Aku terbagun, bermimpi akan ditabrak pesawat yang mulai mendekat ke arahku. Aku baru sadar kalau aku memang sedang tidur di area bandara ditemani dengan suara menderu pesawat yang akan terbang atau mendarat. Jam surau menunjukkan pukul empat dini hari. Kucari udara segar diluar, yang ada malah angin kencang berhembus. Kulihat Asthy yang masih tertidur pulas, amanlah tasku ada yang jaga, hehe. Aku keluar sejenak menuju daerah di sekitar surau yang ternyata adalah food court. Minuman Malaysia yang pertama kali kucoba adalah jus anggur campur lidah buaya, ternyata enak juga.
Sekitar jam lima pagi, aku mengambil air wudhu dan mulai menjalankan shalat Shubuh. Belakangan aku baru tahu bahwa jam shalat Shubuh di Malaysia adalah jam 06.10. Grr** pantesan kok matahari belum muncul-muncul juga pas jam 05.30, jam di Malaysia lebih cepat 1 jam.
Jam shalat di National Mosque Kuala Lumpur |
Bis dari LCCT ke Salak Tinggi |
Sekitar jam 7 pagi, kita (aku, Asthy, dan Adit) sudah duduk-duduk di dekat loket penjualan Fast Train KLIA (Kuala Lumpur International Airport). Tempat destinasi pertama kita adalah komplek Putrajaya- Cyberjaya. Harga tiketnya adalah 5.5 RM. LCCT ke Stasiun Salak Tinggi naik bis/ bas dalam bahasa Malaysia. Lalu dilanjutkan dengan naik kereta cepat dari Salak Tinggi ke Putrajaya. Pemandangan di Malaysia kebanyakan berupa deretan pohon kelapa sawit. Pagi itu, hanya ada kurang dari 10 penumpang didalam bis, rasanya seperti bis pribadi.
Aku tercengang saat diturunkan di stasiun Salak Tinggi. Cek apike seh,,, Bagunannya futuristik. Penjualan tiketnya menggunakan mesin otomatis dan ada pula yang dijaga secara manual. Tiket yang kupunya kumasukkan ke dalam mesin dan pintunya akan terbuka. Tiket itu disimpan lagi untuk dimasukkan ke stasiun tujuan. Lalu naik eskalator/ lift untuk menuju bagian dari kereta yang akan dinaiki. Tidak seperti stasiun di Indonesia yang tidak ada jembatannya dan berbahaya, bahkan terkadang kita harus melewati bagian kereta lain untuk menuju ke tempat tunggu kereta tujuan kita.
Kereta cepat, namanya seperti lajunya. Cepet banget. Bahkan ada satu kereta yang lewat dan tidak sempat kufoto saking cepatnya. Saat kereta tujuanku telah sampai, aku terbengong lagi. Ini film apa nyata? Didalamnya seperti layaknya kereta di dorama Jepang. Keretanya bersih dan jalannya jangan ditanyakan lagi- cepat sekalee dan minim suara. Hanya sekitar 10 menit dari Salak Tinggi ke Putrajaya.
Di dalam kereta cepat |
Sesampainya di stasiun Putrajaya, kita mencari jalur bis yang menuju ke daerah sentral Putrajaya yaitu komplek Masjid Putra. Kalau tidak salah bisnya bernomer 101. Setiap nomor bis sudah ada tempatnya masing-masing dan penumpang harus antri untuk masuk bis. Bayarnya 1-2RM sekali naik. Cara pembayarannya adalah tunai di bis, nantinya akan ada struknya.
Bengong jilid 3. Masya Allah,,, kawasan Putrajaya benar-benar menakjubkan. Semuanya tertata rapi dan bersih. Tak ada sehelai daun pun yang mengotori jalan. Perumahan dan apartemen tertata dengan rapi. Komplek ini dikelilingi sungai yang mengintari sebuh pulau kecil. Ada dua jembatan, desain satunya futuristik dan satunya lagi jembatan heritage. benar-benar seperti kota masa depan. Kabarnya Putrajaya merupakan pengalihan dari pusat pemerintahan, Putrajaya didesain dahulu baru dibangun sesuai desain yang ada.
Jalan raya (apik banget) |
Setelah Asthy nanya kanan-kiri, kita turun di salah satu halte. Ternyata dibelakang halte tersebut adalah taman yang indah. Jalan sedikit lagi, terlihat bundaran yang berisikan bendera Malaysia dan bendera propinsi. Disekitarnya terdapat masjid Putra dan Gedung Pemerintahan. Entahlah aku bingung mau menuliskan apa. Saat itu saja, aku dan kawan-kawanku speechless dan tanpa sadar duduk di tangga taman sambil terbengong dengan pemandangan di depan kita. Tas gajah seakan bukan sesuatu yang berat lagi.
Kita langsung menuju ke dalam Masjid Putra. Disana, setiap kaum perempuan wajib mengenakan rok da kerudung. Aku dan Asthy yang bercelana, dipinjami semacam jubah pink. Masjid Putra berada di pinggir danau, lantainya dipoles hingga memantulkan bayangan, pemandangan Putrajaya dari Masjid Putra benar-benar menakjubkan. satu hal yang bisa kita lakukan, Shalat Dhuha bersyukur atas rezeki yang telah diberikan hari itu.
Gedung pemerintahan |
Suasana di dalam Masjid Putra |
Masjid Putra |
Pemandangan kota dari Masjid Putra |
Disekitar pusat Putrajaya juga masih terdapat pemandangan yang indah seperti tepian danau, jembatan, bangunan unik, dan taman indah. Selain itu, Putrajaya juga sangat memanjakan pejalan kaki. Jalan pejalan kaki dua kali lebih besar daripada jalan raya untuk kendaraan.
Masakan khas Malaysia yang pertama kucoba adalah Nasi Briyani lauk ayam di Putrajaya. Nasi Briyani mirip dengan nasi Kebuli dengan rasa berbeda, nasi Briyani kaya akan rempah. Pokoknya enak! Apalagi disantap di pinggir danau. Hum maknyuss.
Nasi Briyani |
Bersambung--
Harusnya negeri ini belajar ke tetangga sebelah ya? hiks, miris banget sama negeri ku ini
BalasHapusYah jgn cuman kesebelah patokannya. Masih banyak teknologi, budaya positif yang harus dipelajari dari negeri lain. Btw, blogmu kok gbs ku follow?
BalasHapuskomen lagi ah...
BalasHapusPutra Jaya emang didesain dulu sebelum dibangun.
keren sih, tapi Indonesia masih punya harapan untuk punya yg kayak beginian ^^