a choice that change my life

Selasa, 31 Maret 2015

Stray Day in Hongkong-Macau (3): Biar Hemat Asal Bahagia

Hari kedua merupakan hari untuk full jalan-jalan. Rencananya kami akan berpetualang ke daerah sekitar Lantau Island, meliputi: Giant Budha dan Disneyland. Sebenarnya aku tidak seberapa minat masuk Disneyland, tiketnya bujubune yaitu per orang sekitar 450 ribu. Apalagi aku sudah pernah diberitahu seniorku kalau Disneyland itu cupu dan lebih banyak mainannya untuk anak-anak, berbeda dengan Universal Studio yang condong untuk remaja. "Kita harus ke Disneyland, masa jauh-jauh ke Hongkong ga kesana,"umbar Dini, bahkan dia sudah mempersiapkan bando Minnie Mouse H-5 bulan (yang pada akhirnya ga dibawa karena bandonya hilang :D).
Kungfu Panda di Hongkong. (Sani-Zjahra-Dini-Aku). (credit: Bang Asrul).

Aku bangun di pagi hari dengan kerudung yang masih terpasang sepanjang malam. Maklum sekamar dengan laki-laki bikin susah juga. Seperti biasanya kami mengusir Bang Asrul saat akan mandi. Biasanya Bang Asrul menunggu sambil duduk dilantai depan lorong hostel yang sempit. Setelah ini itu, kami makan bersama dengan bekal mi instant yang sudah dibawa dari Thailand: merk mama rasa tom yam halal. Mi instant dimakan bersama dengan mangkok bakso kemarin malam. Tak lupa, kami mengisi botol kosong dengan air putih yang disediakan hostel.

Singkat cerita,kami akhirnya membeli tiket Disneyland dari staf hostel supaya tidak antri lagi saat sudah sampai. Tujuan pertama kami adalah Big Budha. Kami harus naik MRT ke statsiun Tung Chung. Kereta ke Tung Chung tanah melewati terowongan dibawah laut dan menyambung ke pulau lainnya. Setelah itu kami berencana naik cable car ke Big Budha, sayangnya saat itu cable car sedang dalam keadaan maintenance, jadilah kami memilih naik bis yang harganya lebih murah berkalilipat daripada cable car. Sepanjang perjalanan kami disuguhi dengan pemandangan khas Hongkong pedesaan: bangunan oriental dipadu dengan gedung modern, laut yang biru, daerah berbukit dan kepulauan yang cantik.






Sesampainya di Big Budha kami berfoto sepuasnya. Ternyata untuk mencapai pelataran Big Budha diharuskan membayar tiket masuk yang jika dirupiahkan bisa digunakan untuk makan 3 kali. Akhirnya kami memutuskan hanya berfoto di depannya. Hemat men...

Full team (Dini-Sani-Bang Asrul-Zjahra-Aku).


Sani dan Ngong Ping.

Komplek Big Budha.


"Panggil apa nih? Khun?Koko?Cece?" tanya Dini sambil melihat ke arah kami. Kami sedang berada di toko oleh-oleh di sekitar Big Budha dan kebingungan bagaimana cara memanggil penjualnya. "Hi Miss, how much is this?" tanya Zjahra sambil menunjuk setumpuk kartu pos khas Hongkong kepada penjanga toko yang berwajah Chinese. "Dari Indonesia ya Mbak?' jawab penjaga toko itu dalam Bahasa Indonesia. Kami sempat speechless lalu tertawa. Buseet jauh-jauh ke gunung di desa masih aja ketemu dengan TKW. Emang semangat juang orang Indonesia di luar negeri iku jempol. Kami sempat sharing tentang daerah wisata di Hongkong. Sayangnya mbak penjual toko ga mau kasih diskon untuk barang belanjaan kami karena bukan dia yang punya toko.

Sekitar jam 10 siang kami sudah menaiki bis kembali ke stasiun Tung Chun. Kunikmati lagi pemandangan dari balik kaca bis. Perbukitan. Laut. Danau. Rumah oriental. Jalanan naik turun. Jurang. Indah. Sekitar 45 menit perjalanan dari Big Budha ke Tung Chun dan kami naik kereta khusus jurusan Disneyland.





Kereta khusus jurusan Disneyland ini sangat unyu. Bagaimana tidak? Bagian luarnya terdapat jendala tokoh Disney. Lalu bagian dalamnya terdiri dari sofa warna biru yang empuk dengan peletakan yang unik. Beberapa patung karakter Disney menghiasi interor kereta. Jendelanya berbentuk Mickey Mouse. Aww too cute to handle. Saat itu low season dan keretanya sepi penumpang. Jadilah kami berlima berfoto sepuasnya di dalam kereta.

Ini Bang Asrul ngapain?=_=

Bukti pernah naik kereta.

Bagian dalam kereta ke Disneyland.

Welcome to the Disneyland Hongkong. Inilah tempat yang diimpikan oleh anak-anak. Dunia dongeng. Dunia fantasi dimana semua khayalan menjadi nyata. Alhamdulillah aku diberikan kesempatan untuk mendatangi tempat yang hanya bisa kulihat di bungkus puddle pop (berhadiah tiket jalan-jalan ke Disneyland) saat aku kecil. Meski sudah besar (ehmm) tapi siapa sih yang mau melewatkan permainan di Disneyland? Apalagi sudah bayar mahal. Peduli amat apa kata orang. Toh ga ketemu lagi nanti :p .Tak tanggung-tanggung, kami juga sudah menyiapkan bando ala Minnie Mouse supaya eksis bro. Lha bando di Disneyland haraganya 100 ribu rupiah keatas, beli di pasar malam dekat kampus cuma 6000 rupiah.

Taraa Disneyland!! (credit: Bang Asrul)

Say hello:p


This is how we do...
# Naik kereta shuttle unyu-unyu memutari separuh Disneyland.
didalam kereta shuttle. (credit: Dini).

# Naik marry-go-round , aku pilih naik kuda poni putih :)

Masa kecil sangat bahagia. Ehh?(credit: Dini)

#Film 3D Donald Bebek.
# Masuk ke wahana winnie the pooh yang sangat cupu tapi lucu. Aku ngefans winnie the pooh loh. Serius.Di wahana ini,kita naik kereta dan melihat cerita winnie the pooh yang dirancang sedemikian rupa, lengkap dengan efek air terjun dan hutan-hutannya.

I Love Pooh. (credit: Zjahra)

# Masuk ke wahana Aladdin naik perahu. Disana diceritakan mengenai kisah Aladdin. Efeknya juga keren yaitu air terjun yang besar dan semburan api.
# Semacam rumah air di WBL (Wisata Bahari Lamongan) dengan tema koboi. Jadi disana banyak jebakan air dan harus dilewati gimana caranya.
#Masuk ke tontonan interaktif Lilo and Sticth yang bikin ngakak.
#Roller coaster air. Kereeennn... maju mundur cantik lalu jatuh dari ketinggian dan byuurrr!!!
#Mystic manor. Menurutku inilah wahana terkeren se Dineyland. Bahkan aku tidak sempat merekamatau mengambil foto saking kerennya!!! Disini kita naik semacam kereta berbentuk cangkir,setiap cangkir memiliki rute yang berbeda dan masuk ke dalam ruangan secara bergantian. Efek cahaya, suara, gerakan, asap, api, laser, dan musik semuanya terpadu secara sempurna. Seakan-akan kita memang sedang berada di negeri dongeng dimana lukisan bisa hidup, ketel bisa menari dan menyanyi, peralatan musik bermain sendiri, baju zirah berpedang, dan peri-peri berterbangan. Semuanya nyata dan indah.
#Parasut terbang. "Sir Yes Sir"-Toy Story.




#Roller coaster mobil Andi di Toy Story.



#Rumah boneka yang mirip banget seperti di Dufan.



#Roller coaster antariksa yang mirip dengan di Dreamworld Bangkok tapi lebih bagus.
#Berfoto dengan tokoh Disney. Sempat dadah-dadah heboh ke  Minnie Mouse.

Foto bersama minnie. credit: Bang Asrul.

Disana kami tidak membeli makanan dan minuman sama sekali. Lho kok? Harga air putih sebotol saja 30 ribu rupiah dan makanan diatas 100 ribu rupiah. Dini-si ratu hemat nan cerdik sudah membawa segepok roti dan abon sapi. "Din itu Nutri Sari buat apa?"tanyaku pada Dini. "Jadi kalau abonnya habis, nutri sari bisa dimakan dengan roti buat ganti selai,"ungkapnya. Sumpah kebacut dan sangat kreatif. "Din..din.. wajah ayu dan kota tapi penghematan ngelah-ngalahi wong ndeso," batinku. Jadilah kami menggelar piknik kecil di bangku taman. Mungkin terlihat seperti orang desa yang piknik di Sengkaling sambil bawa bekal mi goreng. Untuk lebih hematnya, kami mengisi botol dengan tap water. Peduli amir, yang penting kenyang dan bahagia.

Makan roti dan abon ==".

Saat makan, banyak burung kecil yang merubungi kami. Kami memberikan sedikit serpihan roti pada burung itu. Maklum kami pecinta hewan. Tapi gara-gara ulah kami memberi makan burung, akhirnya kami diusir oleh petugas Disneyland. Hihii ternyata ada larangan memberi makan hewan liar. Mene ketehe.

Aku, Dini, Sani, dan Zjahra terlihat menonjol diantara pengunjung yang lain karena kami kerudungan, baju colorfull, pakai bando Minnie Mouse, dan ditambah tingkah laku naudzubillah seperti anak dibawah umur. Maklum guys...kami menyesuaikan dengan tempat dan waktu. Gara-gara itulah ada mbak kawai dari China daratan yang ingin berfoto dengan kami. 



Banyak permainan yang belum aku coba karena kami hanya memiliki waktu setengah hari. Apalagi malamnya diguyur hujan sehingga pertunjukkan kembang api dibatalkan *sighh. Zjahra juga tidak enak badan sehingga sekitar jam enam sore kami memutuskan kembali ke Kowloon.

Sebelum ke Kowloon, kami sempat mampir ke Stanley Market. Saat itu hujan deras mengguyur sampai bajuku basah kuyup. Kami akhirnya memutuskan berhenti di Mc Donalds untuk makan malam. Menunya juga asik yaitu ayam, nasi, dan brokoli. Terobosan buat gerai fast food yang menyajikan paket sayuran bersamaan dengan ayam di menunya. Harganya sekitar 30 ribu rupiah. Jadi seharian di Hongkong cuma habis tiga puluh ribu buat makan.

Rencana kami untuk memutari Stanley Market gagal gara-gara hujan deras. Lalu kami kembali ke hostel di daerah Kowloon. Ini keluar dari MRT juga bingung, gara-garanya kami lupa harus keluar dari pintu yang mana. Masa pintu keluar ada A-F. Setelah tebak manggis, kami bisa menemukan jalan kembali ke hotel.

Ternyata ada toko souvenir di dekat hostel kami. Jadilah kami memborong dengan tak melupakan prinsip menawar. Sani dan Zjahra sudah memborong souvenir. Bang Asrul juga sudah memilih beberapa souvenir. Dini -si hemat, hanya membeli beberapa. Aku sendiri hanya membeli beberapa kartu pos, 1 kaos, dan gantungan kunci (yang entah dimana sekarang).

Cherry belok.

Traveling adalah investasi pengalaman. Bagiku, oleh-oleh yang paling berharga adalah cerita dan foto.




Read More

Senin, 30 Maret 2015

Stray Day in Hongkong-Macau (2): Negeri Ribuan TKI

Faktanya setengah dari jumlah pekerja rumah tangga (PRT) asing di Hongkong berasal dari Indonesia. Sekitar 165.000 pekerja itu 99,9% adalah wanita yang berusia 21-35 tahun. Berdasarkan informasi dari detik.com (macam nulis berita -_-), gaji PRT di Hongkong sekitar 8 juta dan ini menjadikan Hongkong sebagai surga bagi para tenaga kerja Indonesia (TKI). Tak heran selama di Hongkong kami menemukan dengan mudah orang Indonesia.

Pemandangan dari Victoria Harbour.

Kapal berhenti di pelabuhan Hongkong pada sore hari. Lalu kami melewati bagian imigrasi Hongkong untuk menerima kertas departure (bukan stempel di paspor). Hongkong dan Macau ini seakan dua negara terpisah dalam negara China. Katanya mereka memiliki dua regulasi hukum dalam satu atap. How come? Tapi untung juga bagi warga Indonesia karena masuk ke 2 negara khusus ini tidak membutuhkan visa seperti halnya masuk negara China.

MRT station.

Kami berlima membeli kartu Octopus yang bisa digunakan untuk transportasi di Hongkong meliputi bis, tram, dan MRT atau kereta bawah tanah. Tak ketinggalan Bang Asrul, Sani,dan Zjarah juga membeli sim card Hongkong. Berhubung aku dan Dini prinsip hemat, manfaakan wifi gratis, jadilah sim card tidak kuperlukan. Saat itu kita buta arah dan posisi dimana kami berada. Setelah melihat peta transportasi ternyata kami harus naik MRT ke central lalu transit ke Tsim Sha Tsui. Kebetulan di kereta kami bertemu dengan mbak-mbak kerudungan orang Indonesia. Dia berbaik hati menunjukkan arah dan kami bertukar nomer telepon. Lalu dia juga menceritakan tempat-tempat yang wajib dikunjungi di Hongkong.

Jalanan di Kowloon.

Ternyata hotel alias hostel paling murah se situs booking.com Hongkong letaknya strategis di dekat stasiun Tsim Sha Tsui dan masjid. Keluar dari pintu keluar D (maklum ya pintu keluarnya ada banyak bisa A-F), masjid sudah didepan mata. Alhamdulillah. Lalu kami bertanya pada ibu-ibu kerudungan yang sepertinya orang Indonesia. "Bu, mirador mansion arah mana ya?" tanya Zjahra pada ibu itu. "Dadi nduk engko nyebrang, mlaku lurus notok jedok. Noleh sebelah kiri ada tulisan Mirador mansion," ujar Ibu berkerudung itu dengan bahasa dan logat Jawa yang kental.

Jalanan ke arah Mirador Mansion.

"Waduh tanya di Hongkong di jawab pakai Bahasa Jowo kental," ujar Zjahra sambil tertawa. Kami akhirnya menemukan Mirador Mansion dimana tempat kami menginap selama dua malam di Backpacker Hostel. Parahnya kami hanya menyewa satu kamar untuk 4 perempuan (aku, Zjahra, Dini, dan Sani) dan 1 laki-laki (Bang Asrul). Bukan muhrim? iyesss tapi sebelumnya kami sudah mempertimbangkan itu semua berdasarkan budget. Hongkong merupakan negara yang padat penduduk, kebanyakan tempat tinggal menggunakan vertikal building. Harga tanah dan bangunan melambung tinggi. Tak heran jika hotel terletak pada suatu apartemen. ( foto apartemen di Hongkong dari Telegraph )

Lorong hostel.

Harga penginapan di Hongkong pun melambung tinggi. Jadi kami memutuskan menyewa kamar untuk 4 orang dengan kamar mandi dalam. Kamarnya berukuran sekitar 3mx3m termasuk kamar mandi yang mungkin hanya berukuran 1mx2m). Terdapat jendela artifisial jika dibuka hanya terlihat tembok --" , mungkin hanya sebagai sugesti supaya terlihat lebih humanis. Pembagiannya, yang perempuan tidur di kasur sedangkan Bang Asrul dapat extra bed dan tidur di lantai. Masalah lainnya yaitu kamar mandi dalamnya, hanya tertutupi kaca buram yang masih terlihat dikit jika ada orang didalamnya. Oh No! Jadilah kami memasang penutup dari selimut yang dikaitkan pada lipatan pintu.

Kamar mandi yang ditutup selimut.

Hari sudah sore saat kami sampai di kamar. Lalu kami mengusir Bang Asrul keluar kamar dengan alasan mau mandi dan sebagainya (maklum cewek rempong) dan nanti di chat lewat Line jika sudah selesai. Hampir satu jam Bang Asrul berada di luar kamar dan kami kaum perempuan sudah mandi sholat dll. "Bang sudah selesai nih,"telepon kami lewat Line *iklan banget. Lalu Bang Asrul datang ke kamar dan menceritakan bahwa banyak orang berjualan makanan di belakang Masjid. Lalu gantian Bang Asrul mandi dan yang perempuan keluar dari kamar.

Suasana kowloon park.
Suasana remang-remang romantis menyambut kedatangan kami di Taman Kowloon, belakang Masjid Kowloon. Terdengar dengunan khas Indonesia: Boso Jowo. Taman Kowloon sudah seperti pasar kaget di Indonesia. Beberapa orang menggelar dagangan yang kebanyakan adalah makanan khas Indonesia. Kami memilih berhenti di lapak yang dekat dengan lampu taman. "Eh, kalian deh yang bilang ke penjualnya. Bahasa Jawa semua, aku gak paham," ujar Bang Asrul yang berasal dari Aceh dan bisa berbahasa Sunda. "Dodolan napa Bu?," tanya kami. "Iki ono pecel, penyetan, karo bakso," ujar penjualnya dengan bahasa yang medok. Akhirnya kami duduk lesehan di dekat penjual itu dan mulai memesan makanan. Kami makan dengan lahap penyetan ayam/ikan plus tempe. Iya tempe!!! Maaf saya jadi heboh. Seumur-umur saya tinggal di Thailand, di pasar ga ada yang namanya tempe. Lha ini malah nemu tempe dan penyetan sedap di Hongkong. Harganya lumayan terjangkau untuk ukuran Hongkong,seporsi besar sekitar 30 ribu rupiah setara dengan makanan di McD Hongkong. Bahkan kami sempat meminta mangkok sterofoam untuk tempat membuat mi instant besok pagi (parah).

Penyetan ala Hongkong.

Bang Asrul bercerita tentang pengalamannya ke daerah itu saat menunggu kami yang perempuan mandi. Katanya saat duduk-duduk sendiri di bawah pohon, ada perempuan yang mendekati dan mereka berdua pun bercakap-cakap. "Mbak, disini mana makanan yang halal?," tanya Bang Asrul. "Disini makanannya halal  semua kok Mas,termasuk saya juga halal," ujar perempuan itu memberi kode. Oh men!!!Singkat cerita Bang Asrul pun merinding dan sedikit ketakutan."Tenang mas, ada kita berempat yang akan melindungi Bang Asrul," ujarku. Wkkwkwk,,, kalau di film F4, Sanchai dilindungi oleh 4 laki-laki, kalau di kehidupan nyata di Hongkong malah Bang Asrul yang dilindungi oleh 4 orang perempuan.

Jalanan di Hongkong.

By the way, masuk akal sih kalau Bang Asrul digodain cewek Indonesia. Pasalnya seperti fakta yang kuungkapkan di paragraf pertama: sekitar 160.000 TKW berusia masih muda dan (mungkin) single. Bahkan aku pernah sharing dengan temanku orang Indonesia juga yang pernah pengabdian masyarakat ke Hongkong. Katanya bahkan ada TKW yang lesbi saking susahnya cari laki-laki Indonesia.Wooo.....

Destinasi setelah kenyang adalah Victoria Harbour yang dapat ditempuh dengan jalan kaki dari taman Kowloon. Kami berlima amazing dengan keadaan Hongkong. Deretan bangunan tinggi menjulang dan tertata indah. Huruf cacing-cacing Hongkong pada billboard bertebaran. Jalan untuk pejalan kaki tidak hanya di trotoar tetapi juga terdapat banyak jalan bawah tanah yang tersambung dengan fasilitas MRT. Pedestarian di pelabuhan Hongkong bertambah meriah dengan adanya Avenue of Star cetak tangan dari bintang -bintang terkenal Hongkong, layaknya jalanan di Hollywood. Kami bahkan rela foto ngesot-ngesot dengan beberapa nama terkenal seperti Jackie Chan atau Bruce Lee.

Salah satu bangunan di Hongkong (credit:Zjahra).

Ngesot (credit: Bang Asrul).

Foto dengan Bruce Lee (credit: Dini).

Terdengar celoteh Bahasa Indonesia dari sekumpulan tante-tante cantik berwajah Tiongkok. Lalu kami berfoto di dekat kumpulan itu dan menggunakan Bahasa Indonesia, sempat hampir menyapa rombongan itu. Ehh mendadak tante-tante itu ganti bicara dengan bahasa Tiongkok saat tahu kami bicara dengan Bahasa Indonesia. Akhirnya kami berbicara menggunakan bahasa Thai "Setani tongpai..." biar sama-sama adil ga paham yang dicarakan. Ehhh?? Well?? Bukannya rasis atau gimana. Maaf banget ya buat orang Tiongkok di Indonesia, terkadang mereka merasa superior dari kami yang berkulit sawo. Tapi ga semua kayak gitu juga sih, banyak kok orang Chinese-Indonesia yang baik hati dan tidak sombong. Hanya tooolong aja kalau ketemu sesama orang Indonesia bisa saling sapa.
Sani dan patung di avenue of star.

aku :p (credit: Zjahra).

Well, kami menikmati Victori Harbour. Gedung tinggi berkelip di ujung pulau sana. Lautan yang memantulkan cahaya warna-warni. Kapal tradisional dengan bendera warna merah lewat. Cocok buat foto Pre Wed (Ehhh :p).

Full team.

kawaiii (credit: Sani)

Poto poto.

Pinggiran teluk victoria.

Pemusik dan penari jalanan.





Read More

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena