a choice that change my life

Selasa, 25 November 2014

Words

So far, my blog look like so randomly. I just want to pin random English words. I took these words from e-book with same title: Words in Wattpad application. There we are...

Eutony (n.) : the pleasantness of a words sound.

Anagapesis (n.) : no longer feeling any affection for someone you once loved.

Eesome (adj.) : pleasing to the eyes.

Luftmensch (n.) : an impractical dreamer who no business sense; one with their head in the cloud.

Cosmogyral (adj.) : whirling around the universe..

Petrichor (n.) : the scent of rain on dry earth

Livsnijutare (n.) : one who loves life deeply and lives it to the extreme.

Verklempt (adj.) : completely overcome with emotion.

Solivagant (adj.) : wandering alone.

Lalochezia (n.) : the emotional relief gained from using profane language.

Orphic (adj.) : mysterious and entrancing; beyond ordinary understanding.

Eleutheromania (n.) : an intense and irresistible desire for freedom.

Acomist (n.) : one who believe that nothing exist.

Aureate (adj.) : pertaining to the fancy or flowery words used by poets.

Paralian (n.) : a person who lives by the sea.

Dwale (v.) : to wander about deliriously.

Dysphoria (n.) : an unwell felling.

Aubade (n.) : a love song that sung at the down.

Eumoirous (adj.) : happiness due to being honest or wholesome.

Mimp (adj.) : to speak in a prissy manner, usually with pursed lips.

Tacenda(n.): things better left unsaid; matters to be passed in silence..
Read More

Minggu, 23 November 2014

Buku Impian Berjudul Tom Yam Kung

Aku pernah punya mimpi memiliki buku sendiri. Akhirnya kecapaian juga punya buku Tugas Akhir dan Thesis.Hahaha. Tapi bukan buku itu yang kumaksud, aku berangan membuat novel atau buku non-kuliah atas namaku. Mungkin impian ini sedikit demi sedikit kukubur karena aku tidak mau terikat dengan kata-kata baku. Aku lebih memilih menulis di blog ini dengan bahasa lisan dan tak baku.

"El, aku terharu. Merinding baca tulisan kamu tentang pengalaman di Thailand. Kamu ga pingin buat buku perjalanan fast track ta?" ujar Iis- teman seperjuangan selama aku kuliah di Thailand. Ahh why not? Pikirku. Tapi kali ini aku tak mau mengerjakan mimpi itu sendirian. Jadi kuputuskan untuk mengajak teman-teman lain untuk menuliskan cerita mereka dan kugabung menjadi satu dengan judul: Tom Yam Kung.

Tom Yam Kung adalah masakan sup khas Thailand dengan berbagai rempah dan memiliki rasa asam, gurih, dan pedas yang kental. Kunamakan kumpulan buku ini Tom Yam Kung karena cerita kami selama di Thailand seperti rasa Tom Yam Kung. Kami adalah rempah berbeda yang menjadi satu menghasilkan cerita perjalanan yang lezat di Thailand.

Akhirnya setelah mendapat wangsit judul buku, aku mengerjakan cover semalaman suntuk. No one can stop someone who speed up with bundle of passion and idea.

Cover depan (half fix).

Cover belakang (half fix).

Read More

Jumat, 21 November 2014

Stray Day in Hongkokng-Macau (1): Ajakan Sesat


Perjalanan ini dimulai gara-gara hasutan Dini akan tiket pesawat promo Air Asia Bangkok-Macau sekitar bulan Maret 2013. "Nggak lah Din, kayaknya bagusan Hongkong juga ya," tolakku karena tidak mau di cap gadis pembolang yang suka menghamburkan uang, apalagi saat itu aku baru saja dari Kamboja. "Kita emang ke Hongkong juga El , bisa naik kapal kesana kok," hasutnya. Really? Secepat itu aku berubah pikiran dan akhirnya mengikuti ajakan sesat Dini untuk membeli tiket pesawat Bangkok-Macau PP sekitar 3000 Baht (sekitar 1 juta rupiah). Plus orang Indonesia bebas visa ke dua negara ini: Macau dan Hongkong.

Perjalanan sesat itu dilakukan tanggal 1-4 September 2013. Dini juga berhasil menghasut Sani, Zjahra, dan Bang Asrul untuk ikut. Pemilihan tanggal yang 'baik' sekali, mengingat Dini dan Zjahra memang sudah lulus pada tanggal itu. Sedangkan aku, Sani, dan Bang Asrul masih harus kuliah. Untungnya saat itu advisorku sedang pulang kampung untuk merayakan Idul Fitri. Jadi aku bisa bernafas sedikit lega untuk tidak 'menghadap' pada tanggal itu.

Seperti biasanya, aku didapuk menjadi tur leader dadakan. Persoalan itenari, aku hanya berbekal pada aplikasi Trip Advisor dan tidak menyusunnya dengan matang. Hal yang paling penting adalah melakukan penghematan. Akhirnya kupilih penginapan yang paling murah di Hongkong dan tidak memesan penginapan saat di Macau. Aku juga berpesan kepada yang lain untuk membawa bekal makanan paling tidak 3 bungkus mi untuk tiap sarapan selama tiga hari.

Tanggal 1 September jam 7 pagi kami berlima sudah bersiap menuju bandara. Sedihnya lagi aku harus membayar sekitar 900 Baht untuk keluar dari Thailand demi memperpanjang visa yang hanya single entry. Pesawat lepas landas dari Don Muang Bangkok sekitar pukul 10:00 dan sampai di bandara Macau sekitar pukul 14:00 waktu Macau. Macau dan Bangkok memiliki perbedaan waktu lebih cepat dari satu jam.

Menunggu di bandara Don Mueang (credit: Sani).
Itu adalah kali pertama kami menginjakkan kaki di Macau. Tulisan pertama yang terlihat adalah "Aeroporto Internacional de Macau cacing cacing". Seperti orang desa yang baru pertama kali ke kota, kami foto-foto bandara dan di depan pesawat Thai Air Asia. Sampai akhirnya petugas bandara Macau mengusir kami. Parah. Foto tak berhenti disana saja, didalam bandara sebelum ke imigrasi pun kami menyempatkan foto dengan banner bertuliskan "Welcome to Macau". Paling kalau ada orang Indonesia lain mikirnya 'Ih dasar TKI baru, foto dimana-mana' lalu mereka macak bukan orang Indonesia.

Hello Macau.

Foto di parkiran pesawat (credit: Bang Asrul).

Setelah tersesat dan beretemu dengan beberapa orang Indonesia berwajah Tiongkok, dia menyarankan transportasi bis dan menukar uang kertas dengan receh. Kami menukarkan sedikit dollar hongkong ke uang receh Macau yaitu Pataca yang digunakan untuk menaiki bis. Tarif bis bervariatif tergantung dari jarak dan cara pembayarannya dengan menggunakan uang receh yang dimasukkan ke kotak disamping supir. Tujuan kami selanjutnya yaitu ke pelabuhan Macau dan menaiki kapal Feri ke Hongkong. Naik bis pun rempong dan harus tanya sana sini dimana letak pelabuhan. Alhasil pelabuhan terlewati sekitar 500 meter dan kami baru sadar setelah melihat peta.

Penampakan luar bandara Macau.

Tersesat saat itu tidak menjadi masalah karena kami masih bersemangat menenteng tas ransel sambil menikmati jalanan Macau. Macau merupakan daerah administrasi instimewa milik China. Macau merupakan pulau yang terletak 64 km dari barat laut Hongkong. Negara istimewa ini terkenal sebagai daerah dengan populasi terpadat yaitu 624.000 penduduk di area  31.3 km persegi (wikipedia banget). Awalnya Macau disewa oleh Portugis sebagai pusat perdagangan sejak tahun 1557 lalu diberikan kembali ke China pada tahun 1999. Tak heran bahasa Portugis merupakan bahasa utama setelah bahasa China Kanton. 50% pendapatan Macau dudapatkan dari wisata judi.

Pemandangan Macau dari dalam bis.

Jalanan ke pelabuhan Macau sepi di siang hari. Hanya ada kami berlima dan orang yang bisa dihitung dengan jari. Hal ini tidak sesuai dengan gelarnya sebagai daerah terpadat. Mungkin aku saat itu berada di daerah "gedung tinggi" dan bukan pemukiman. Kebanyakan gedung tinggi itu adalah tempat karaoke, hotel, dan tempat judi yang terlihat dari plangnya. Sepertinya daerah tersebut akan ramai pada malam hari.

Kesasar (credit: Dini).

Pedestrian Macau yang sepi.

Setelah berjalan sekitar 15 menit sembari foto-foto, akhirnya kami sampai di pelabuhan Macau dan membeli tiket ke Hongkong. Harga tiket ferry Macau-Hongkong adalah 161 Dollar Hongkong. Ternyata di Macau kita bisa membayar menggunakan Pataca atau dollar Hongkong dimana nilai tukarnya 1 Pataca=1 Dollar Hongkong. Sebelum menaiki ferry, kami harus ke imigrasi Macau sebagai tanda bukti telah keluar dari negara ini. Oh ya di Macau dan Hongkong tidak menggunakan cap paspor tapi menggunakan kertas kecil yang diselipkan di paspor. Setelah melewati imigrasi, kami harus cek in dan memasuki ruang tunggu layaknya di bandara.

Pintu gerbang pelabuhan (credit: Dini).

Tiket Macau-Hongkong (credit: Dini).

Itu adalah kali pertama aku menaiki kapal ferry cepat yang wah. Meski kelas ekonomi, aku bisa duduk dengan nyaman di ruangan ber AC sambil nonton TV. Goncangan hanya terasa saat ferry akan berangkat atau berlabuh. Selebihnya aku bisa tidur nyenyak meski kulihat gelombang menghantam kaca kapal. Jarak Macau-Hongkong 64 km ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam tanpa mabuk. Bandingkan dengan ferry tujuan Jepara-Karimun Jawa yang harus ditempuh selama 5 jam sambil mabuk padahal jaraknya hanya 86 km. Luar biasa! Ada harga, ada rupa.

Bagian dalam ferry cepat (credit: Dini).

Suasana di ferry cepat.

Then, welcome to Hongkong. Negeri ribuan TKI!
Read More

Selasa, 18 November 2014

One Day in Thailand (2): A Journey to Amphawa


Midnight, I rushed to finish my thesis report in my friend-Tooba's dormitory while she continued her homework. "Let's going out tomorrow by train in Thammasat railway?"asked her crazily. "But I'm not finish yet doing my report," answered me. "Elita, tomorrow is Saturday, you can continue again in Sunday," explained Tooba. I should be going insane that time because I agree with her crazy invitation. Then I didn't sleep along night to do my thesis report and went early morning to Thammasat railway. The moon still up when I ride my bicycle. We should have a name Crazy Partner in Crime.

Dormitories in AIT.

Thammasat Railway Station? It even doesn't exist in the google map *sigh. We went there based on my friend's instruction and instinct. After passed Thammasat gate, bridge, rural home, market, dogs ^(0_0)^, and lifted the bicycle through the gate, we finally found it behind the lush plants. No parking area, no gate, no people, no dog (good), only sign from old woods "Thammasat Railway Station" and nothing else. We parked our bicycles in terminal bus 510 besides Thammasat Railway (very illegal), meanwhile the visitors in there were mostly 510 bus driver.

Locked bicycles in 510 bus terminal.

Messed up in railway.

Thammasat University Railway (middle of nowhere).

06:30 am ,we waited the train to Hua Lampong Bangkok Station. Suddenly came an old man. I think he was Thai, so we keep quiet (pu thai mai day kha/I can't speak Thai). But the man speak in English and told everything. He was Indian and history teacher in Thammasat University. How he teach the history in Thailand meanwhile he was Indian?and why he didn't take van to Bangkok? =__= so liar. "Who is it?,"asked him and showed the picture of drama Rama and Shinta. "It is Hanoman, monkey that save Shinta,"answered me. "NO," said him for sure. What the hell, I'm sure it is white monkey Hanoman (@_@). Then, the old man didn't interest again to speak with me. "How old are you?"asked him to Tooba. "24 yo,"answered her. "Why you not marry?" (Sorry it is our bussines-in my mind). "Actually I married once and divorced," said Tooba. I was so shock and open my eyes so wide to Tooba, but she gave me a sign to lie. "And I am her student. She is teacher in AIT," said me. The train came and surprisingly it stop in local station middle of nowhere like this. Good. But it's so funny because we needed to stop the train like we stop the 'angkot' with hand sign 'kiri kiri'.

Tooba and strange Indian uncle.

Tuut tuut...the train passing.

Fare of economy train to Hua Lampong Bangkok only 10 Baht (about Rp 3500). It is very cheap compared to van 30 Baht to victory monument and 24 Baht for bus to Hua Lampong. We seated near a man with red jacket. Even we spoken in different language, the man always smiling at us. Oh that is why Thailand called as Land of Smile :) . After some minutes, I and Tooba realize that the man doesn't have left hand. O o o,,,, Life is unfair sometimes.

The smiled man with red jacket in front of me.

Take photo with the smiled man.

Around the economy train.

Tha train passed slum area of Bangkok that I had never known before. Behind the blink of the mall, there are an old apartment. Behind the romantic Chao Phraya river, there are slum areas beside rail. Behind the luxury wat and palace, there are poor environments, There is a bright, there is a dark.

Slum area beside the rail. Same like in Indonesia,eh?

Old apartements beside the rail.
We arrived at Hua Lampong train station around 10:00 am. "Where we will go?"asked Tooba. So crazy, we just decided where we will go after arrived. We have 2 choice: Hua Hin or Amphawa. "OK let's go to Amphawa because it takes much time to go HuaHin," said me. Go to Amphawa from Hua Lampong is not easy. We have take bus first to Wongwianyai station (different line with Hua Lampong) then take train again.

Hua Lampong station, where the end of railways.

We took bus to the Wongwian yai station. "Khun, Wongwianyai station," said Tooba again to ticket checker. 'Khun' looked surprise and gave sign with thai language that we missed the station. Ok, we stopped in crowded of Chinatown and find another bus. Then,, i just knew that Wongwian yai station is near with 'Horse statue' (I have not so good memory in this area =__=a ).

Inside of the red bus.

One part of Chinatown area.

Horray we got tickets Maekhlong commuter line to Mahacai station. 10 Baht only! The commuter train was weird. It passed small alley like village home, sometimes it stopped in the front of private home yard! =__=a

Bought halal snacks before take train.

Yey we could catch up the last train to Mahacai.

Have you ever hear about train market? Yeah this is the place. Located near Mahacai station. They sell fresh vegetables in the middle of the railway! the seller moves their goods whenever the train come and back again to the middle of railway when it gone. Surprisingly, zero accident! My journey to Amphawa still continue, long journey, eh?

Train market.

Mahacai Station.

After went by train from mahacai, we took by van to Micai or something =_= forget. The van stopped in the somewhere and transfered by truck to Amphawa. Grrr Amphawa should worth to see because we taken effort to go there by 2 train, 2 bus, 1 van, and 1 truck.

Truck to Amphawa.

We arrived at Amphawa Floating Market, the destination :D We enjoyed amphawa by boat. The way back to our campus was not easy. We have to change 3 times vans. As a result, travel is not always about the destination, but it is about the journey.

Selling food in the boat to customer.

Let's eat :p

Take boat to go around Amphawa and meet new people.

Bridge over the market.

Lovely shops.

Peaceful journey around Amphawa.

Read More

Minggu, 16 November 2014

One Day in Thailand (1): Kafe Kucing Unyu di Shukumvit

Mungkin aku kebacut saat melakukan penjelajahan di Thailand. Jadi banyak hal yang belum kuceritakan maka kubuat rubrik (?) baru yaitu One Day in Thailand. Rubrik baru ini akan menceritakan short trip disekitar Thailand. Lagi-lagi bukannya aku belum move on dari Thailand tapi aku cuma ingin menunaikan kewajibanku menulis dan membagikan informasi (kurang) berharga :D . Posting pertama ini tentang kafe kucing di Shukumvit Bangkok.

Suasana Purr Cat Cafe.

Daerah Shukumvit Bangkok memang terkenal dengan kafe-kafe uniknya. Salah satu kafe yang pernah kukunjungi bersama Sani adalah Purr Cat Cafe alias kafe kucing. Aku tahu keberadaan kafe kucing ini dari instagram saat nyasar di kolom 'explore' lalu terlihatlah foto pengunjung dengan lokasi Purr Cat Cafe. Aku yang freak dengan kucing jelas tidak bisa melepaskan kesempatan untuk mengunjungi kafe kucing yang sebelumnya hanya bisa kubayangkan lewat komik.


Purr Cat Cafe ini terletak di Soi (Gang) 63 Shukumvit No.53. Jika menggunakan BTS bisa turun di stasiun Phrom Phong atau Thong Lo. Lalu berjalan agak jauh menuju Soi 63, tempat cafe ini juga agak terpencil. Aku dan Sani sempat tersasar lalu akhirnya kami menukan tempat mungil nan cantik berwarna putih dengan dekorasi tanaman rambat. Purr Cat Cafe adalah tempat ternyaman untuk melarikan diri dari bisingnya kota Bangkok.


Aturan di kafe ini sangat ketat demi menjaga kebersihan pengunjung, makanan, dan kucing. Alas kaki dilepas diluar kafe lalu diganti dengan sandal khas hotel. Pengunjung diwajibkan mencuci tangan sebelum duduk dan memesan makanan. Masuk ke kafe ini serasa surga kucing bagiku. Aku bisa melepas stres dengan bermain kucing unyu-unyu sepuasnya. Apalagi selama di Thailand aku jarang menemukan kucing.


Awalnya aku dan Sani memilih duduk di ruang tengah. Pelayan dengan ramah menjelaskan peraturan di kafe kucing dan memberikan buku menu. Pelayan disini juga bisa berbahasa Inggris dengan bagus dan menjelaskan ruangan dibelakang masih penuh dan kita harus mengantri untuk masuk. Aku melongok di ruangan paling belakang terlihat puluhan kucing jenis anggora atau persia bermain dengan pengunjung. Aww so cute!



Disini kucing diperlakukan bak raja. Kita harus mencuci tangan sebelum menyentuh kucing. Dilarang mengambil foto kucing dengan flash. Dilarang mengganggu kucing tidur. Dilarang mengangkat kucing. But doesn't matter. Aku dan Sani tetap bisa menikmati bermain dengan kucing.



Kami memesan makanan paket hemat ala mahasiswa yaitu dua botol cola dan satu cookies kucing. Hanya memesan itu saja sudah habis sekitar 200 baht untuk berdua. Mungkin lain kali aku akan pesan air putih saja (kebacut).



Akhirnya kami berdua dipindah ke ruang belakang yang agak kosong. Disana kucing berkeliaran dimana-mana. Tidur di sofa, main di lantai, gelundungan di bawah meja,dan beberapa main di rak-rak. Semua kucing bersih, gendut, dan halus. Disini banyak aksesoris seperti bantal atauhiasan dinding yang mirip dengan kucing aslinya. Huwa aku pengen buat kerajaan kucing seperti ini.... someday :p.













Read More

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena