a choice that change my life

Jumat, 31 Oktober 2014

Lost in Myanmar (7): Fotografer Abal-abal Dibayar Uang Makan


Fotografi menjadi salah satu hobiku semenjak memiliki kamera DSLR Canon tingkat rendah yaitu Rebel T3/ D 1100. Aku berguru pada senior di sekolahku tentang fotografi. Aku belajar ilmu dasar seperti pengaturan aparture, focus, dan ISO sampai belajar teknik zoom, panning, long exposure, dan memberi filter alay 3 picture style macam instagram. Hampir tiap sore aku belajar cara memotret, objeknya pun bermacam-macam misalnya: bunga, nyambik, bagunan, langit, orang, bahkan kita pernah menculik cewek-cewek cantik dari Nepal sebagai model. Cukuplah predikat sebagai fotografer abal-abal untuk sekedar memotret rentetan perjalananku. Tak disangka ternyata kemampuan abal-abalku ini berguna saat berpetualang di Myanmar.

Hari keduaku di Bagan, aku sengaja memakai sarung layaknya longyi Myanmar (padahal aslinya sarung dari Laos) supaya bisa kelihatan membaur dengan orang lokal. Aku memakainya seadanya sambil mengingat bagaimana orang Laos memakai sarungnya. Sarung untuk wanita Laos modelnya memang cingkrang 3/4 atau 7/8 namun karena aku pendek sarung itu bisa jadi panjang. Bagian ujung sarung kuletakkan di bagian depan. Penampilanku yang berkerudung tapi bersarung/longyi sempat pertanyakan oleh staf hotel. "Where are you from?" tanyanya. "I am from Indonesia,"jawabku bangga. "Very nice," ujarnya.

Pakai sarung ^^
Hari itu kami (aku, Su Mon, dan Yan Naing) mengunjungi lima tempat, tentu saja pagoda -_- paling kalau kata orang Myanmar aku ini sudah tamat 'ziarah wali songo'.

1. Shwezigon Pagoda
"Su Mon, bukannya kita kemarin sudah mengunjungi pagoda ini?" tanyaku ."Iya memang sudah. Tapi ada kepercayaan kalau mengunjungi 4 pagoda termasuk ini maka akan mendapat berkah," jawabnya. Kriiik,,, yah namanya nebeng tur,aku bisa pasrah saja dan mencari objek untuk difoto lagi. Lah dapat teman di Myanmar saja udah untung, boleh nginep dobel untung, ditemenin jalan-jalan malah triple untung.

Biksu di Shwezigon Pagoda.

2. Pagoda di Seberang Sungai
Aku tak tahu nama pagoda ini, kucari di internet pun tak ada karena pagoda ini tidak termasuk di wilayah Bagan. Kami turun dari mobil ke pinggiran sungai. "We will take the boat and across the river," ujar Su Mon. Su Mon juga memintaku agar hati-hati dan menyembunyikan diri saat di pinggiran sungai itu. Usut punya usut ternyata disana ada loket untuk wilayah Bagan. Ternyata turis asing harus membayar sekitar 25$ untuk memasuki pagoda dan wilayah di Bagan. Alhamdulillah hemat :p

Su Mon dan Yan Naing di pinggiran sungai Irrawarddy.

Guci yang dikeringkan di pinggiran sungai.

Aktivitas penduduk di pinggir sungai.
Kami menyewa kapal untuk menyebrang sungai Irrawardy. Setelah itu kami menyewa jeep untuk menuju pagoda yang ternyata letaknya di puncak bukit. Sepanjang perjalanan terlihat perbukitan berwarna coklat dan debu yang pekat. Mengingatkanku pada jalan mau ke Bromo. Tentu saja Bromo lebih bagus, jangan tanya. Pesan moral:jangan lupa memakai masker karena banyak debu.

Pre wedding :p

Pemandangan dari perahu.

hallo.

Pagoda kali ini sama halnya seperti pagoda lain yang berwarna emas. Keunikannya adalah pemandangan yang terlihat dari sana. Deretan perbukitan dan sungai. Aku mengelilinginya dan sesekali merasakan udara dingin khas dataran tinggi.
Jeep.

Perjalanan.

Pintu masuk ke pagoda.

Pagoda di seberang sungai.

Pemandangan dari pagoda.

Pemandangan dari Pagoda.

mini =_=

pagar.

Candid.



3. Lakhananda Pagoda
Ini kali kedua aku mengunjunginya. Tapi aku sudah tak menanyakan alasan kenapa mengunjungi tempat ini lagi.

Jalan masuk ke lakhananda pagoda.
Setelah dari Pagoda ketiga, kami menuju ke tempat pembuatan souvenir khas Myanmar yaitu Lacquerware. Souvenir ini terbuat dari kayu yang dibentuk dengan halus lalu dipernis sampai tebal, setelah itu dilukis pola khas Myanmar. Semua itu dilakukan secara manual. Souvenir ini cukup mahal harganya,ukuran sebesar piring bisa berharga ratusan ribu. Sayang rasanya kalau tidak beli,akhirnya aku memilih tempat cincin seharga 1.5$. Ternyata saat akan kubayar, Yan Naing malah membeyarnya katanya itu oleh-oleh buatku.

Pembuatan lacqueware.

4. Pagoda di atas Bukit
Pagoda selanjutnya terletak di luar pusat kota tua Bagan.Pagoda ini terletak diatas bukit dan harus melewati jalanan yang terjal.

Pemandangan dari pagoda diatas bukit.

Anak berthanaka di pagoda.

Renovasi.

Biksu perempuan.


5. Dhammayan Gyi Pagoda
Menjelang sore,kami kembali ke pusat kota tua Bagan dan mengunjungi pagoda yang bentuknya menyerupai piramida.
Tampak depan Dhamman Gyi Pagoda.
Mural di dinding dalam pagoda *ga kelihatan karena gelap.

aku :p


Sepanjang perjalanan aku merasa beberapa orang melihatku. Kali ini ada ibu yang berbicara padaku karena aku tak paham maka Su Mon yang membalasnya. "Ada apa?" tanyaku. "Katanya kamu memakai sarung terbalik, seharusnya ujungnya di belakang bukan di depan," ujarnya. Oalah pantesan dari tadi kok banyak orang yang lihat sarungku. Tanpa sungkan, aku langsung memutar sarungku."Like this?" tanyaku. "Better," jawab Su Mon.

Malam itu kami berjalan-jalan disekitar hotel untuk mencari makan malam. Su Mon dan Yan Naing berkata ayo makan enak malam itu dan memilih restoran dengan dekorasi bling-bling. Saat aku melihat menunya, wuih lumayan harganya. melihatku yang masih itung-itung Yan Naing berkata kalau makan malam kali ini mereka yang traktir. Lalu aku baru sadar bahwa mereka mentraktir semua jatah makanku, beberapa tiket masuk, dan souvenir.

"Kenapa kalian membayar semua makanku?"tanyaku. "Karena kami orang Myanmar, kami ingin menjamumu sebaik mungkin di negara ini," ujar Yan Naing. Wow...Seharusnya Yan Naing dan Su Mon menjadi duta pariwisata! "Lagipula kamu juga sudah memfoto kami dan lain kali kami akan pergi ke Indonesia,"ujar Su Mon.

Yeah come to Indonesia!!

Cerita selanjutnya, Lost in Myanmar (8): Ala Burma, http://elitachoice.blogspot.com/2014/11/lost-in-myanmar-8-ala-burma.html
Read More

Kamis, 30 Oktober 2014

Lost in Myanmar (6): Mistis di Bagan

Cahaya emas datang dari matahari yang siap tenggelam di tepian sungai Irrawady. Ribuan pagoda membentuk bayangan panjang. Debu yang beterbangan di area Bagan menghamburkan cahaya emas dan membuatnya seperti kabut. Aku merinding sendiri saat melihat pemandangan itu secara langsung. Ini mistis. Semua pagoda itu, sungai itu, dan kabut debu itu seakan menunjukkan sisa kemegahan kota masa lampau yang ditinggalkan.

Sunset mistis di Bagan.
Setelah perut terisi penuh oleh dua porsi makan siang, perjalanan dilanjutkan ke destinasi selanjutnya. Untung saja kali ini bukan pagoda lagi, tapi replika istana emas kerajaan di Bagan (Pyinsapathada). Kami sempat berusaha mengecoh petugas dengan akting bahwa aku orang lokal. Kata-kata yang kupahami cuma "Lare?"/ Cantik kan? , "Lala"/ cantik diucapkan berulang-ulang di depan penjaga loket. Tetap saja dandananku yang berkerudung mengandung kecurigaan akhirnya aku di charge tiket sesuai harga turis asing yaitu 5000kyat (sekitar 5$), arkhh padahal orang lokal cuma bayar 800kyat (sekitar 0.8$). Sungguh!
Bagian dalam replika istana.

Linier tapi fotonya menceng :p
Untungnya bagunan replika istana ini lumayan cantik dan sangat khas Myanmar. Memiliki desain yang mirip dengan pagoda China tapi juga ada unsur seperti Thailand dan Kamboja. Huahaha penjelasan yang sangat pasti karena Myanmar diantara Thailand,China, dan India dan pastilah kebudayaanya sedikit banyak dipengaruhi. Replika istana ini didominasi oleh warna emas dan merah, dan disusun dengan menggunakan kayu. Sayangnya didalam bangunan ini kosong mlompong, tak ada informasi atau benda bersejarah. Padahal kalau dijadikan museum bisa menjadi nilai tambah.

Atap replika istana.

Bagian depan replika istana.

Mahabodhi temple AD.1215 . Jujur, aku tak tahu nama pagoda ini karena foto yang kupunya tidak sama dengan semua foto pagoda yang tersedia di google. Untung saja aku sempat memotret plang di depan pagoda dan tulisannya cuma Mahabodhi Temple AD.1215. Pagoda ini hanya dikunjungi sambil lalu saja di tengah jalan. Sebagian pagoda ini telah hancur dan di antara reruntuhan itu terdapat lukisan dari jaman lampau.

Reruntuhan mahabodhi temple.

Bu Pagoda. Pagoda ini berwarna emas dan berbentuk lonjong sederhana. Ini adalah bentuk awal dari semua pagoda yang rumit. Pagoda ini terletak di pinggir sungai.

Sungai di dekat pagoda.

Bu Pagoda.

Manuha Pagoda. berwarna putih dan emas di puncaknya. Uniknya didalamnya terdapat patung budha tidur yang besar sekali sampai-sampai kepalanya lebih tinggi dari badanku. Disini juga kami dikerubungi anak-anak kecil yang menawarkan hasil gambar mereka seadanya. Mereka malu-malu menyapaku karena mereka pikir aku orang asing. Tapi Su Mon bilang ke aku "Lare?", "Lala," jawabku. Su Mon sepertinya meyakinkan pada anak-anak itu kalau aku adalah orang Burma. Setelah dikuntit beberapa lama, Su Mon menyerah dan memberikan mereka uang lalu anak-anak itu berlari menjauh dengan gembira.

Manuha Pagoda.

Salah satu anak mengamatiku apa aku orang Myanmar atau bukan.

Wajah budha tidur didalam pagoda.

Thatbyinnyu Phaya Pagoda.Pagoda ini berukuran besar dan aku bisa berkeliling didalamnya. Tentu saja didalamnya ada patung Budha yang masih disembah.
Tampak depan thatbyinnyu phaya.

Bagian samping pagoda.

Beli jajan :p

Bagian dalam pagoda.

Shwensandaw Pagoda. Ini adalah pagoda favorit karena kita bisa naik di atasnya dan melihat pemandangan indah disekeliling Bagan! Aku berfoto-foto sampai puas lalu menikmati segala pemndangan ratusan pagoda yang terlihat dari sana. "Ada lho yang lebih tinggi dari ini," ucap Yan Naing. "Really??" sahutku gembira.

Su Mon dan Yan Naing di Shwensandaw pagoda.

Puluhan pagoda terlihat.

Stunning!

Subjek yang merusak objek :p

Sepanjang perjalanan, aku mengajukan beberapa pertanyaan pada Su Mon dan Yan Naing. E=Elita alias aku . SY= Su Mon dan atau Yan Naing.
  • E= Sebenarnya ada berapa pagoda di Bagan?
  • SY=Dahulu ada lebih dari 10.000 pagoda tapi sekarang tinggal sekiatr 2000 pagoda.
  • E=Kok bisa?
  • SY= Gempa bumi menghancurkan banyak pagoda dan invasi dari Mongolia dan Inggris menghancurkan beberapa pagoda.
  • E=Kenapa Pagoda warnanya merah, putih,dan emas?
  • SY=Warna merah merupakan warna asli material pembuat pagoda, sedangkan sebelum di cat emas, pagoda dicat putih lebih dulu. Tapi kebanyakan warna pagoda sekarang dikarenakan adanya renovasi.
  • E= Sebenarnya apa yang ada di dalam pagoda? (Patung budha tentu saja, tapi aku melihat ditengah pagoda ada ruangan rahasia yang tertutup tembok dan tidak bisa dimasuki siapapun)
  • SY= Orang jaman dulu menyimpan hal yang berharga di dalam pagoda. Selain patung Budha, bisa saja didalamnya berisi emas,perak, dan berlian.
  • E= Dan tidak ada orang yang mengambilnya? Bahkan penjajah?
  • SY= tidak, mereka tak berani mengambilnya karena pagoda adalah tempat peribadatan dan taka ada yang berani membongkarnya. Takut kualat.

Street photo.

Terhitung sudah kukunjungi 11 pagoda dan 13 destinasi wisata termasuk replika istana dan clock tower sebagai destinasi terakhir. Clock tower dibangun di tengah Bagan dan menuai banyak kontrovesi saat dibangun. Clock tower seakan merusak pemandangan dan imej Bagan sebagai kota tua. Tapi karena bangunan itu sudah kadung disana ya dinikmati saja. Untungnya lagi Su Mon berhasil menyelundupkanku dan membayar tiket seharga lokal. Ini korupsi ga sih? -_- lumayan kalau lokal bayar 2000kyat (2$) kalau turis asing bayar 8000 kyat (8$). Aku kan masih warga ASEAN, malah ga adil kalau disamakan dengan turis negara maju :p .

Aku bisa melihat 360' pemandangan di Bagan dari ketinggian sekitar 11 lantai. Pemandangan dari sana adalah stunning!! Beberapa turis disampingku mengucapkan "Merry Christmast". Baru sadar saat itu tanggal 25 Desember.





Yeah Happy 25th December and Enjoy the Sunset!!

Cerita selanjutnya, Lost in Myanmar (7): Fotografer Abal-abal Dibayar Uang Makan , http://elitachoice.blogspot.com/2014/10/lost-in-myanmar-7-fotografer-abal-abal.html
Read More

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena