a choice that change my life

Rabu, 29 Februari 2012

Akhir: Klimaks dari Perjalanan

Hostel Fernloft


Hari terakhir ini adalah hari yang paling kuingat sepanjang perjalanan backpacker keluar negeri, atau bahkan akan kuingat sepanjang hidupku. Pengalaman berharga kudapatkan di hari terakhir. Emosi bercampur aduk antara kecewa, marah, sedih, pasrah, berusaha, dan kelegaan. Aku berpikir hari itulah klimaks dari segala perjalanan semingguku. Jangan pernah menanyakan foto karena tidak akan ada foto yang berarti, semuanya tersimpan dalam hati.

Hari itu merupakan hari terakhir Aku, Asthy, dan Ucups di Singapore. Hari itu kami akan meninggalkan Singapore menuju Malaysia karena pesawat kami akan lepas landas dari bandara LCCT Kuala Lumpur. Jam menunjukkan pukul sebelas siang saat kami selesai melakukan pencarian transportasi yang tepat menuju Johor Bahru. Pertama, kami menaiki bis dari Frankel ave ke MRT Kembangan, lalu naik MRT ke Bugis, lalu dilanjutkan dengan naik bis 110 ke Johor Bahru. Perjalanan menggunakan bis memakan waktu yang cukup lama. Melewati daerah pinggiran Singapore yang penuh dengan apartemen usang dengan tongkat berisi cucian disetiap jendelanya.

Woodlands. Kami turun ke cek point Singapore untuk meminta stempel telah keluar dari daerah Singapore. Ucups dan Asthy yang berada di barisan depanku telah mendapatkan stempel tanpa proses yang melelahkan. Namun saat giliranku, bolak-balik petugas membolak-balik pasporku. Petugas perempuan itu melihat wajahku, meminta tanda pengenal. Lalu dia menelpon dengan bahasa Singlish bahwa ada masalah dengan pasporku. Perutku langsung mulas dan merasa da yang tidak beres dengan pasporku. Aku mengingat kesalahan apa yang kulakukan di Singapore. Aku ingat pernah menyebrang jalan sembarangan saat sepi. Masa gara-gara itu?

"Miss tolong masuk kesini dulu, ada yang tidak beres dengan paspormu," ujar petugas wanita itu dalam bahasa Singlish. Aku bingung dan tidak bisa berpikir "Kenapa?" ujarku dalam Bahasa Indonesia. Ternyata cap di kartu kedatangan adalah not permitted to enter Singapore, sedangkan cap di passporku adalah permitted to enter Singapore. "Masuk ke ruang hijau dulu," jelas petugas itu dalam bahasa Melayu. Aku menyanggah bahwa aku tak bisa berlama-lama di Singapore karena pesawatku akan terbang nanti malam. Namun petugas itu meyakinkan prosesnya tidak akan lama.

Ternyata yang dimaksud 'ruang hijau' itu adalah ruangan Kepolisian Singapore! Alamak, baru pertama kali keluar negeri sudah masuk Kantor Polisi di negara orang. Untung saja Asthy mau menemaniku ke kantor polisi, sedangkan Ucups sudah melewati cek poin tas sehingga tidak bisa kembali lagi. Aku, Asthy, dan beberapa orang lain yang bermasalah digiring oleh seorang polisi Singapore. Masuk bangunan yang diproteksi dengan pin disetiap pintu masuk dan liftnya.

Sesampainya di ruangan, aku menunggu giliran dipanggil. Sialnya lagi pasporku ditaruh di urutan terbawah sehingga proses pemanggilan berjalan lama. aku mengamati keadaan sekeliling. Hal yang paling mencolok adalah seorang pria Bangladesh atau India diomelin petugas karena dia tak memiliki VISA. "I don't care, you must go  out from Singapore by plane tomorrow!" bentak polisi Singapore. Aku semakin dag dig dug. Saat giliranku, ternyata hanya dicek pasporku dan ditanya tujuan ke Malaysia. Tanpa panjang lebar, polisi itu langsung mencap pasporku. Untunglah.

Ternyata Ucups menunggu di pintu keluar cek point dengan sabar. Dia kebingungan kenapa aku dan asthy tak kunjung datang. Kami meneruskan perjalanan dengan bis ke cek poin imigrasi Malaysia. Disini lebih longgar daripada Singapore, petugas langsung mencap passpor kita tanpa banyak bicara.

Perjalanan dengan menggunakan bis dari Singapore ini diakhiri di terminal Johor Bahru. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 14.00 dan kami masih 350 km dari Kuala Lumpur. Mencari-cari bis yang berangkat mendekati jam segitu memang sulit. Adanya bis yang berangkat pukul 15.00 dengan harga 31RM. Sedangkan estimasi perjalanan dari Johor Bahru-Kuala Lumpur adalah 5-6 jam. Sedangkan kita harus sampai bandara jam 21.00 karena pesawat akan lepas landas jam 22.00.

Akhirnya kami memilih pembelian tiket ilegal yang berangkat jam 14.30, seharga 40RM. Tiketnya hanya selembar kertas bertuliskan VIP Eksekutif. Saat ditanya yang mana bisnya, orang bertampang preman tersebut menunjuk bis di depannya. Kami dengan tenang menunggu kedatangan bis, bahkan kami tak sempat membeli minum karena jam sudah menunjukkan pukul 14.20. Namun tiba-tiba si Penjual tiket mengajak setidaknya 40 calon penumpang untuk berpindah tempat tunggu.
Tik
Tik
Tik
Jam sudah menunjukkan pukul 15.00 dan Bis belum datang juga. Aku sudah merasa ditipu. Akhirnya aku berkompromi dengan Ucups untuk membeli tiket baru. Aku langsung berlari ke loket penjualan tiket bis mencari bis yang ebrangkat pukul 15.00. Ternyata sudah penuh! hanya tinggal bis keberangkatan jam 15.30 ke Melaka. Masa bodoh, kubeli saja tiket itu untuk tiga orang. Nanti di Melaka bisa ganti bis atau naik taksi. Saat aku selesai membayar, Ucups dari kejauhan memanggilku. Tenyata bis 'VIP Eksekutif' sudah datang.

Anehnya seluruh penumpang diminta keluar dari terminal dan menyebrang jalan. Tahu bis apa yang akan kutumpangi? BAS SEKOLAH!! Masya Allah. Emosiku sudah terbakar. Namun apa daya, aku hanya bisa pasrah. "Ngene iki calone podho koyok Indonesia," gerutu Ucups. Malah luwih parah iki cups, batinku. Aku hanya bisa berharap bis ini dapat mengantarkanku ke Kuala Lumpur tepat waktu.

Ngreeng dek edek edek. Mesin bis mulai berjalan. Aku mulai ingin menangis. Pelayanan semua bis Malaysia rata-rata setara dengan kereta api eksekutif Indonesia yaitu berkaca jendela besar, tempat duduk longgar, TV, AC, dan perjalanan yang nyaman terkendali. Namun ini? Bas sekolah jelek warna kuning dengan didalamnya tempat duduk sempit dan jebol, stereo rusak, tanpa TV, apalagi AC! Panasnya didalam bis tak terkira. Performa mesin pun sejelek penampilan bisnya, jalannya lambat begoyang-goyang. Sumpah bis iki sudah mengenal teknologi suspensi damper belum sih!

Aku sudah tertahan-tahan ingin marah dan menangis. Hebatnya lagi setelah berjalan lemot, bis itu isi bensin dulu! Aku langsung berdiri dari kursi. "Apa el? kebelet ke belakang ta?" tanya Asthy. "Ga! Aku mau ngomong ke supirnya biar cepetin bisnya," ungkapku berapi-api. "Udahlah el, kamu nanti malah dimarahi apalagi kondisinya kayak gini," cecar Asthy. Akhirnya semangatku melabrak menjadi surut.

Aku menjadi curhat ke Ucups kalau aku ingin menangis. Ucups juga berpikiran yang sama denganku. Setelah beberapa menit isi bensin, bis mulai berjalan kembali dengan kecepatan yang sama sekali tak optimum. Saking geramnya dan marahnya diriku sama calo bis beserta supirnya, aku menjadi capek sendiri dan tertidur.

Aku terbangun karena tiba-tiba bis berhenti dan supirnnya turun kebawah. Astaga apa lagi ini? Aku heran sama orang-orang Malaysia. mereka tetap sabar dan tidak protes meski sudah ditipu habis-habisnya seperti ini. 15 menit berlalu, supir belum kembali ke tempat duduknya. Salah satu pria Malaysia berwajah sangar turun kebawah. Aku senang karena aku berharap dia akan melabrak si supir. ternyata pria sangar itu kembali lagi dan menginformasikan bahwa bis itu rusak dan mesinnya ada yang pecah.

Sumpah!Saat itu juga aku ingin menemui supirnya. "Janc*k as* koen Pak! eson mbok tipu entek-entekan. Ase*m, gara-gara kon aku telat pesawat piye. Kurang aj*r!!" (Translate: kamu binatang Janc*k, Pak! Aku tertipu habis-habisan. Karena anda, bagaimana jika aku ketinggalan pesawat. Kurang aj*r). Nah bilang seperti itu sambil tersenyum dan mengacungkan jempol. toh orang Malaysia tak bakal mengerti bahasa Suroboyoan. Tapi tak kulakulan. Biarlah orang-orang picik itu mendapat balasannya dari Tuhan.

Aku dan Ucups mulai gelisah. Aku salut sama Asthy yang masih tetap tenang. Bahkan aku dan Ucups sudah mulai curhat-curhatan dengan penumpang lain. Kita disarankan untuk menunda penerbangan. Untung saja, Adit dengan teman SMAnya telah sampai di Kuala Lumpur duluan. Kita meminta tolong Adit untuk mengcancel penerbangan. Namun apa daya tiket promo, jam penerbangan tidak bisa di cancel. 

Kita hanya bisa lemah lunglai di dalam bis. Apalagi posisi saat itu kita masih berada 300km dari Kuala Lumpur pada jam 16.30. Kita berada di jalan tol yang kanan kirinya hutan kelapa sawit. Tak ada terminal, tak ada taksi, tak ada kenalan. Berakhirlah sudah! Sungguh mustahil untuk naik penerbangan nanti malam. "Cups tabunganmu ada berapa?" tanyaku. "Empat jutaan. Cukup buat beli tiket pesawat tiga orang ke Surabaya," jawab Ucups. Kita saat itu sudah kehilangan akal. Tawakkal pada keadaan.

Entah darimana datangnya ide gila itu. Ide nekad tergila yang pernah kualami! Kami memberesi tas dari dalam bis. Lalu kami berdiri di pinggir jalan sambil melambaikan tangan ke setiap mobil yang lewat. Ilustrasi: Tiga remaja gila membawa tas gajah berdiri di dekat bis sekolah mogok sambil melambaikan tangan ke setiap kendaraan. Tak peduli itu truk atau pick up, kami tetap melambaikan tangan. Tak ada yang mau berhenti meskipun itu bis yang kosong. Seringkali kita mundur kebelakang karena hempasan angin dari tiap kendaraan yang lewat. Sesekali juga ada orang melongok dari kaca mobil melihat tiga remaja gila ini dan melajukan mobilnya kembali.

"Ayo pasti ada satu dari sejuta orang disini yang akan berbaik hati memberikan kita tumpangan," teriakku entah pada siapa. Sudah lima belas menit berlalu. Hasilnya nihil. Aku langsung mengobrak-abrik tasku untuk mencari sehelai kertas dan pen. Kutuliskan "HELP". Lalu kuacungkan kertas itu di pinggir jalan tol, layaknya orang demo. Saat itu hatiku benar-benar kupasrahkan pada Allah. Kami telah melakukan usaha yang semaksimal mungkin, kami hanya dapat bertawakkal padaMu sekarang. Bila ada keajaiban, aku akan puasa tujuh hari berturut-turut, ujarku dalam hati.

Keajaiban itu terjadi. Beberapa menit kemudian ada mobil berwarna putih yang berhenti.Ucups menjelaskan perihal permintaan tolong kita kepada Bapak yang menyetir mobil bercat putih itu. Bapak setengah baya tersebut menyetir sendirian dengan tujuan Melaka dan memeperbolehkan kami menumpang sampai Melaka. Aku merasa terharu, ternyata ada orang yang baik hati memperbolehkan tiga remaja asing naik ke mobilnya.Bahkan saat kita naik, Bapak tersebut menawarkan camilan dan minuman.

Didalam mobil, kami sedikit bercerita-cerita. Ternyata Bapak itu bekerja di Singapore dan saat libur seperti sore itu, beliau pulang ke rumahnya di Melaka. Kami juga mengungkapkan tujuan kami akan ke Kuala Lumpur untuk naik pesawat dari LCCT. Tapi kami juga gembira jika diberi tumpangan sampai Melaka, kami bisa naik taxi dari Melaka yang jaraknya sekitar 120km dari Kuala Lumpur. Kami juga bercerita bahawa sebenarnya kami adalah mahasiswa ITS Surabaya yang sedang melancong ke Malaysia dan terkena tipu daya calo. Ternyata Bapak tersebut tahu Surabaya dan pernah mengunjungi perak, beliau juga memiliki teman lulusan ITS di Jakarta.

"Tak bakal cukup waktunya jika naik bis atau taksi dari Melaka," ujar Bapak itu sambil melihat jam yang menunjukkan pukul 17.30. Sedangkan saat kulihat plang hijau di jalan raya, kita masih berada di 230 km dari Kuala Lumpur dan sekitar 150 km dari Melaka. Otakku mulai menghitung-hitung. Jika mobil melaju dengan kecepatan 80km/ jam, maka kita akan sampai di Melaka sekitar jam 19.00. Lalu naik taksi ke LCCT Kuala Lumpur selama dua jam. Cukuplah, itu estimasi terbaiknya. Estimasi terburuk adalalah jalanan macet dan tidak menemukan taksi.

Sekitar jam enam,  kami singgah dulu di surau untuk shalat Dhuhur dan Ashar. Aku menyempatkan untuk membeli air mineral, sedari pagi aku belum minum karena ketegangan mulai cek poin sampai sekarang. Saat keluar dari surau, aku mendengar Bapaknya menelpon dengan blackberrynya. "Saya menelpon teman saya yang akan ke Kuala Lumpur. Mungkin saja bisa menumpang, tapi ternyata mobilnya penuh," cerita Bapaknya dalam bahasa Melayu. Saat menyetir mobil, Bapak tersebut melihat jam lalu berkata "Yasudah, saya antarkan kalian ke bandara Kuala Lumpur." Astaghfiirullah, aku terharu. Bapak ini mulia sekali. Berbagai doa kupanjatkan selama perjalanan untuk Bapak dengan mobil putih ini. Semoga rejeki Bapaknya naik berkali-kali lipat. Bukankah doa orang teraniaya selalu dikabulkan.

Speedometer tidak pernah lepas dari angka 100km/ jam - 140 km/jam. Sepanjang perjalanan kami terdiam. Sesekali handphone Bapak etrsebut berbunyi, sepertinya dari keluarganya yang menanyakan keberadaanya. Seringkali pula Bapak itu menguap lalu meminum kopinya kembali. Baru kali ini aku menemukan ada orang yang mau mengantarkan tiga remaja galau dari Johor Bahru ke Kuala Lumpur dengan jarak 280km. Lalu melewati rumahnya sendiri di Melaka. Dan pastinya Bapak tersebut kembali lagi ke Melaka dari Kula Lumpur yang jaraknya sekitar dua jam perjalanan. Padahal Bapak tersebut menyetir dari Singapore artinya dia hari itu menempuh 350+120= 470 km, seharusnya hanya 240 km Singapore-Melaka.

Untung saja jalan raya di Malaysia mulus total, kendaraan melaju dengan ringan. Namun saat belokan baru terasa ngebutnya. Kita langsung terpental karena gaya sentripetal dengan kecepatan tinggi. "Mana ya bandaranya?" gumam Bapak tersebut. ternyata bandara LCCT terpelosok paling belakang dan jauh dari Kuala Lumpur.

Bapak tersebut menurunkan kita tepat didepan penerbangan internasional. Ucups yang didepan mencium tangan Bapak tersebut. Wajar saja menurutku karena usia Bapak itu hampir sama dengan usia orang tua kita. Namun Bapak itu tak mau divium tangannya. "Ini saya harus panggil Bapak siapa?" tanya Ucups. "Pak Bakar," jawabanya. Kita berkali-kali mengucapkan terima kasih dan ucapan doa kepada Bapak itu saat menutup pintu. Bodohnya kita, tak menanyakan alamat rumahnya. Paling tidak kita nanti bisa mengirim kenang-kenangan dari Indonesia. Siapapun hubungi saya jika kenal dengan Bapak ini. Namanya Pak Bakar. Bapak ini kerja di GE Singapore dan tinggal di Melaka. Usianya paruh baya.

Saat itu jam menunjukkan pukul 20.30. Hal pertama yang kita lakukan adalah makan di McD. Kami semua merenung dan berpikiran sama. Banyak hal yang bisa diambil dari pengalaman hari ini. Menjadi apapun kita esok, jika menemui orang yang melambaikan tangan dan membutuhkan bantuan di tengah jalan, kita harus menolongnya.

Kita bertemu dengan Adit dan teman-temanya, saat akan masuk ruang tunggu bandara. Kami saling bercerita pengalaman selama di Singapore. Sepertinya pengalaman kita paling mengerikan. Pesawat Air Asia Indonesia telah datang. Aku duduk didekat jendela. Pesawat mulai lepas landas. Terlihat kembali untaian emas berkelip-kelip. Sedang apa ya Bapak bermobil putih? Semoga telah sampai dengan selamat di rumahnya dan semoga Bapak tersebut memperoleh balasan atas kebaikannya.

Selamat tinggal Malaysia dan Singapore. Terima kasih telah menyajikan keunikan, keramahan, pemandangan indah, dan pelajaran yang takkan kulupa.
Read More

Day 6,75: Universal Studio, Keren Maksimal!

Sebenarnya kita ingin mengakhiri petualangan di Universal Studio karena jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Namun saat melewati kawasan Ancient Egypt, tertulis waktu tunggu "5 minutes". Tanpa banyak cingcong, kita segera masuk ke wahana ini, kalau tidak salah judulnya dalam Bahasa Indonesia yaitu Melarikan Diri dari Mummy. Aku kira ini wahana semacam rumah hantu namun menaiki kereta. Ternyata aku salah.
Penjaga di kawasan Ancient Egypt

Wahana "tertipu"

Kami menaiki kendaraan seperti kereta di Transformer Ride, namun kali ini tanpa kacamata 3D. Awalnya kereta berjalan lambat, memasuki istana Mesir yang didalamnya terdapat harta karun berwarna emas yang berkilau. Lalu kereta berjalan lebih cepat melewati deretan mumi yang menakutkan. Aku bersiap untuk setan-setanan layaknya rumah hantu. Namun kereta berjalan lebih cepat lagi, lebih cepat, lebih cepat, dan menabrak dinding. Dinding tersebut runtuh dan keluarlah kecoak. Tiba-tiba kereta yang kita tumpangi berbalik arah 180' dengan kecepatan tinggi. Nah dimulailah adegan layaknya roller coaster! Aku tidak siap untuk ini lagi! Hanya dapat pasrah dan berteriak "Arkhhhhhhh!!!". Kereta meluncur dengan kecepatan tinggi di kegelapan, menukik, naik, turun, melambung, dan entahlah. Sesekali aku melihat ke atas dan muncul bayangan mumi mengejar kereta. Tiba-tiba kereta itu berhenti di kegelapan, dan secepat itu pula daerah disekitar kita menjadi lautan api yang berkobar. Apa yang kurasakan? Panas, itu api sungguhan. Lalu secepat kilat kereta meluncur dengan kecepatan tinggi lebih ekstrim dari sebelumnya.

Setelah turun dari kereta, kita pusing maksimal. Ternyata Ucups dan Asthy juga belum siap medapat perlakuan seperti itu di wahana Mumi. "Yee kita ketipu," ucap Ucups. Benar-benar gila semua wahana di Universal Studio. Kami membiarkan perut yang dari siang keroncongan minta diisi. Tak ada kompromi dalam hal makanan. Disini haraga makanan melambung tinggi. Membeli burger dan segelas cola saja harganya bisa mencapai seratus ribu lebih. Tak masuk akal.

Kami berjalan ke arah pintu keluar. Saat melongok di kawasan New York, terdapat wahana dengan waktu tunggu "15 minutes". Langsung saja kami berjalan kedalam sana. Ternyata wahana tersebut adalah cara pembuatan film. Bagaimana orang-orang dapat membuat film yang luar biasa seperti 'The Lost World', 'Independance Day', 'The Day After Tomorrow', dan film dengan efek menakjubkan lainnya. Kita diminta memasuki studio. Lagi-lagi aku melihat film tapi itu adalah nyata dan berada di depanku.
World Premiere New York

Di USS ada salju?

Manhattan?wow

Didepanku terhampar studio bersetting gudang perahu di salah satu sudut kota New York. Terlihat gedung pencakar langit kota New York dar jendela kaca. Suasana saat itu adalah badai. Angin berhembus dari celah kayu gedung. Terlihat kota New York ynag mencekam oleh badai dan lampu-lampu mulai padam. Didalam gudang itu sendiri terdapat baliho listrik dan kapal kecil yang digantung. Tiba-tiba baliho itu putus karena angin yang berhembus keras, kabel listrik tertarik dan menghasilkan api yang membakar gedung. Lalu banjir bandang mulai datang dan menaikkan level air dalam gudang. Badai semakin parah sampai perahu yang digantung berjatuhan. Catatan: Semua ini nyata dan aku berada 2 meter dari kenyataan ini. Apinya nyata, airnya nyata, dan perahu yang jatuhpun nyata sampai air sempat menciprati bajuku.

Hal paling menakjubkan adalah yang terkhir, tiba-tiba pintu gudang dibuka dengan paksa dan kapal seukuran dua kali rumah merangsek kedalam gedung, seakan menabrak penonton. Lalu api bertambah besar dan hancurlah studionya. Keren! Aku cuman mikir gimana ya cara mbalikin semua kehancuran ini seperti sedia kala tiap akan show.

Mobilnya dari New York. Cool

Malam di Universal Studio begitu indah, lampu-lampu mulai menyala. Entah bagaimana ceritanya Asthy tiba-tiba menghilang di kerumunan saat aku dan Ucups masih asik berfoto di kawasan New York. Aku dan Ucups kelimpungan mencari Asthy, kita mencari disetiap toko souvenir di kawasan Hollywood. Hasilnya nihil. Ini sudah yang kedua kali Asthy menghilang.

Setelah melakukan pencarian ulang, aku dan Ucups menyerah. Kami menunggu didepan pintu keluar Universal Studio sambil berfoto dengan beberapa objek unik. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk berjalan-jalan di daerah Resort Sentosa Island. Kami berjalan kearah selatan.

Semakin malam, Resort Sentosa Island semakin indah dan romantis. Lake of Dream dengan sentuhan lampu berwarna biru. Berjalan sedikit lagi terdapat taman indah dengan bunga warna-warni. Dari kejauhan terlihat patung merlion berukuran raksasa yang berubah-ubah warna karena permainan cahaya.
Lake of Dream

Petunjuk jalan Sentosa Island

Merlion tiruan raksasa

Kebun Bunga

Lalu kami menemukan sebuah kebun cantik dengan sungai buatan di tengahnya. Sungai buatan itu dipagari oleh keramik warna-warni meliuk. "Astaghfirullah semakin malam semakin bagus saja Singapore ini," kagum Ucups. Kita melanjutkan perjalanan ditemani oleh permainan cahaya lampu yang berpadu dengan indah. Kita berjalan semakin ke ujung dan menemukan pantai berpasir putih. Secara spontan kita langsung melepas alas kaki dan berlarian disepanjang pantai yang gelap. Debur ombak bersuara lirih, pasir pantai terasa lembut dan dingin. Untaian lampu Batam terlihat dari pantai ini.
Sungai buatan di tengah taman

Permainan cahaya

I-Fly

Pantai Sentosa Island, terlihat Batam

Hari semakin larut, aku dan Ucups memutuskan untuk mengakhiri perjalanan di Sentosa Islan. Kita kembali dengan menaiki MRT dari stasiun terujung. Dari ketinggian MRT, sekelebat pemandangan Sentosa Island begitu cantik. Kita juga baru sadar bahwa Sentosa Island dapat dicapai dengan jalan kaki. Rute pejalan kaki pun dirancang dengan menggunakan konveyor. Di pinggir rute pejalan kaki terdapat hiasan-hiasan berwarna pelangi.

Makanan sehari-hari
Seharian penuh tidak memakan apapun, kita merasa gembira saat sampai di KFC. Lagi-lagi memesan menu andalan selama tiga hari di Singapore: Value Box yaitu ayam, kentang, burger, dan pepsi. Sesampainya di hostel, Asthy sudah datang terlebih dahulu sambil membawa sekotak makanan Korea.

Read More

Selasa, 28 Februari 2012

Day 6,5: Universal Studio, Keren Maksimal!

Setelah terpelanting kesana-kemari di kursi duduk roller coaster biru, aku jalan sempoyongan sambil sesekali melirik souvenir Transformer. Lalu,kami mampir ke loker penitipan barang. Sebelum naik wahana Galaktica, semua barang harus dititipkan di loker. Jangan bayangkan ada orang yang menjaga dan memberikan kartu loker. Di Universal Studio serba otomatis. Jadi kita memakai mesin seperti ATM, didalamnya akan ditanya beberapa hal seperti tanggal lahir dan warna kesukaan. Nantinya akan keluar nomer loker dan loker itu mebuka otomatis. Kita dapat menaruh barang dan pintu loker terkunci otomatis jika kita menutupnya. Membuka loker juga lewat mesin semacam ATM, tinggal ketik nama loker dan kode sandi.

Tujuan selanjutnya adalah The Lost World, yaitu wahana Jurassic Park. Namun kita melirik waktu tunggunya yaitu "120 minutes". Arkh! Beralihlah melirik atraksi disebalahnya yaitu Waterworld. Pernah nonton film Waterworld? Yaitu menceritakan dunia yang seluruhnya adalah lautan. Manusia saling berlomba-lomba untuk menemukan daratan. Air tawar merupakan barang yang prestis dan langka. Orang-orang tinggal di kapal-kapal kecil atau besar. Ada beberapa kelompok yang saling bereperang. Nah atraksi disini mirip di film Waterworld termasuk settingan tempatnya.
Pintu masuk Waterworld

Aku begitu terkaget-kaget saat memasuki lorong yang kanan kirinya terbuat dari tumpukan seng karatan berwarna hijau layaknya bangunan Waterworld. Lalu kami berlari ke pintu masuk karena atraksi segera dimulai. Terlihat deretan kursi setengah lingkaran mengelilingi panggung. Tiap level kursi berwarna berbeda dan semakin depan katanya semakin beresiko untuk kena air. Nekad, kita memilih bangku terdepan. Panggungnya berupa settingan dunia Waterworld yaitu kayu yang mengapung di atas air dan segala pernak-perniknya.
Atraksi Waterworld

Awal cerita, beberapa pemain menaikkan animo penonton dengan menyemprot air ke bangku penonton sambil melempar lelucon. Untung saja aku, Asthy, dan Ucups bawa jas hujan kresek dari Indonesia. Aman dari basah. Lalu pertunjukkan dimulai dengan datangnya seorang cewek berambut pirang yang mengatakan bahwa daerah mereka akan diserang musuh. Ceritanya mirip banget sama Waterworld dah,,,Namun bedanya disini, kita melihat film di kenyataan secara langsung.
Efek api dan air

Aku benar-benar terhanyut oleh cerita, atraksi, dan efek panggungnya. Juwara kelas internasional. Atraksi melompat dari ketinggian ke air, bergelantungan di tali, menyelam ke dalam air dengan sepeda motor air, menuruni ketinggian dengan tali, dan atraksi ekstrim lainya. Efek yang ditumbulkan juga keren, gabungan anatar air dan api. Api tiba-tiba menyala dari air. Ga masuk akal tapi ya embohlah. Lalu tiba-tiba ada tangki yang terbakar, bahkan tangkinya sampai berasap dan gosong. Yang paling mencengangkan adalah efek terakhir yaitu tiba-tiba ada pesawat seukuran rumah meluncur ke arah penonton. Kaget, berasa mau mati ditabrak pesawat. Eh, pesawatnya ternyata berhenti tepat di tepi panggung. Keren! Pasti diperhitungkan gaya luncur, gerak parabola, percepatan, energi potensial, kinetik, massa, arah angin,sudut luncur, jarak, dan permodelan sistem dinamik.
Kita dan artis Waterworld

Setelah puas menyaksikan Waterworld, kita kembali lagi ke wahana Jurassic Park. Nah sekarang tetap "120 minutes" waktu tunggunya. Kita beralih lagi ke Kawasan Far Far Away milik film Shrek. Waktu tunggu untuk Bisokop 4D sekitar 30 menit. Setelah mengantri beberapa saat, akhirnya masuk juga ke bioskop 4D. Meski tak sekeren Transformer Ride, wahana ini cukup menenangkan apalagi setelah naik Galaktica dan menonton Waterworld.
Istana Far Far Away
Istana Shrek

Bioskop 4D Shrek menceritakan istri Shrek yang diculik. Ada adegan laba-laba turun dan kaki kita seperti kena sesuatu. Lalu ada adegan air, kita sedikit kecipratan air. Ada adegan naik kuda dan kursi kita goyang-goyang. Gambar yang ditampilkan pun tidak mengecewakan, seperti asli dan keluar dari layar.
Keren istananya

Permainan dilanjutkan ke Jurrasic Park, dengan waktu tunggu "120 minutes". Tak masalah, kita pasrah dengan waktu tunggu karena wahana ini tidak boleh dilewatkan. Menunggu dua jam adalah bosan sejadi-jadinya. Kadang gelesotan, kadang duduk, kadang melungker-melungker, kadang nonton TV yang distel channel sama dan diulangi terus menerus. Di dalam permainan Jurrasic Park diingatkan bahwa kita akan basah. Untung saja sudah bawa jas hujan.
Foto sama bayi Brotosaurus yang unyu

Pintu masuk kawasan The Lost World

Akhirnya giliran kita tiba. Kita semua sudah siap memakai jas hujan. Kali ini kita menaiki semacam perahu rafting yang bentuknya melingkar dan jalurnya adalah sungai. Didalamanya bisa diisi sembilan orang. Petualangan Jurrasic Park diawali dengan hutan-hutan yang berisi hewan-hewan jaman purba. Meskipun khayal lagi-lagi hewan ini nampak nyata, bisa bergerak dan bersuara. Bumper lingkaran yang kita naiki berputar-putar terhanyut aliran sungai. 
Kendaraan di wahana Jurrasic Park

Sesekali melewati arus yang deras mirip rafting. Asyik sekali. Settingan tempatnya pun menakjubkan yaitu mirip keadaan taman Jurrasic Park setelah di porak-porandakan T-Rex. Ada bangunan serta kabel listrik yang teggelam dan air terjun berukuran raksasa. Lalu suasana mencekam dimulai, kita masuk kedalam lorong gelap yang disinari oleh lampu sirene merah yang meraung-raung. Lorong itu begitu panjang dan sesekali terdengar auman T-Rex yang sekan-akan mengejar kita. Lalu tiba-tiba jalan buntu! Perahu kita menabrak besi. Tiba-tiba perahu kita terangkat ke atas. Saat aku melongok keatas, terlihat mulut T-rex beserta taringnya yang siap menyatap kita. Namun sebelum menyentuh mulut T-Rex, pintu besi disebelah kanan membuka dan BOOM. BYUR. Perahu meluncur dari ketinggian ke sungai. Whoaaa,,,keren!!
--Bersambung--
Read More

Senin, 27 Februari 2012

Day 6: Universal Studio, Keren Maksimal!

Bangun-bangun jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Arkh,,, grubrak grubrak. Aku langsung ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke Universal Studio. Setelah berlemot-lemot, kami bertiga akhirnya duduk manis di Halte Bus depan hostel. Setelah menunggu sekitar 15menit, akhirnya bus bertingkat datang juga. Bis itu membawa kita ke Harbour Front. Setelah 21 tahun, akhirnya aku bisa naik ke lantai dua bis bertingkat. Sesuatu banget. Pemandangan jalanan Singapore dari lantai dua menjadi hal yang mengasikkan. Terkadang menemukan hal-hal aneh di pinggir jalan, misalnya ada kantor "profesional maid", mirisnya maid yang ditampilkan di layar TVnya adalah orang Melayu dan sepertinya orang Indonesia. Apartemen mewah juga sempat kulihat dari lantai dua bis ini, terlihat kolam renang lebar didalamnya.

Orang-orang yang akan berangkat bekerja memadati bis ini. Aku dan Ucups duduk di bangku paling belakang, Asthy duduk di (.....) berpindah-pindah tempat, kadang tengah, kadang depan, kadang belakang, untung ga duduk di bangku supir. Kuperhatikan suasana didalam bus. Kebanyakan yang naik bis jalur ini adalah orang-orang ekspatriat, orang kulit putih khas Eropa. Ada orang laki-laki berambut coklat kepirangan mengenakan jas hitam sambil mengeser layar tablet PCnya. Ada perempuan berambut keriting memakai pakaian formal keemaja putih dan rok hitam pendek, dia naik sambil membawa segelas kopi. Ada juga dua anak kecil berambut pirang dengan seragam sekolah warna biru laut saling bercanda. Ternyata bis ini melewati banyak perkantoran cabang seperti kantor Microsoft, Apple, dan perusahaan-perusahaan kelas dunia lainnya.

Sampailah bis di halte Vivo City, dari titik ini kita akan menyebrang ke Sentosa Island. Ada tiga pilihan yaitu menggunakan kapal, MRT, atau jewel box, yaitu semacam kereta gantung esklusif. Jatuhlah pilihan pada MRT dengan ongkos 3SGD, dibandingkan dengan jewel box 20SGD. Stasiun MRT Sentosa Island terletak di Vivo City lantai 3. Sekilas, pemandangan di sekitar Vivo City juga membuat kagum. Kita tak akan pernah tahu sedang di lantai berapa. Setiap lantai berasa di lantai dasar. Bahkan rasanya aku sudah naik eskalator dua kali namun di lantai itu aku menemukan pantai buatan yang indah.

Kita turun di stasiun MRT pertama. Jalan sedikit dan sampailah ke Universal Studio. Terharu, ga nyangka aku bisa sampai di depan globe raksasa warna biru bertuliskan UNIVERSAL. Ucups yang tidak membeli tiket online, terpaksa harus mengantri di loker pembelian. Aku dan Asthy menunggu didepan pintu sambil terbengong-bengong. Hari itu hari Senin tapi pengunjungnya meluber. Belakangan aku baru sadar bahwa hari itu adalah hari liburan orang Malaysia. Kesalahan waktu.
Pintu masuk Universal studio

Disana, kita layaknya orang desa di negeri antah berantah. Segalanya seperti mimpi. Tempat itu seperti negeri antah-berantah di film. Universal Studio didesain berdasarkan film, segalanya mirip dengan film aslinya. ada beberapa setting yaitu: Hollywood,  New York, Madagascar, Mummy, The Lost World, Waterworld, Transformer, dan Shrek. Kawasan pertama yang terlihat adalalah Hollywood. Sebenarnya kawasan Hollywood hanyalah deretan pertokoan souvenir dan satu atraksi. Namun arsitektur Hollywood bikin wow!! Keren serasa bukan Singapore lagi.
Kawasan Hollywood
Persimpangan Hollywood dan New York

Kawasan New York

Ucups di pertokoan New York

Destinasi pertama adalah kawasan Madagaskar. Kami mencoba salah satu atraksi semacam perahu-perahu, aku lupa apa namanya. Ngantrinya 45 menit. Howaaa,,, lapar, capek, bosen. Untung saja tersedia keran air minum. Jadi kalau haus tinggal isi botol Asthy dengan air minum. Akhirnya kita didepan juga. Enaknya di Universal Studio selalu ditanya bersama berapa orang, jadi kita tidak dipisah-pisah. Kami duduk di barisan depan perahu yang didesain nuansa pantai. Lalu perahu itu masuk kedalam lorong. 
Di kapal Madagascar

Aku mengamati kanan-kiri. Kita serasa melihat film, namun film itu nyata! Pertama di kanan kiri terdapat kotak-kotak besar yang bergerak dan berbunyi "Help-help" layaknya di film yang menceritakan keempat tokoh Madagascar yang dipaketkan ke Afrika. Tiba-tiba kotak-kotak itu terbuka dan muncullah keempat tokoh Alex si singa, Marty si kuda zebra, Gloria si kuda nil, dan Melman si jerapah. Tokoh-tokoh disini seperti patung namun bisa bergerak dan bersuara layaknya kenyataan. Efek yang ditimbulkan juga ngeri, misalnya kotak tinggi yang akan menimpa lalu air terjun yang menghalangi perahu tiba-tiba membuka seperti tirai. Ada lagi tokoh lucu seperti penguin aneh, raja, dan pengikutnya. Perjalanan diakhiri dengan tarian dari semua tokoh-tokoh unyu.
Di dalam wahana Madagascar

Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke Transformer Ride. Inilah wahana ter"ngeri" yang pernah kurasakan. Lebih dari kata ngeri, sungaaaaaaaaaaar dengan huruf 'a' limit tak hingga. Tidak sia-sia menunggu 50 menit untuk wahana ini. Tak sia-sia ngantri ular diputer-puter lewat deretan TV, robot-robot, dan suasana layaknya film Transformer. Kita menggunakan kacamata 3D dan menaiki roller coaster yang didesain menyerupai mobil transformer. Aku merasakan layaknya di dalam film transformer dan mengendarai robot transformer. Kecepatan tinggi di jalan raya, tiba-tiba berubah menjadi robot, merangsek kedalam gedung-gedung pencakar, bertarung dengan robot lain, ditangkap oleh musuh, lalu terjun bebas dari gedung tinggi. Semuanya benar-benar kulihat dan kurasakan! Amazing!
Transformer Ride. keren!


Foto bertiga dengan robot Transformer

Permainan berikutnya yang kurasakan adalah roller coaster sesungguhnya yaitu Galaktica. Dari kejauhan lintasan roleer coaster yang menjulang tinggi ini sudah terlihat. Galaktica adalah double line roller coaster, ada dua roller coaster yang dijalankan yaitu warna merah dan biru. Warna merah untuk human dan warna biru untuk Cylon. 

Roller coaster Galaktica

Pintu masuk roller coaster Cylon

Sialnya kita sudah terlanjur masuk ke antrian roller coaster terekstrim yaitu Galaktica Cylon. Roller Coaster ini melaju dengan kecepatan tinggi, mendaki, melambung, berputar, nyerungsep, dan sebagainya. Rasanya 90 detik kepada euforia kematian. 90 detik penuh ketegangan. Aku yang cupu terhadap ketinggian, merasakan ngeri dan menutup mata. Saat ada sedikit keberanian untuk membuka mata, langit dan daratan terbalik. Huwaa,,, apaan ini?? Ngerii,,,, Untunglah 90 detik itu berlalu. Kita turun dari roller coaster terlemas-lemas dengan wajah pucat pasi. kepalaku sendiri rasanya pusing terputar-putar.

--Bersambung--
Read More

Sabtu, 25 Februari 2012

Day 5,75: Singapore, Miniatur Negera di Dunia

Hal paling mengesankan di Singapore adalah kamu bisa merasa mengelilingi dunia dalam sehari. Hal ini benar-benar kurasakan saat pergi ke Chinatown, Little India, dan Harbour Front. Sungguh ajaib Singapore ini!

"Ia menjadi persimpangan banyak momen di masa lalu dan berpindah-pindah tangan ke banyak pihak, mulai dari Sriwijaya, Inggris, sampai Malaysia. Jumlah populasinya banyak didominasi imigran karena letaknya yang strategis. Sebagai konsekuensi, Singapura tumbuh menjadi pusat ekonomi dan industri yang mapan." id.travel.yahoo

Aku dan Ucups mulai kebingungan karena Asthy tiba-tiba menghilang. Namun aku masih ingat perkataanya saat kusarankan agar tidak "menghilang" di negeri orang, "Aku lo bisa balik sendiri," jawabannya selalu begitu. Yasudahlah aku dan Ucups memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke Chinatown. Kita naik dari MRT Dhoby Ghaut ke MRT Chinatown. Saat berdiri di dalam MRT, aku memperhatikan keadaan sekitar. Cewek China tidur-tidur ayam sambil mendengarkan lagu dari I Phone. Mbah-mbah China duduk dengan tenang. Perempuan China dengan pakaian sexy membawa kantong belanjaan bertuliskan GUCCI. Cowok eksekutif China mbulet dengan Ipadnya (Btw, kok nggawe merk Apple kabeh sih).Ternyata didalamnya orang China semua. Buset.

Saat keluar dari MRT, sudah terasa suasana China nya. Apalagi saat itu masih dalam perayaan Imlek. Hiasan naga,tulisan-tulisan China, dan suara di MRT yang berbahasa China. Terdengar sayup-sayup percakapan orang-orang dengan bahasa China. Saat keluar dari stasiun MRT Chinatown, aku dan Ucups terkesima. Luar biasa! Bagunan lawas dijaga dengan apiknya dan digunakan sebagai toko-toko khas China. Lampion merah bergelantungan sepanjang jalan. Suasana ramai di Chinatown menjelang malam hari menjadi objek yang menarik untuk diamati.
Pertokoan di chinatown

Random, aku dan Ucups masuk ke salah satu toko. Ternyata barang-barang di Chinatown lebih murah daripada di Bugis Street, terutama gantungan kuncinya 10$ dapet 34. Banyak juga barang-barang lucu khas China yang dijual dengan harga 3 for 10$.

Sepanjang perjalanan kali itu, kita selalu tersenyum-senyum bak anak kecil yang menemukan mainan baru. Melangkah gembira mengintari daerah Chinatown. Mengamati setiap toko-toko dengan warna dominan merah. Langkah kita terhenti di museum uang logam. Berhubung masuknya (lagi-lagi) bayar, akhirnya kita hanya berfoto diluarnya. Berfoto dengan koin terbesar sedunia, berupa batu 1,5 meter berbentuk seperti donat. Gak mbayangin kalau beli jajan pakai uang itu, gelundungin batu kemana-mana -_-"
Museum Coin

Selanjutnya, aku dan Ucups mencari place of interest di daerah Chinatown. Sempat melihat-lihat keadaan temple yang berwarna serba emas dengan patung-patung dewa dan sapi.
Temple di Chinatown

Lalu aku dan Ucups menuju Temple lain Tooth Budha Relic. Jalan menuju kesana melewati deretan food court ala Chinese. Perut sudah berteriak-teriak minta diisi, ditambah godaan aroma masakan dikanan kiri jalan semakin membuatku tergiur. Namun apa daya, perasaan ragu-ragu. Ini halal apa nggak.
Tooth Budha Relic

Food Court Chinatown
Bukti pernah ke Chinatown :p

Tiba-tiba dari ujung jalan terdengar suara musik khas China dan orang ramai berkerumun di pinggir jalan. Refleks, aku dan Ucups langsung berlalri ke pinggir jalan. Menyelinap di antara desakan orang-orang. Melongok ke pinggir jalan yang ternyata sedang ada festival China. Wow cantik sekali seperti di film-film. Festival itu berupa mobil yang dihias dengan bermacam lampu warna-warni, diatasnya terdapat model dengan pakaian unik yang melambaikan tangan. Festival ini diadakan dalam rangka menyambut imlek. Benar-benar momen yang tepat untuk ke Chinatown.

Mobil hias di festival Imlek
Ramainya Festival Imlek

Jam menunjukkan setengah sembilan malam waktu Singapore. Itu artinya masih sekitar jam setengah 8 Indonesia. Aku dan Ucups yang kelaparan memutuskan untuk mengakhiri petualangan di Chinatown. Kita berdiskusi dan memilih untuk mampir ke Little India untuk makan sekaligus berjalan-jalan.

Saat berada di eskalator MRT Chinatown, "Itu kan Asthy!" teriak Ucups sambil menunjuk perempuan di MRT jalur kiri. Langsung saja kupanggil-panggil namanya. Asthy menoleh dengan wajah datar. "Kalian tadi ta tunggu di MRT Dhoby Ghaut gak ketemu, ya aku berangkat sendiri ke Chinatown," jawabnya tanpa ekspresi. "Ini kamu mau kemana?" tanyaku. "Mau balik ke peginapan," ujar Asthy. Aku dan Ucups langsung menggeret Asthy ke MRT jalur kanan. "Ayo ikut kita ke Little India dulu," ajak Ucups. 

Ajaib!!! Jalur MRT ke Little India penuh dengan orang-orang ras India. Kebanyakan berkulit hitam, berhidung mancung, bermata hitam tajam, dan mengenakan kemeja putih. Atau orang perempuannya berambut hitam panjang dan mengenakan sari berwarna-warni. Sungguh aku menjadi bingung dengan keberadaanku sendiri, perubahan dari dominan kulit kuning khas China dan kulit hitam khas India benar-benar mencolok. Kuperhatikan gaya mereka. Ada yang bercakap dengan temannnya menggunakan bahasa (entahlah India mungkin). Ada yang memakai sorban putih seperti di film Bollywood. Ada lelaki India yang telepon dengan ekspresi khas yaitu geleng-geleng kepala dan memutar tangan terus menerus (aku baru sadar kalau semua orang India melakukan hal tersebut).

Kita keluar di MRT Little India bersama segerombolan orang-orang India. Hyuuunggg, semerbak bau rerempahan menusuk hidung. Keluar MRT langsung pasar!! Kita berjalan di pinggir trotoar. Banyak pedangang kaki lima di pinggir jalan.Iini Singapore apa India? baru tadi aku merasa berada di China, kemudian sekarang aku merasa berada di India.
Toko rangkaian bunga

Pasar

Meskipun menjelang malam, toko-toko masih ramai menjajakan dagangannya dan orang-orang masih sibuk membeli. Kebanyakan yang dijual adala rempah-rempah, lalu kalungan bunga, dan ada juga toko perhiasan dengan baliho bergambar artis Bollywood. Beberapa orang sibuk mengerumuni celana jins yang dipamerkan layaknya di pasar dadakan Tugu Pahlawan.
Ayo-ayo dipilih-dipilih

Setiap aku dan Asthy lewat, setiap lelaki selalu melototi ke arah kita. Aku heran, what's wrong?? Taraaa...... We are in the wrong place! Semua orang di Little India malam itu adalah laki-laki. Aku langsung gelagapan dan selalu berjalan di dekat Ucups. Puluhan mata melotot setiap kami berjalan. Ohh,,,,

Terjebak di Little India

Beberapa meter didepan kita, banyak sekali orang yang berkumpul. Samar-samar terdengar suara musik. Aku tersadar esok adalah festival Thaipusam, festival orang Hindu. Mungkin budayanya saat malam perayaan, orang laki-laki akan berpesta terlebih dahulu. Perjalanan di Little India adalah yang terpendek hanya setengah jam. Kita langsung kembali menuju MRT. Ada saja halangan menuju kesana karena ramainya jalanan oleh orang laki-laki. Kita mencari jalan pintas melewati warung kaki lima, terlihat didalamnya orang-orang pesta makan dan bir terletak di meja. Mengerikan, kita memepercepat langkah dan merasa lega saat sampai di dalam MRT.

Tujuan berikutnya adalah MRT Bugis, disana kita akan interchange ke MRT Kembangan. Namun kita sempatkan untuk makan ke KFC (lagi) di Mall dekat MRT Bugis. Sungguh hari itu merupakan perjalanan yang unik untuk mepelajari kehidupan di Singapore. Mulai Bugis yang identik dengan Indonesia-Malaysia, daerah Raffles yang benar-benar nuansa singapore, merasakan sensasi China di Chinatown, dan berada di kerumunan orang barbau rempah di Little India. Freak trip!!
Read More

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena