salahkan modelnya yang memang jelek," ujar Pak Dedi yang memiliki keyakinan lain =_=

8. Merasakan musim dingin, semi,dan panas (meskipun dengan dosis rendah)

Kami datang ke Thailand pada saat musim hujan. Jadi tak kurasakan ada perbedaan cuaca antara Indonesia dan Thailand. Hanya saja matahari yang muncul lebih siang sekitar jam 6 pagi dan tenggelam lebih malam sekitar jam setengah tujuh malam. Namun saat bulan Desember sampai Januari kurasakan perbedaanya. Suhu tiba-tiba turun drastis. Aku yang masuk kuliah jam 8 pagi berangkat bersepeda di pagi yang berkabut. Bahkan kipas angin yang tak pernah jauh lebih dari satu meter, mendadak menjadi musuh dan tak pernah dinyalakan. Jendela dan gorden selalu kututup. Saat kulihat ramalan cuaca di hp menunjukkan suhu berkisar 18-28 derajat. Pantesan!


Lain lagi saat bulan Februari. Rasanya musim semi mengelilingi kampus. Bunga pink bermekaran dimana-mana. Serasa di negara Sakura. Cantik. Kami tak menyia-nyiakan momen itu untuk berfoto. Haha



Sedangkan saat bulan Maret dan April rasanya pengen keluar dari Thailand. Panasnya minta ampun. Suhu sekitar 35 derajat, suhu terpanas bisa mencapai 40 derajat. Bahkan pada malam hari sekitar 38 derajat. Kipas angin selalu menyala saat aku berada di kamar. Bahkan jika aku tak tahan di kamar, aku mengungsi ke kamar Tooba yang ada AC nya. Tambahan lagi, tiap malam aku bisa nongkrong di depan 108 (semacam seven eleven) untuk membeli es krim dan memakan diluar tanpa kedinginan bahkan masih terasa sumuk.

9. Meng Improve Bahasa Tubuh

Jujur saja aku tak bisa berbahasa Thailand selain menanyakan harga dan angka. Tak masalah jika orang yang kuajak bicara bisa berbahasa Inggris. Namun kebanyakan tidak bisa berbahasa Inggris dan aku tak bisa berbahasa Thailand. Jadilah menggunakan bahasa universal yang diketahui semua penduduk di dunia yaitu bahasa tubuh atau bahasa gambar. Misalnya saat itu aku dan Tooba makan di restoran. Dia ingin tissue dan berkata "Can you give me tissue" ujarnya. Pelayannya ga ngeh. Aku langsung bilang "Tissue," sambil menunjuk kotak tissue di meja sebelah. Sampai Tooba heran kenapa orang Thailand paham denganku namun tak paham dengannya padahal kami sama-sama menggunakan Bahasa Inggris.

Lain waktu kami menanyakan dimana lokasi Dusit Palace ke orang. Kami menyebut Dusit Palace gak paham. King Rama V gak paham. Akhirnya kami menunjukkan gambar Dusit Palace di hp kami dan orang tersebut baru paham. Memang di Thailand, satu tempat bisa jadi memiliki dua nama yaitu nama dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Thailand. Jadi siapkan saja foto yang nantinya berguna seperti foto tempat wisata yang dituju, gambar seafood, label halal, gambar mushala, dan lain-lain.

10. Mencoba Makanan dari Beberapa Negara


Pergi saja ke kantin disekitar AIT, kalian bisa menemukan masakan Thailand-Eropa-India-Pakistan-Kamboja-Vietnam-Laos-Myanmar. Rasanya ya ada yang cocok ada yang nggak. Misalnya saja masakan khas India, penuh dengan kare dan minyak. Masakan khas Pakistan menggunakan kacang-kacangan yang dihaluskan menjadi bubur. Sebenarnya masakan yang paling cocok dengan lidah ya masakan Thailand.




Terlebih lagi saat even International Food Fair. Wuihh coba dan rasakan masakan dari banyak negara dan yang memasak pun chef asli dari negara tersebut.

So, Let's Study Abroad Na...


Read More

Jumat, 24 Mei 2013

7 Objek Wisata Malam Hari di Bangkok

Menjelajah Bangkok-Thailand saat malam hari juga mengasyikkan. Berikut ini spot penjelajahan malam hari yang pernah kukunjungi.

1. Asiatique



Semboyannya: Asiatique-The Riverfront. Terletak di pinggir sungai Chao Phraya, tempat ini bekas pelabuhan sungai tua pada jaman lampau. Saat ini dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi, pusat kuliner, hiburan, dan tentu saja perbelanjaan. Didalamnya didesain semacam eropa, ada bianglala yang super gede, menara jam, pertokoan mungil nan cantik, restoran eye-catching, dan ada juga patung tiruan Juliet. Paling afdol kesini malam hari karena tatanan pencahayaan yang cantik dan juga bisa menyaksikan gemerlap lampu gedung pencakar langit dari sisi sungai Chao Phraya yang lain.



Rata-rata harga makanan disana berkisar 300 Baht (sekitar 90 ribu). Jika uang terbatas, sah-sah aja hanya berfoto-foto disana. Sedangkan untuk naik bianglala membayar 200 Baht (sekitar 60 ribu). Saya yang takut dengan ketinggian nekat mencoba bianglala super besar ini. Awalnya was-was, tapi pas sampai titik yang tinggi, pemandangan malam kota Bangkok sepertinya worth to see. Apalagi bianglala ini aman bukan jenis yang terbuka, bianglala ini tertutup bahkan ada AC dan juga speaker yang menyetel lagu-lagu.



Bagi kaum muslim, disana terdapat masjid. Tinggal menyebrang jalan di depan Asiatique. Didepan masjid juga terdapat stand makanan kaki lima yang Insya Allah halal (untuk memastikan silahkan tanya penjualnya). Saat itu, saya yang kere tak makan didalam Asiatique malah makan spageti di kaki lima.

2. Sanam Luang


Sanam Luang adalah lapangan besar yang terletak tepat di depan gerbang masuk Grand Palace. Lapangan ini biasa digunakan untuk upacara kerajaan. Jika tidak ada acara seremonial, lapangan ini ramai oleh orang yang bersantai. Paling cocok kesini saat sore menjelang malam. Cahaya keemasan matahari sore menyinari Sanam Luang lewat celah pohon. Kita bisa bersantai di bangku taman sambil leyeh-leyeh menyaksikan anak-anak yang asyik bermain layangan. Atau bisa juga menggelar tikar di lapangan hijau dan piknik. Saat gelap, lampu Grand Palace dinyalakan. Terlihat gemerlap Wat (candi) keemasan dari dalam temple di kegelapan. Jalan disekitar Sanam Luang juga dipasangi lampu-lampu.


Aku dan Zjahrah pernah mengalami kejadian lucu disini. Saat itu kami berencana ke Dusit Palace namun tak tahu harus ke arah mana dan mencegat bis nomer berapa. Kami ogah naik taksi karena rata-rata semua supir mencharge dengan harga 200 Baht sekali jalan. Kami sudah menanyakan dua orang di Sanam Luang namun tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Lalu kami melihat anak kecil laki-laki unyu gendut kira-kira SD kelas 6 atau SMP. "Can you speak English?" tanya Zjahrah. "Yes," jawab anak itu. "Where is Dusit Palace?" tanya kami sambil menunjukkan gambar di HP. "anni ljgughghvsajg%^%*$$##," jawab anak itu menggunakan Bahasa Thailand."Pu thai mai chai," ungkap kami yang artinya aku ga isok bahasa Thailand. Tapi anak itu tetep nyerocos Bahasa Thailand.Oh la la. Akhirnya kami melakukan pilihan terakhir: naik taksi! Untung saja Bapak taksinya baik hati saat tahu kita mahasiswi Thailand dan kami cuma diminta membayar 60 Baht dari 150 Baht.

3. Khaosan Road


Ini adalah pusat penginapan backpacker. Ramai 24 jam bahkan tengah malam. Kawasan di Jalan Khaosan Road disupap menjadi pasar dan pedagang makanan yang selalu buka dan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Penginapan murah juga berada di kawasan ini. Saat aku kesini tengah malam, kawasan ini ramai. Sangat berkebalikan dengan kawasan disekitarnya yang sunyi senyap.


Pedagang baju berteriak menawarkan dagangannya "Alaykha". Bar-bar ramai dan menyetel musik disko. Beberapa orang asing yang sepertinya mabuk menari ditengah jalan. Banyak orang yang makan dengan santai di pinggir jalan. Ada juga pedagang yang menjual camilan ekstrem seperti: ulat, laba-laba, kalajengking, lipan, dan serangga lain yang dikemas dalam bentuk goreng garing atau lolipop. Jadi permen lolipop bening tapi didalamnya ada kalajengking. Pas aku mau ambil foto, kubaca tulisan "20 Baht to take photo". Ihh males banget, mending aku beli keripik kalajengkingnya sekalian -_-".

4. Victory Monument

Tempat ini semacam bundaran simpang siur di Bali, setidaknya terdapat lebih dari empat jalan raya di bundaran ini. Victory Monument juga tempat interchange atau berganti kendaraan. Setiap bis pasti melewati tempat ini. Disini juga terdapat jalur BTS Sky Train. Jadi jembatan layangnya melingkar panjang banget. Keliling jalan layang saja sudah capek. Bahkan jalan layangnya bisa tembus juga ke mall.

Hal yang harus dilakukan disini adalah shopping. Hihi,, apalagi kalau kamu perempuan dan suka fashion. Disini berjajar mall-mall sepanjang jalan. Tapi jangan masuk mall. Berkelilinglah ke penjual kaki lima yang menjual baju-baju unik. Setelah aku bandingkan harganya, harga di Victory Monument lebih murah daripada yang lain jika kalian membeli satuan (Jika membeli grosir, silahkan ke mall Platinum). Saking kebacutnya aku hunting baju, sampai-sampai aku hapal letak dagangan disana. Uniknya banyak toko yang baru buka sekitar jam 6 malam. Terkadang yang jualan di tempat gelap, sampai-sampai bajunya ga jelas warna apa. Kalau sudah begitu, kita sampai-sampai membawa bajunya ke tempat yang lebih terang.

5. Chinatown

Ini adalah tempat yang selalu ramai 24 jam. Sayangnya aku kesini pada saat siang hari terik-teriknya. Padahal tempat ini lebih hidup saat malam hari. Huruf cacing Thailand dan cacing China bercampur aduk disini. Baliho-baliho neon menyala-nyala di sepanjang jalan. Hal yang dilakukan disini adalah shopping (Behh shopping lagi). Begitulah adanya masyarakat Thailand memang lebih konsumtif dari kita. Barang murah yang bisa dibeli disini adalah barang khas Chinese dan berbagai macam perhiasan yang unyu-unyu. Murah banget aksesoris disana apalagi kalau beli banyak. Gelang yang disini dijual 30rb an, disana paling hanya 10rb an. Kalau tak suka shopping, kita bisa menikmati blusukan di pasar-pasar di Chinatown dan juga ke temple pagoda. Ada juga bangunan unik gerbang merah yang besar.

6. Shukumvit Street

Nah ini juga pusat keramaian, banyak hotel yang terletak didaerah ini. Bermacam hiburan ditawarkan disini mulai dari kuliner, belanja,nongkrong dan wisata malam. 


Kuliner, disana tersedia bermacam-macam mulai masakan Thailand, Timur Tengah, Asia Selatan, Jepang, Korea dan lain-lain. Asal pandai memilih tempat karena jalan Shukumvit ini sangat panjang dan terdapat banyak soi, bahasa Thailand dari gang. Setiap soi merupakan komunitas tersendiri. Misalnya soi 24 untuk komunitas Korea. Disana terdapat banyak restoran, hotel, tempat karaoke berbau Korea. Ada juga soi (kurang tahu) yang berbau Timur Tengah, disana menawarkan kuliner halal dan juga shisa.

Tempat nongkrong cafe di Shukumvit Road.

Belanja, silahkan mengintari kaki lima di Shukumvit street sampai gempor. Aku pernah jalan mulai dari soi 1 sampai soi 30 an. Mau balik lagi ke soi 1 gak kuat dan akhirnya naik BTS dan melewati 2 stasiun. Disepanjang jalan Shukumvit banyak toko kecil sampai mall. Mall yang wajib dimasuki adalah Terminal 21. Cobalah toiletnya dan rasakan perbedaanya =D karena ada yang berbeda di setiap lantainya.

Shukumvit street ini juga terkenal akan hiburan malamnya. Nana atau red district terdapat di salah satu soi, disini semacam d*lly di Suarabaya tapi lebih kecil. Soi Koboy juga terletak di jalan ini, yaitu gang khusus komunitas gay. Yakk semuanya ada disini, semakin malam semakin (entahlah). Tapi jangan coba-coba jalan sendirian disekitar red district ini saat malam hari. Kalau laki-laki bisa disangka gay atau diajak 'ayam', harus kuat iman. Sedangkan kalau perempuan bisa-bisa ditawar orang.

7. Dusit Palace



Ini adalah tempat berdiamnya keluarga kerajaan. Istana ini memiliki arsitektur seperti gedung putih Amerika. Semuanya serba putih. Istana ini didedikasikan untuk King Rama V. Didepannya ada patung King Rama V yang naik kuda. Masyarakat Thailand sangat menghormati Raja ke V karena dianggap memberikan perubahan besar bagi bangsa Thailand. Bahkan jangan heran kalau terdapat beberapa orang sembahyang di depan patung ini.



Istana ini indah saat siang hari dan didominasi warna putih. Spektakuler saat malam hari karena warna putih disinari oleh lampu yang berwarna kuning. Aku dan Zjahrah kesana bertepatan dengan Bazaar Palang Merah. Wuihh semacam pasar bandeng di Gresik tapi besarnya 30 kali lipat dari pasar Bandeng. Beberapa ruas jalan besar di dekat Dusit Palace ditutup. Semua orang Bangkok tumplek blek disana. Bahkan mau jalan pun desak-desakan. Apalagi setiap stand mempublikasikan dagangan dengan pengeras suara. Tau sendiri kan kalau suara orang Thailand itu memiliki nada tinggi. Huwaa....
Read More

Minggu, 19 Mei 2013

Petualangan di Kamboja (8): Budget dan Tips ke Kamboja

Setiap perjalanan mbolangku pasti kulengkapi budget dan tips di akhir rentetan tulisan. Mungkin saja ini berguna bagi para pembolang lain, terutama yang akan ke Kamboja. Apalagi notabene nya negara ini lebih complicated daripada Indonesia. Jadi detail perjalanan harus benar-benar disiapkan.Terlebih lagi negara ini terkenal akan scam(penipuan). Berikut ini akan ku share pengalaman dan informasi travelling di Kamboja.


Budget Travelling di Kamboja

Aku ke Kamboja bersama lima orang teman dan dua hari terakhir bersama dua orang teman. Rute yang kutempuh dimulai dari Bangkok-Aranyaprathet-Poipet-Siem Reap-Phnom Penh-Sihanoukville dan pulang dengan rute yang sama. Semuanya ditempuh dalam 5 hari, empat malam, dan 3 malamnya di hotel.

Hari Pertama (Siem Reap)
Van Bangkok- Aranyaprathet = 230 Baht
Nasi goreng di 7-11= 40 Baht
Taksi Poipet-Siem Reap= 9 $
Penginapan Home Sweet Home 25$ share 5 orang = 5$
Taksi ke Tonle Sap 5$ share 6 orang= 0.8$
Wisata sedih tonle sap (kapal PP dan guide)= 25$
Tuk-tuk PP pasar malam-hotel 5$ share = 0.8$
Makan cumi goreng+nasi di pasar malam= 4$
Oleh-oleh kartu pos (isi 10)= 1$
Total= 54.56 $

Hari Kedua (Siem Reap-Phnom Penh)
Tuk-tuk Angkor Wat 15$ share= 3$
Tiket masuk Angkor Wat= 20$ untuk seharian
Makan siang KFC= 3$
Van Siem Reap-Phnom Penh= 12$
Tuk-tuk terminal-hotel 5$ share 6 orang= 0.8$
Penginapan Velkommen Guesthouse 35$ share 5 orang= 7$
Makan mi instant (mama) rasa tom yam= 0.6$
Souvenir kaos Cambodia= 2$
Total= 48.4 $

Hari Ketiga (Phnom Penh-Sihanoukville)
Tuk-Tuk seharian 23$ share 6 orang= 3.8 $
Makan di KFC= 3$
Tiket masuk Grand Palace= 7$
Tiket masuk Cheung Ek= 2$
Bis Phnom Penh-Sihanoukville= 9$
Tuk-tuk terminal-hotel 4$ share 3 orang= 1.3$
Penginapan Malibu Bungalow= 15$
Tuk-tuk keliling Sihanoukville 7$ share 3orang= 2.3$
Makan di restoran 1 piring udang+3 nasi putih+air putih 6$ share 3 orang= 2$
Total=45.4 $

Hari Keempat (Sihanoukville)
Makan siang= 2$
Tuk-tuk =1.5$
Makan mi instant= 1 $
Bis Sihanoukville-Bangkok= 23$
Total= 27.5 $

Hari Kelima (Perjalanan)
Sarapan mi instant= 1$
Taksi Khaosan Road-Victory monument 150 Baht share 3 orang= 50 Baht
Van Victory Monument-Rangsit= 30 Baht
Total= 3.5$

Total keseluruhan= 179.36 $

Yah itu nominalnya memang sedikit tapi itu dollar (T_T). Lumayan habis banyak juga.

Tips Menghindari Scam (Penipuan)


1. Daerah yang rentan scam adalah perbatasan. Hindari orang yang tiba-tiba baik, berbahasa Inggris, dan menguntit terus. Jika kalian berangkat dari Aranyaprathet, pos imigrasi Poipet sekitar 50 meter. Tinggal berjalan lurus melewati jembatan dan pos imigrasi Poipet Kamboja berada di sebelah kiri. Siapkan bolpen. Lalu jalan saja terus sekitar 5 meter ada shuttle bus gratis ke terminal. Sedangkan dari arah Poipet ke Aranyaprathet: jalan ke sebelah kanan untuk keluar dari perbatasan Kamboja. Lalu melewati jembatan, jalan disebelah kiri, disana sudah ada pos imigrasi Thailand.

2. Simpan baik-baik semua bukti pembayaran karena ada kejadian turis membayar lagi uang bis karena menghilangkan tanda 'isolasi' yang diberikan oleh agent travel.

3. Siapkan semua peta lokasi yang dituju, ini sangat berguna saat menawar harga tuk-tuk. Biasanya mereka mematok harga yang tinggi jika kita tidak tahu seberapa jauh jaraknya. Minimal harga tuk-tuk sekali naik adalah 2$. Tanya harga tuk-tuk sebelum naik dan jika ada tempat diluar kesepakatan silahkan tanya kembali berapa harganya.

4. Booking hotel sebelum datang karena kita akan disesatkan supir taksi ke hotel mahal jika kita belum booking. pengalaman Bapak Austria, dia harus membayar sekitar 15$-25$ per malam untuk hotel yang biasa saja.

5. Jangan memberi uang kepada anak kecil! Entah itu anak kecil membawa selebaran "help me" maupun anak kecil yang meminta langsung. Tradisi itu tak boleh dilestarikan.

6. Jangan membeli bantuan di toko yang disarankan oleh "tuk-tuk/taksi/kapal/guide" dengan harga selangit. Jika ingin berpartisipasi memberi bantuan untuk warga Kamboja bisa melalui organisasi internasional, silakan dicari  websitenya :) ada yang menawarkan program mengajar atau bantuan langsung.

7. Berhati-hatilah dengan orang yang tertarik dengan Anda dan menawarkan mampir ke rumah dengan alasan ingin mempelajari Bahasa Inggris dan tradisi karena ada kasus perampokan modus seperti ini.

8. Jangan percaya pada informasi yang berasal dari satu orang. Silahkan cross check dengan orang lain: pemilik hotel, pemilik travel, supir taksi, supir tuk-tuk, dan penjual di toko.

9. Jika hanya memiliki waktu terbatas, misal: keliling Vietnam-Kamboja-Thailand-Malaysia-Singapore. Saya sarankan hanya mampir di Siem Reap ketimbang Phnom Penh.

10. Pada dasarnya semua manusia normal itu baik jika kita juga bersikap baik. Jadi, jaga sikap =D

Happy Travelling in Cambodia!

Read More

Petualangan di Kamboja (7): Bersantai (Tak Tenang) di Sihanoukville

Sihanoukville merupakan kota di selatan Kamboja. Menurut orang Kamboja, inilah kota terbaik untuk destinasi wisata alam. Bisa dibilang inilah propinsi atau kota terbaik di Kamboja dalam hal alamnya. Sihanoukville berada di pesisir namun juga memiliki daerah pegunungan yang subur didekatnya. Pemandangan yang kulihat juga berbeda dengan sebelumnya, indikatornya adalah sapi, disana sapinya gendut-gendut yang menandakan daerah tersebut subur.


Kami enam orang pembolang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, Kak Lila, Putri, dan Odi melanjutkan perjalanan kembali ke Thailand malam itu (13 April 2013). Sedangkan kelompok kedua: aku, Zjahra dan Dini melanjutkan perjalanan ke Sihanoukville. Kami bertiga naik bis ke Sihanoukville karena trauma dengan van tagada dari Siem Reap ke Phnom Penh. Ternyata bisnya sama saja, ACnya tak berfungsi dengan benar dan goyangnya tak hanya ke depan-belakang (tergantung laju kendaraan), atas-bawah (tergantung jendulan), tapi juga goyang ke kanan-kiri. Jadi kayak naik kapal karena goyang kanan-kiri, tapi sebenarnya naik bis. Perjalanan sekitar 5 jam dari Phnom Penh ke Sihanoukville.

Strategi wisataku di Kamboja: sejarah, urban, dan alam. Wisata sejarah di Siem Reap, mengintari Angkor Wat yang sebesar itu (http://elitachoice.blogspot.com/2013/04/petualangan-di-kamboja-3-angkor-bekas.html ). Wisata urban di Phnom Penh ( http://elitachoice.blogspot.com/2013/04/petualangan-di-kamboja-5-mengupas.html ). Akhirnya wisata alam yaitu pantai di Sihanoukville. Wisata yang tidak terencana adalah wisata sedih di Tonle Sap -_- (http://elitachoice.blogspot.com/2013/04/petualangan-di-kamboja-2-wisata-sedih.html ). Berdasarkan strategi ini, aku memutuskan untuk menyewa penginapan yang agak mahal di hari terakhir. Pilihanku jatuh ke Malibu Bungalow.



Malibu Bungalow memiliki konsep bungalow ala rumah tradisional Kamboja yaitu rumah susun yang terbuat dari kayu. Letak bungalow ini berada di tebing yang menghadap pantai. Bungalow yang kami pesan tanpa menggunakan AC, namun didalamnya tersedia TV kabel berukuran lebar, kulkas, dua kasur (double dan single), dan sebagainya. Baru datang saja sudah disediakan welcome drink. Jadi serasa menjadi orang kaya sehari. Setelah itu bokek >_<.

Rencananya kami akan melanjutkan perjalanan dari Sihanoukville ke perbatasan Kamboja-Thailand: Koh Kong-Trang, yang berdekatan dengan Koh Chang. Jalur ini lebih cepat daripada menempuh perbatasan Poipet-Aranyaprathet yang mengharuskan kembali lewat Phnom Penh dan Siem Reap. Apesnya pemilik hotel Malibu Bungalow mengatakan "No transportation for tomorrow because it is holiday," ujarnya. Keringat dingin sudah menetes, kami benar-benar khawatir akan keberadaan kami di Kamboja. Udah uang tinggal sekitar 30 dollar dan bagaimana nasib kuliah kami. Apalagi kalau menunggu hari libur Khmer bisa-bisa kami harus tinggal disana dua hari lagi.

Muka kami semakin pucat dan mendadak demam manakala sang pemilik hotel telpon kesana-kemari untuk mencarikan transportasi Sihanoukville-Bangkok tapi hasilnya nihil. Akhirnya kami memutuskan untuk naik tuk-tuk ke pusat kota. Hwaa,,, paling ga seneng kalau naik tuk-tuk mesti bayarnya mahal. Pak tuk-tuk minta harga 5$ untuk satu tempat dan 7$ untuk muter-muter. Bayangin jaraknya cuma 2-5 km bayarnya 7$?? Lha naik taksi di Bangkok atau Surabaya aja jaraknya yang lebih jauh aja bayarnya cuma 5$.

Setelah bergalau-galau ke beberapa travel agent, kami menemukan travel yang menyediakan tiket Sihanoukville-Bangkok untuk besok. Rasanya seperti mendapat angin segar. Tapi apesnya jalur transportasinya: sihanoukville-Phnom Penh-Siem Reap-Poipet-Aranyaprathet-Bangkok. Astaga sama mbuletnya, balik kucing lagi seperti perjalananku sebelumnya.

Keuangan yang semakin menipis membuat kami membeli  satu menu: udang dan nasi,ditambah nasi dua piringlagi. Kebacut ga sihh? Sama kayak beli penyetan sebungkus nambah dua bungkus nasi lalu dimakan bertiga. Namun apa daya keuangan terbatas apalagi  harga 1 porsi sekitar 3 dollar. Bisa bokek bro. Not too bad lah makan cara ini, apalagi seporsi berisi 4 udang bakar. Lumayan 1 anak dapat 1 1/3 jatah udang dimakan dengan sepiring nasi. "Ayo segera menyingkir dari tempat ini, tuh pelayannya udah bisik-bisik, kayaknya ngerasani kita,"ungkap dini. "Wah iyo ta? Ayo dibayar," ujarku sambil siap-siap take away botol air putih yang masih sisa (maklum penghematan). Namun ternyata saat Zjahrah selesai membayar, dia menceritakan pelayannya malah tanya "I love you dalam bahasa arab apa?" ehh buset, kami juga ga ngerti. Zjahrah menjelaskan kalau kami orang Indonesia. Lalu mengartikan I love you dalam bahasa Indonesia. "Ohh berarti tadi pelayannya ngerasani karena kita cantik,"ujar Dini PD. Hhee,,,kalau menurutku sih pasti mereka penasaran asal kita darimana karena kita berwajah Asia Tenggara tapi memakai kerudung dan berbahasa Inggris, dan kere. Seringkali mereka terkecoh dengan penampilan kami. Kebanyakan menebak asal kami dari Thailand Selatan bahkan Filipina. Padahal Indonesia >_< mungkin ini gara-gara publikasi wisata Indonesia yang menonjolkan suku pedalam yang memakai ... ahh sudahlah.

Malam itu kami tertidur lelap di kasur empuk sambil menonton TV kabel berbahasa Inggris. Pagi hari kami langsung menuju pantai yang dimiliki Malibu Bungalow. Mandi adalah nomer sekian setelah bermain di pantai.

Kami juga menyelinap teranr-terangan ke pantai Sokha disebelah yang sebenarnya milik Sokha Hotel Resort. Namun saat security menegur kami dengan bahasa Kamboja, kami hanya bengong dan bicara bahasa Inggris. Akhirnya security nya membiarkan kami bermain di pantai yang tenang, bersih, sepi, dan berpasir putih ini. Aku sempat mengecek harga kamar di hotel ini, paling murah 125$. Bujubune... untung bisa menyelinap.






Enak-enak mainan pasir bikin candi borobudur, ehh tiba-tiba hujan deras. Kontan kami berlari kembali ke Malibu Bungalow. Sekalian saja kami sarapan, mumpung melewati 'restoran mungil' Malibu Bungalow yang menghadap ke pantai. Untung saja kami tak perlu membayar untuk sarapan. Menu yang ditawarkan untuk sarapan  pun bervariasi tak seperti di hostel yang sekedar roti dan teh. Disini kita bisa menikmati roti panggang dengan berbagai macam selai, kentang goreng, telur mata sapi, buah-buahan, es lemon, kopi, dan susu. Pokoknya komplet dan kenyang.


Kami menanti hujan reda di dalam bungalow sambil menyaksikan acara di TV kabel. Lalu checkout sekitar jam 12. Kami berencana hengkang dari Malibu Bungalow sekitar jam 3 sore ke daerah kota untuk menanti bis ke Bangkok yang berangkat jam 7 malam. Banyak kejadian lucu nan ngeselin selang penantian bis:

1. Letak Malibu Bungalow yang berada di atas bukit membuat kami penasaran untuk menjelajah sisi bukit satunya dan menemukan Serenditpity Beach (menurut peta). Tengah perjalanan, ada bangunan yang memiliki anjing dan pagarnya dibuka. Anjingnya tiba-tiba menggonggong kencang saat kami lewat."Anjing menggonggong, khafilah berlalu" kata pepatah, iya kalau anjingnya dirantai, ini anjingnya berkeliaran bebas. Kontan saja kami bertiga yang memang takut anjing langsung lari terbirit-birit sambil jerit-jerit ke arah teras salah satu bule yang asyik baca koran di Malibu Bungalow.

2. Kami naik tuk-tuk menuju travel agent untuk menunggu bis, dan membayar skitar 5$. Saat turun kami baru sadar sebenarnya travel agent ini berada dibalik bukit sisi lainnya dari Malibu Bungalow. Andaikan kami tidak dikejar anjing, jalan kaki kesini hanya memakan waktu 5 menit menuruni bukit. Aseem.

Trotoar di tengah jalan -_-"

3. Sembari menunggu bis, kami mencari spot menarik di Sihanoukville. Disana tertulis Golden Lion Plaza. Sudah kubayangkan mall yang lebih kecil dari Tunjungan Plaza. Ehh ekspektasiku salah. Golden Lion Plaza adalah kumpulan bar yang seperti ruko rumah kecil. Kuciing.

Penduduk lokal dan anjingnya.

Sore hari dihabiskan berjalan-jalan di Serendipity Beach yang sangat ramai. Niat mau melihat sunset tak terlaksana karena pergantian sore ke malam hanya ditandai dengan kegelapan alias tanpa semburat oranye matahari. Tiba-tiba gelap!

Setelah jam 7 malam, kami diantar tuk-tuk travel ke perempatan berbarengan dengan orang Austria. "When the bus will come?" tanya kami. "5 minutes," jawab supir tuk-tuk. Belakangan dia menurunkan lagi penumpang lain dan menjawab hal yang sama. Oalah,,, semua 5menit pada kenyataanya kami berempat (aku, Zjahrah, Dini, dan Paman Austria) menunggu sekitar 45 menit untuk bis tujuan Thailand.

Narsis didalam bis malam.

Travel agent mengatakan perjalanan Sihanoukville-Bangkok sekitar 14-15 jam. Salah besar! Perjalanan Sihanoukville-Bangkok adalah 24 jam. Inilah perjalanan terpanjang sepanjang hayatku. Kami menaiki bis malam Sihanoukville-Siem Reap. Ini adalah pertama kalinya aku menaiki bis malam yang benar-benar bis malam yaitu ada tempat tidurnya berbentuk matras, lengkap dengan selimut. Rute bis ini Sihanoukville- Phnom Penh-Siem Reap ditempuh selama 12 jam lengkap dengan ngedon dan perjalanannya. Kami diturunkan di Siem Reap dan ganti dengan bisa biasa. Namun bis pertama yang datang sudah penuh dan kami harus menunggu bis kedua. Kami baru sampai di perbatasan sekitar jam 11 siang. Ngantri di perbatasan sampai jam 1 siang. Sekitar jam 1 lebih, van yang berangkat ke Bangkok baru berangkat. Van ini berhenti di Khaosan Road sekitar jam 6 sore. Lalu kami naik taksi ke Victory Monument untuk oper van ke Rangsit. Sampai di asrama jam 8 malam. Jadi, aku naik tuk-tuk-bis malam-bis-van-taksi-van dari jam 7 malam sampai jam 8 malam esoknya. Satu kata: teler!
Read More

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena