Hal yang kutemukan saat mendaftar Universitas diluar negeri (Prancis) adalah kita bisa memilih mempelajari apa yang kita sukai. Sedikit berbeda dengan di Indonesia yaitu kita bisa memilih apa yang kita sukai berdasarkan tes akademik maupun IQ yang rumit. Tak jarang mereka harus gigit jari saat tidak diterima di jurusan pilihan karena grade nya yang tinggi. Passion mereka untuk mempelajari hal yang disukai terpaksa dibuang jauh-jauh karena tak bisa melampaui tes akademik. Sehingga tak jarang mereka yang "terjebak" di jurusan yang bukan pilihan mereka, semakin terperosok. Hal ini juga berlaku di beberapa negara di Asia seperti Jepang dan China. Bahkan di Jepang, calon mahasiswa rela tes berkali-kali demi masuk Todai University, Universitas paling top se Jepang. Atau di China, tes masuk kuliah adalah tes yang prestisius. Orang tua bahkan rela mengeluarkan uang untuk menginapkan anaknya di hotel saat masa-masa tes, dengan harapan kondisi anaknya akan fit. Sedangkan, di Korea, Amerika, dan Eropa lebih mementingkan motivasi. Ya memang nilai rapor dilihat sebagai syarat mendaftar, namun setelahnya yang menentukan diterima tidaknya adalah motivasi dan kesiapan kita untuk kuliah. Sepertinya Prancis menganut asas yang sama.
Ini berawal ketika memilih universitas Master tahun kedua di Prancis. Aku sengaja memilih universitas diluar kota Paris biar lebih murah. Setelah itu memasrahkan semua dokumenku ke Ambassador Indonesia di Prancis. Pada akhir Mei, terdapat email dari Ambassador yang menginformasikan bahwa mereka telah mengirimkan berkasku ke Universite Pierre et Marie Curie (UPMC), lokasinya di Paris (-_____-) #toeeng. Mereka memintaku untuk daftar secara online ke website universitasnya. Hari itu juga aku langsung daftar dan mendapat nomer registrasi peserta. Ternyata aku diminta mengirim berkas ke UPMC, saat kutanyakan kembali pada Ambassador, mereka berkata bahwa aku tidak perlu mengirim berkas lagi. Disinilah kebodohanku dimulai.
Sejak akhir Mei, aku tak pernah memikirkan daftar Universitas lagi. Fokusku tertuju pada Tugas Akhir. Bayangin aja, disaat temen-temenku nyusun laporan aku masih ambil data!! Ulangi, baru ambil data!!!. Hal ini karena TA ku adalah perancangan dan alatnya pesen dulu dari China harganya jutaan. Dan uangnya baru dikasi akhir Mei, dan alatnya baru nyampai awal Juni. Dan sialnya aku pas UAS S2, dan rancangan yang telah kusiapkan gagal. Akhirnya aku memutar otak untuk rancangan sekaligus mengambil data selama seminggu karena minggu depannya aku harus sudah memiliki data di Progres 2(kok dadi curhat TA). Lalu 2 hari sebelum progres 2, aku harus tes DELF Bahasa Prancis. Rasanya ,,,,, tak dapat tergantikan.
Kembali lagi ke soal pendaftaran. Ternyata ada tulisan untuk membuka website jurusan yang kutuju, dan aku baru sadar saat akhir Juni, pendaftaran ditutup tanggal 30 Juni. Ternyata lagi di dalam website jurusan meminta kita untuk mengisi formulir dan mengirimkan berkas-berkas pendaftaran (ijazah, transkrip, motivation letter, CV, surat rekomendasi dari dosen). Setelah mengurus segala tetek bengek akhirnya kukumpulkan pada Kamis, 28 Juni. Hebatnya saat hari Kamis itu aku langsung dapat email dari profesor UPMC yang menginformasikan besok dia akan mewawancaraiku lewat Skype. Disaat bersamaan besok adalah pengumpulan terakhir draft Tugas akhir. Masalahnya revisianku belum selesai (baru direvisi Kamis sore), akhirnya dari malam Kamis- Jumat aku sama sekali tidak tidur mengerjakan revisi dan merayu printer yang ngadat. Untung cupa mau mengeprintkan draft TAku. Bayangin ngeprint 5 buku TA -____-. Udah pas minta tanda tangan dosen, masih dimarahin gara-gara abstrakku masih morat-marit. Pengen esmosi tapi pasrah gara-gara aku capek.
Setelah semua beres, aku mulai mengecek emailku dan profesornya menulis akan telepon sekitar jam 14.00-14.30 WIB. Jam 12.00, aku masih kelimpungan install skype di komputer labkom. Mana belum pernah pakai skype (ndeso T,T). Saat itu aku baru sadar kalau belum makan sejak semalam sebelumnya. Jam 14.00 aku siap sedia di depan laptop sambil harap-harap cemas. jam 14.15, aku menguap tak terhankan dan kudu mati gara2 lambungku perih gak karu-karuan. Jam 14.30, gak bisa bergerak kesakitan karena lambungku. Jam 15.00, rasa sakit menghilang dan aku langsung cabut dari kampus untuk beli makan. Langsung kubeli dua bungkus sego njamoer dan kubawa ke kos. Aku makan sambil tiduran gara-gara rasa kantuk semalaman yang tak tertahankan.
Bangun-bangun,,,,
tulilulit
tulilulit
tulilulit
nomer aneh menelponku 083800000000. Aku yang masih megumpulkan nyawa mengangkatnya tanpa sadar dan mendengar suara bahasa asing di seberang sana. Sh*t just got serious, pikirku. Aku langsung kelimpungan buka tasku untuk mencari poin-poin pembicaraan bahasa Prancis yang telah kusiapkan. "<:##%&^)((^Q!@~!@$#%$^%&" nah mungkin semacam itu yang kudengar apalagi ditambah noise suara kemeresek. Aku tak berkata apapun kecuali "Bonjour", "Excuse-moi", "votre voix n'est pas clair". Telepon sempat terputus 3x dan profesor sana sempat miscall 5x sampai aku terbagun. Saat itu aku deprok dilantai sambil memegang kertas bertuliskan bahasa Prancis dengan putus asa.
Semuanya berputar cepat di kepalaku. UPMC merupakan bagian dari Sorbonne University, Universitas dari buku Laskar Pelangi. UPMC yang di bagian sains dan teknologi, universitas top di Prancis. Aku telah membaca beberapa projek di jurusan yang kutuju. Projeknya luar biasa yaitu eksperimen material dari segi optik dengan alat-alat canggih. Masa aku menyerah begitu saja??pikirku, aku langsung menghidupkan laptop dan mengirim email kepda profesor disana bahwa suaranya tidak jelas dan aku meminta mengulangi interview melalui skype bukan telepon.
Untung saja profesornya bersedia mengulang interview lewat skype. Setelah membaca email itu aku langsung mendownload skype di laptopku (tadi siang instal di laptop cupa di lab). Kejaiban dunia, laptopku sudah ada skype, padahal aku tak ingat pernah instal program itu. Keajaiban dunia berikutnya adalah kecepatan internet. Aku memakai axis reguler yang kuotanya uda habis maklum tanggal tua. kecepatannya hanya berkisar 60kbps. Namun sesaat profesor itu menelpon, kecepatanya berubah menjadi 4Mbps.
Alhasil interview dilakukan lagi beberapa menit setelah insiden telepon bangun tidur. Interview lewat skype lebih jelas. Beberapa pertanyaan bisa kujawab. Sisanya cuma kujawab "d'accord/oui" karena gak ngerti apa yang profesornya maksudkan. Interview berlangsung selama 20 menit, lebih fokus kepada motivasiku, apa yang kukerjakan, dan beasiswa yang kuterima. Beberapa petanyaan yang aku gak mudeng, dikirimkan profesornya lewat email.
Hasilnya entahlah, aku sudah berusaha memberikan yang terbaik. Semoga hari Senin sudah ada kepastian. Tuhan tahu apa yang trebaik untukku.