a choice that change my life

Minggu, 23 September 2012

Unique Friends

Selama ini aku tidak memiliki teman berwarga negara asing. Semua temanku adalah orang Indonesia. Bagaimana tidak, hidupku selama lebih dari 20 tahun ini berada di Indonesia.  Perkenalanku dengan orang asing sebatas chatting dan teman bule - anak dari bos pamanku, yang sedang dinas ke Gresik (aku aja lupa nama bulenya, tapi ada banyak fotoku dengannya). Rasanya saat keluar dari tempurung yang bernama negara, semuanya menjadi lebih beragam. Padahal sebelumnya, kupikir aku sudah mengenal berbagai jenis orang dengan logat bahasa Indonesia yang berbeda.

Lha sekarang teman-temanku kebanyakan dari Thailand. Dia gak ngerti aku ngomong apa, aku ga ngerti dia ngomong apa. Tapi lama-lama terbiasa juga dengan logat mereka. Mereka terbiasa pula dengan logatku. Banyak hal-hal lucu yang kutemui dari mereka. Pertama, jika menanyakan nama pendek,namanya benar-benar pendek. Misalnya temanku bernama pendek Nop, Pat,Fang, bahkan ada yang cuma M. Saat mereka bertanya nama pendekku kujawab "Elita",mereka bingung dan menanyakan nama yang lebih pendek. Perasaan iku wes pendek, akhirnya kujawab aja "Lita".

Kedua, terkadang pengucapan bahasa Inggris mereka aneh. Begitupun pengucapan bahasa Inggrisku yang kaku, A ya A,I ya I. Padahal A bisa dibaca ei, E bisa dibacai ai. Ada satu temanku yang logat Thailandnya sangat kental. "Use" menjadi "nyut". Sampai bingung aku,anak ini ngomong apa. Seringkali aku memintanya mengulang perkataanya sampai tiga kali karena aku tak tahu dia ngomong apa. Sampai dia merasa bersalah sendiri dan bilang "Ar you taiyed wit me?"/Are you tired with me? dengan logat Thailandnya. Terang saja aku tertawa,wong aku sendiri juga bad in speak and listening.

Ketiga, ternyata nama panggilan mereka berbeda dengan nama panjang. Aku baru tau hal ini setelah kerja kelompok dengan mereka dan menuliskan nama panjang mereka. Seperti Fang,ternyata nama panjangnya Wittrayaphokam .... Terus kutanya mana ada fang dinamamu. Ternyata mereka tertawa dan menjelaskan bahwa nama panggilan itu ditentukan sendiri oleh mereka. Mereka bisame memiliki nama panggilan berbeda di komunitas yang berbeda, rumah/sekolah/dll. Aku cuma bisa melongo, lain kali bolehlah aku mengenalkan diri dengan nama Sophia/Cherry/Belle/Yoona.Haha...

Mereka juga toleran dan menghormati kebudayaan dan agama lain. Seringkali aku ijin untuk sholat dan meminjam sepeda dari mereka. Suatu hari,saat belajar kelompok, aku diajak dinner dengan mereka. Mereka tahu bahwa aku hanya makan makanan halal. Mereka menanyakan apa saja yang boleh kumakan. Kujawab saja "Seafood and egg". Mereka bingung kok aku tidak bilang ayam/bebek/sapi dll. Akhirnya kujelaskan bahwa daging itu bergantung pada halal. Sedangkan makanan laut dan telur selalu halal. Aku takkan menjelaskan mengenai proses sembelih halal dan tidak (rempong njelasinnya).

Dinner dengan mereka semacam makan di Pak Bas,ikan dengan porsi besar untuk beberapa orang."Can, cannot" mereka memesan dan memisahkan makanan yang boleh kumakan dan tidak boleh kumakan. Tom yam udang dengan jamur, telur dadar,som yam, dan telur dadar campur lele. Haa baru kali ini aku merasakan masakan Thailand yang enak. Sebelumnya aku hanya makan makanan dari dua warung yaitu kadetaria dan FE (Food Engineering). Aku merasa kurang cocok dengan makanan disana,karena lebih ke masakan India.Pernah suatu kali aku membeli soto ayam. Pas ta coba rasanya kayak sayur asem dikasi ayam. Ga enak >_< . Jadi malam itu aku merasa beruntung bisa makan enak, meski agak was-was, namun aku percaya pada mereka.

Pernah juga aku berbinacang dengan temanku dari Myanmar. Seperti yang telah diketahui dan banyak diberitakan media internasional, saat ini Myanmar sedang dilanda konflik. Entah bagaimana ceritanya,dia menceritakan tentang kehidupan di Myanmar. Dia mengatakan bahwa tidak menyukai pemerintahan diktator saat ini, dan pemerintahan itu telah memerintah dan menjual aset Myanmar selama 60 tahun. Dia juga sangat mengidolakan tokoh wanita yang paling berpengaruh di Myanmar,Aung Su Kyi (semoga ga salah nama).

Belum genap aku masuk selama seminggu, ada murid baru dari Pakistan. Namanya Tooba. Dia adalah murid PhD, berkerudung khas Pakistan. Waduh ini malah logatnya ngeri. Aku tak tahu dia ngomong apa sampai dia tuliskan apa yang diomongkan di kertas. Aku juga agak gimana gitu, lha tatapan matanya tajam, ngomongnya teges dan cepat. Pernah suatu hari dia menyapaku "Assalamualaikum". Karena aku gak ngeh dengan logatnya, aku hanya diam sampai dia menngulangi lagi salamnya dengan lebih keras."Waalaikumsalam warrohmatuwah hi wabarakahtuh," jawabku yang baru ngeh.

Haha,,,orang itu unik dan beragam. Termasuk aku yang unik di perpektif mereka.
Read More

Fake Study Oriented

Jujur saja, aku bukan jenis manusia yang study oriented selama masa sekolah sampai masa kuliah. Memang benar, bagiku pendidikan yang utama. Namun aku hanya belajar disaat dibutuhkan. Mengerjakan tugas saat dibutuhkan pula. Aku adalah salah satu jenis mahasiswa yang suka kesana kemari (seperti:organisasi, mbolang). Terang saja,aku terlihat paling malas diantara teman-teman fast trackku. Teman-teman yang lain memang jenis mahasiswa studi oriented dari awal semester. Nah, bisa dibilang tujuanku ke Thailand adalah mbolang oriented. Thailand memang terkenal dengan pariwisatanya yang bejibun. Namun impian itu berbalik 180 derajat menuju jalan yang benar yaitu study oriented.

Aku dan teman-teman datang keThailand pada hari Senin malam. Menginap di kos-kosan level hotel lalu esoknya memulai hidup perkuliahan di AIT. Sebenarnya kosan yang kita tempati adalah TU Dome (Thammasat University Dormitory) yang terletak dekat dengan AIT. Sedangkan asrama milik AIT penuh dan banyak yang rusak karena serangan banjir tahun 2011 lalu. Jarak antara TU dome dan AIT sekitar 15 menit jika naik kendaraan bermotor. AIT menyediakan angkutan umum bernama songthew yang mengangkut dari TU Dome sampai AIT. Songthew adalah mobil pickup tertutup, semacam mobil polisi yang ada tempat duduknya. Songthew dapat dinaiki secara gratis dari TU Dome ke AIT.
Naik Songthew rame-rame :)
Hari pertama, kita ber 16 dijemput oleh ketua Permitha (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Thailand) AIT yaitu mas Burhan. Pertama yang dia lakukan adalah menunjukkan halte songthew yang berada di depan TU Dome dan harus melwati jembatan penyebrangan. Mas Burhan juga menunjukkan jadwal songthew. Jadi tidak bisa naik songthew seenaknya.

Sesudah sampai AIT yang pertama dilakukan adalah sarapan makanan halal. Ada dua gerai makanan halal di  AIT, yaitu di jurusan Food Engineering dan di kafetaria. Rasanya gembira bisa makan nasi. Setelah itu registrasi dan sebagainya. Lalu diberitahu letak masjid, grocery,108 (semacam indomaret), dan AIT language  Center. Setelah itu dikenalkan pula dengan orang-orang Indonesia yang kuliah di AIT. Ternyata ada dua orang yang kuliah di jurusan Energy, jurusan yang kuambil, yaitu Mas Gunawan dan Stephanus. Hari pertama ditutup dengan naik songthew kembali ke TU Dome.

Hari kedua, aku diantarkan oleh Mas Gunawan untuk registrasi di jurusan. Pikirku hari itu ya cuma registrasi-registrasi dulu. Saat aku diberi jadwal kuliah, enatah gimana ceritanya ternyata saat itu ada kuliah. Mas Gunawan mengantarkanku sampai ke pintu kelas. Jam menunjukkan pukul 9 pagi, sedangkan kuliah dimulai jam 8 pagi.

Aku masuk kelas dengan tampang bingung sambil berkata "I am new student," dan duduk disembarang tempat. Saat itu pelajarannya adalah Energy in Building. Dr.Mohanty, pengajarku menjelaskan tentang pencahayaan hemat energi di bangunan. Ya jelas aja aku mudeng-mudeng dikit, lha Tugas Akhirku tentang pencahayaan dalam ruangan. Lalu Dr.Mohanty mengajak mahasiswa sekelas untuk berkeliling bangunan di departemen energi yang dalam perenovasian. Beliau menunjukkan pencahayaan dengan light pipe, hampir sama dengan TA. Ya spontan aku ngomong "This is using mirror, right?". Ternyata benar (ya emang aku tahu).
Energy Park,surga konversi energi matahari

Belum sempat berkenalan dengan teman-teman lain, tiba-tiba diakhir kelas dibagikan soal dengan judul "quiz". Great! Kuliah pertama, masuk telat, quiz pula. Dr.Mohanty berkata bahwa aku tidak perlu mengerjakan soalnya. Namun tetap kukerjakan, hanya ada 5 soal dan dua soal berhubungan dengan pencahayaannya. Saat kukumpulkan, beliau berkata "She is ideal student". Kriiiikkkkk -_________- padahal 2 soal dari 5 soal ta kosongin.

Selanjutnya aku diminta ke ruangannya setelah kuliah. Beliau menjelaskan tentang kuliah yang telah kulewatkan 3 minggu sebelumnya. Kira-kira hampir dua jam dijelaskan mengenai bagaimana menghemat energi pada bangunan. Saat itu, baru pertama kali berbicara bahasa inggris dan mendengarkan dengan terbata-bata. Dr.Mohanty memahami itu dan membiarkan diriku beradaptasi dengan bahasa Inggris. Lalu aku juga menceritakan programku joint degree dan sedikit tugas akhirku.

Siangnya ada kelas lagi, aku berkenalan dengan teman-teman sekelas. Namun bahasa yang dipakai kebanyakan masih bahasa tarzan, tunjuk sana, tunjuk sini. Aku bicara bahasa Inggris dengan tak terstruktur, sementara mereka berbicara bahasa Inggris dengan logat Thailand. Logatnya Thailand? Silakan menonton film thailand terkenal seperti first love,suck seed dll. Begitulah logatnya, namun dengan bahasa Inggris. Untung saja ada Stephan yang menunjukkan kelas, jadwal kuliah dan sebagainya dengan bahasa Indonesia. Hiuff, menarik napas lega.

Kuputuskan untuk mengambil bidang Energy Technology karena bidang lain lebih berhubungan dengan power plant dan manajemen energi. Sekelas (bidang energy technology) terdapat 10 orang mahasiswa. 7 dari 10 orang itu adalah orang Thailand. Jadi aku lebih sering mendengar mereka berbicara dengan bahasa Thailand daripada bahasa Inggris.

Ada-ada aja kejadian lucu saat berteman dengan mereka. Next post ... :)
Read More

Rabu, 19 September 2012

Ngekos Level Hotel di Thailand

Serasa esklusif menjadi penerima beasiswa. Padahal asline tidak merasa pantas, hanya beruntung -,- . Terimakasih kepada DIKTI yang telah memberi beasiswa, kepada dosen-dosen dan staf di pascasarjana yang telah memberi kesempatan untuk melanjutkan studi keluar negeri. Terlebih lagi kepada Tuhan yang Maha Esa dan orangtua tercinta. (Semacam kata pengantar tugas akhir aja -,-)

Aslinya kami, orang ber-16 yang mendapat beasiswa itu merasa beruntung, padahal sebenarnya kebanyakan adalah orang-orang yang gagal bahasa. Ada pepatah, kegagalan adalah pangkal kesuksesan :D (ngeles).

Pertama kali aku menjejakan kaki di Thailand. Detik itu pula aku dan teman-temanku harus membiasakan diri dengan huruf cacing yang merajalela dimana-mana. Ini pengalaman keluar negeri keduaku. Bedanya, kali ini aku keluar negeri bukan untuk berjalan-jalan tapi untuk belajar. Kedatangan aku dan teman-temanku juga disambut secara khusus oleh Atase Pendidikan Indonesia di Thailand, Ketua Persatuan Mahasiswa Thailand, dan tiga staf resmi dari Asian Institute of Technology (AIT). Heboh pokoknya.

AIT terletak di Pathum Thani, sekitar 1,5 jam perjalanan dari Bangkok. Kami ber 16 dijemput dengan van. Disana kami sudah disiapkan asrama. Sepanjang perjalanan yang kulihat hanya jalan tol dengan tiang listrik dikanan kiri, tak ada bedanya dengan Indonesia.
Ini kos-kosan -,-
Van berhenti didepan mall. Ya ta kira makan dulu di KFC atau gimana. Ternyata mall itu adalah tempat tinggal kita. Lantai 1 dan 2 adalah mall, sedangkan lantai 3-9 adalah apartemen. Gendeng, opo-opoan iki,pikirku. Ta kira ya hanya untuk sementara waktu, ternyata itu adalah asrama kita untuk waktu yang tidak ditentukan. Yahh kira-kira beginilah spesifikasi asramanya:
1. Lantai 1 dan 2 adalah mall, kalau mau ngemall tinggal turun ke lantai bawah
2. Kalau mau masuk ke apartemen harus memakai ID Card dari apartemen dan ditempelkan ke mesin otomatis yang akan membuka pintu. Beda dengan masuk kamar lho
3. Kamarku berada di lantai tiga, jika akan ke kamar, harus naik lift dulu
4. Buka pintu kamar dengan kunci (standart) :p
5. Kamarnya tiga kali lebih besar dari kamar kosakanku,satu kamar untuk dua orang
6. Kasur spring bed lumayan besar, ada dua. Padahal biasanya aku pakai kasur kapuk
7. Lemari besar tiga pintu dengan cermin lebar didalamnya. Padahaldulu  biasanya pakai lemari mau rubuh -,-
8. Ada dua meja kursi untuk belajar dan satu meja untuk makan
9. Kamar mandi dalam dengan peralatan lengkap. Toilet duduk, shower air hangat, wastafel, cermin
10. AC
11. Balkon kecil yang menghadap ke taman-tamanan
12. Setiap hari Minggu ada petugas kebersihan yang membersihkan kamar apartemen

Aku sekamar dengan Nuril, anak Teknik Mesin ITS. Kita berdua cuma bisa mangap-mangap melihat kemewahan asrama baru. Seneng terus senep. Senep karena ga tau berapa yang harus dibayar untuk kemewahan ini. Nikmati sajalah kemewahan kos-kosan ini,akhir bulan baru dipikir dan siap-siap kaget berapa bayarnya.Hhaa

Read More

Fast Trap to Thailand

Tiba-tiba gambar menara eiffel di kosanku serasa runtuh saat diputuskan bahwa yang tidak lulus bahasa Prancis tidak bisa melanjutkan studi ke Prancis. Padahal Letter of Acceptance dari Sorbonne Universite sudah ngawe-ngawe (memanggil-manggil). Rasanya seperti mimpi diterima di Universitas Laskar Pelangi yang berlokasi di Paris itu. Tapi apa daya kemampuan tak sampai. Hehe,,, Level Bahasa Prancis yang dibutuhkan untuk mendapat beasiswa DIKTI adalah B2, sedangkan levelku hanya A2 (A1,A2,B1,B2,C). C'est difficile. Yang membuat bertambah nelangsa itu jawaban dari profesor Sorbonne saat aku menginformasikan bahwa aku tidak lulus tes Bahasa Prancis. Beliau tetap menerimaku di Sorbonne dan beliau malah mengkhawatirkan beasiswaku. Bahkan sampai saat hari masuk kuliah disana, beliau menanyakan keberadaanku dan apakah aku memilliki masalah denganVISA. Akhirnya kujelaskan sejujur-jujurnya bahwa beasiswaku ke Prancis dicabut karena aku tidak sanggup lulus tes bahasa. Untung saja, beliau mengerti dan membalas emaiku "Sayang sekali, semoga kamu sukses dengan studimu disana". Profesornya baik sekali,,,

Akhirnya para pemimpi menara eiffel yang gagal diberi pilihan untuk melanjutkan di AIT (Asian Institute of Technology) di Thailand. Awalnya aku ragu karena tidak memiliki jurusan yang sesuai dengan bidangku. Terlebih lagi universitasnya semacam gak jelas. Namun saat detik-detik terakhir aku menyerahkan formulir pendaftaran, motivation letter, recommendation letter, dan proposal thesis, lalu mendaftar di jurusan yang bukan bidangku, Energy. Dan ternyata juga AIT itu bukan milik Thailand tetapi milik Asia dan universitas international. Pikiranku saat itu sebenarnya cuma pengen mbolang ke Thailand dan mengasah Bahasa Inggris. Mimpi yang dangkal :p

Tidak ada kabar selama sebulan, anatara tidak dan iya. Gambling sekali. Terkadang dalam rentang itu, kita diminta mengirimkan dokumen-dokumen yang dibutuhakan. Tentunya dengan pengumuman mendadak seperti biasanya, yaitu email hari inidan tertulis "Kumpulkan dokumen diatas hari ini". Lalu bacanya baru jam 4 sore. Pernah suatu kali, aku berjalan-jalan di Situbondo baru  sehari. Sorenya di SMS diminta mengumpulkan dokumen hari itu juga, paling lambat besok. Akhirnya pagi buta aku berangkat dari Situbondo ke Surabaya. Sampai Surabaya ke Gresik untuk mengambil laptop karena dataku di laptop semua. Lalu bergegas ke Surabaya lagi untuk cek kesehatan, pinjam kartu kredit, dan mengisi formulir.

Tak ada kabar lagi. Sampai tidak berharap rasanya. Sampai tiba-tiba setelah hari raya, anak-anak yang mendaftar ke Thailand dikumpulkan. Ternyata kita semua sudah mendapat LoA dan akan berangkat seminggu lagi. Rasanya geje-geje kaget, ga jelas, dan seneng. Kita juga diminta mencari info tentang VISA. Namun saat akan membuat VISA, paginya diberi informasi jangan membuat VISA dulu karena kerjasama dengan DIKTI belum fix. Ada kemungkinan tidak jadi berangkat. Geje jilid dua. Selanjutnya geje jilid tiga karena sorenya "Silakan buat VISA sekarang" artinya kita fix dapat beasiswa dari DIKTI. toeng toeng....

Tanggal keberangkatannya pun sudah ditunda tiga kali akhirnya diputuskan hari Senin tgl 9 Oktober dan perkuliahan di AIT sudah terlambat tiga minggu lampau. Tanda tangan kontrak dengan DIKTI saja baru dilakukan hari tanggal 7 Oktober. Tentang kontrak ini, akan kujelaskan sedikit. Aku mendapat beasiswa dari DIKTI dan disini terdapat perjanjian bahwa aku harus bersedia menjadi dosen di perguruan tinggi di Indonesia. Kontraknya 2n+1 jika sekolah luar negeri, artinya jika aku hanya bersekolah selama 1tahun maka  aku wajib menjadi dosen selama 3 tahun. Besar beasiswanya tergantung negara yang dituju. Pada tahun 2012, aku mendapat rincian biaya sebagai berikut:
1. Biaya sekolah dan uang pendaftaran, ditanggung seluruhnya oleh DIKTI
2. Asusransi kesehatan,sekitar Rp 400rb
3. Biaya transportasi (PP) sesuai tiket pesawat ekonomi
4. Biaya hidup,600$/bulan
5. Biaya kedatangan pertama, 600$
6. Biaya buku, 250$/semester

Keliyatannya memang banyak, namun harus bersiap-siap uang karena terkadang beasiswa DIKTI terlambat. Sedangkan untuk kasus beasiswaku,uang pertama dipinjamkan dari Pascasarjana ITS. Uang pesawat juga akan diganti DIKTI jika kita menunjukkan boarding pass, artinya pertamanya pakai uang kita.

Tanggal 9 September datang dengan cepat. Hari keberangkatanpun tiba. Mimpi memakai kebaya baru di hari wisuda tanggal 22 September harus dibuang. Penyerahan ijazah dilakukan di acara pelepasan mahasiswa yang akan berangkat ke Thailand. Acara khusus bertempat di lantai 1 Gedung Rektorat berlalu dengan singkat. Tanpa kebaya, tanpa sorak-sorakan teman-teman,tanpa pengumuman cumlaude (karena  mahasiswa di runagan itu cumlaude semua -,-), tanpa orang tua,,,, itulah wisuda sarjanaku.

Sekitar jam 15.00 pesawat AirAsia terbang selama tiga jam menuju Thailand. Nah, welcome to the Thailand. Sawatdeee..... :D

Kedatangan di bandara Suvarnabhumi-Bangkok

Read More

Cara Membuat VISA Studi Thailand di Surabaya

Banyak sekali yang terjadi dalam sebulan ini. Tiga minggu lalu, aku masih bersantai di rumah sambil main dengan kucingku. Eh,sekarang sudah sibuk cas cus bahasa Inggris yang pas-pasan, ketemu teman-teman baru, dan baru masuk langsung dapat quiz.

Oke, aku akan menceritakannya lain kali. Disini aku akan menceritakan bagaimana mendapatkan VISA Studi ke Thailand. Jika berdomisili di Indonesia timur,tak perlu jauh-jauh ke Jakarta untuk mengurus VISA studi ke Thailand.

Alamat konsul Thailand di Surabaya: Jl.Ikan Duyung 38 Surabaya. Letaknya di sekitar JL. Perak Timur, masuk ke gang JL. Ikan gurami, belok kanan dan cari JL. Ikan Duyung. Letaknya di dalam perumahan dan berupa rumah biasa. Bedanya, banyak sekali kendaraan yang diparkir didepan rumah dan terdapat logo kerajaan Thailand.

Berkas yangharus disiapkan:
1. Paspor asli
2. Letter of acceptance dari sekolah di Thailand
3. Pas foto berwarna 4x6,empat kali (untuk jaga2, siapkan juga pas foto 3x4)
4. Uang 80$
Nanti akan diminta untuk mengisi form. VISA dapat diambil tiga hari setelahnya. Cepat dan tidak ribet.
Namun sayangnya VISAnya hanya berupa stempel -,- bukan stiker, ditulis tangan pula. Huu,,,

Oya VISA ini berlaku selama tiga bulan setelah masuk Thailand dan masa berlaku VISA untuk masuk Thailand adalah tiga bulan sejak tanggal dikeluarkannya VISA. VISA jenis ED atau studi hanya single entry, artinya jika keluar dari Thailand, VISA sudah tidak berlaku lagi.

Lain kali akan kujelaskan bagaimana memperpanjang VISA dan bagaimana keluar dari Thailand tanpa membuang masa berlaku VISA. Happy Study!
Read More

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena