Setelah sarapan roti gratis, kita (aku, Asthy, dan Adit) langsung menuju ke KL Sentral untuk naik komuter ke Temple Batu Cave. Perjalanan panjang dengan harga tiket 1RM, murah banget. Batu Cave merupakan tujuan akhir dari komuter ini. Komuter sedikit berbeda dengan MRT, lebih tradisional dan lebih lambat. Namun tetep aja bersih dan canggih menurutku. Di dalam komuter juga ada gerbong khusus untuk female.
Sesampai di Stasiun Batu Cave, kita langsung jalan kaki ke Batu Cave yang letaknya dekat. Temple Batu Cave adalah pusat persembahayangan umat Hindu di daerah sekitar Kuala Lumpur. Letaknya yang berada di dalam goa tebing membuatku penasaran ingin mengunjunginya.
Kuil disekitar Batu Cave, ada patung dewa anjingnya |
Suasana Hindu langsung terasa saat berjalan menuju Batu Cave, berasa di India. Apalagi hari itu mendekati festival orang Hindu, Thaipusam. Banyak orang yang sembahayang dengan pakaian khas seperti sari maupun sorban India. Semua orang berbondong-bondong mendaki tangga Batu Cave sambil menyunggi kendil tembaga yang berisi air untuk didoakan. Benar-benar pemandangan yang unik.
"Batu Caves (Tamil: பத்து மலை), adalah bukit kapur, yang memiliki serangkaian gua dan kuil gua, terletak di distrik Gombak, 13 kilometer (8 mil) utara dari Kuala Lumpur, Malaysia. Ini mengambil nama dari Batu Sungai Batu Sungai atau, yang mengalir melewati bukit. Batu Caves juga merupakan nama desa terdekat. Gua ini adalah salah satu kuil Hindu diluar India yang paling populer, yang didedikasikan untuk Dewa Murugan. Ini adalah titik fokus Hindu festival Thaipusam di Malaysia." (wikipedia-lagi)
Di pelataran Batu Cave, depan Patung Murugan |
Yak penadakianpun dimulai dari patung emas Murugan yang berdiri kokoh menjaga Batu Cave. Sepuluh tangga, dua puluh tangga, foto!! :D Benar-benar perjalanan yang melelahkan, teringat terakhir kali mendaki ratusan tangga adalah di Gunung Kelud. Masih mending di Batu Cave lah, lebih aman dengan cuaca cerah. Di sepanjang jalan terlihat mbah-mbah India yang ngos-ngosan saat mendaki tanjakan Batu Cave.
Mendaki sambil foto :p |
Setelah sampai di atas, ngerii pemandangannya. Terlihat gedung pencakar langit Kuala Lumpur samar-samar tertutup oleh awan. Selanjutnya aku dan Adit yang sampai duluan di atas tiba-tiba ngomong ga penting. "Eh, gimana ya cara bawa etalase jualan ini kesini?" ungkap Adit sambil melihat jajaran etalase di puncak Batu Cave. "Mboh yo dit, sakno bener yang bawa itu dulu," jawabku.
Pemandangan kota Kuala Lumpur dari Batu Cave |
Setelah Asthy sampai di atas dengan selamat, kita masuk ke dalam goa dan memandang keadaan sekitar. Terdapat beberapa temple dalam satu gua. Di dalamnya berjejal orang Hindu yang melakukan persembahayangan ke dewa sambil melantunkan nyanyi-nyanyian dan menabur kembang-kembangan.
Sembahayang Orang Hindu |
Asthy kenalan dengan orang India |
Aku dan Adit memutuskan untuk mendaki ke temple di Batu Cave yang lebih tinggi lagi. Sedangkan Asthy memutuskan untuk beristirahat dan tidak kuat mendaki lagi. Di tanjakan berikutnya merupakan temple tertinggi dari Batu Cave. Pemandangannya hampir sama dengan temple di bawahnya. Entahlah fungsinya apa, mungkin saja dewanya berbeda di setiap temple.
Adit dan temple tertinggi di Batu Cave |
Turun dari Batu Cave, aku dan Asthy menyempatkan diri bermain bersama ratusan burung-burung di pelataran Batu Cave yang geje. Burung-burungnya aneh kayak di timer. Semenit di pelataran, semenit lagi terbang menuju temple dan begitu seterusnya. Apa ga pegel ya burung-burung ini?
Ratusan burung di pelataran Batu Cave (model:Asthy) :D |
Perjalanan diakhiri dengan membeli barang-barang aneh. Adit membeli es cincau, Asthy membeli manisan ala India (rasane kayak jajan pasar yang biasa ada di kawinan), dan aku membeli bulu merak untuk pembatas buku.
Bersambung--
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan dikomen ya... ^^