a choice that change my life

Rabu, 19 September 2012

Fast Trap to Thailand

Tiba-tiba gambar menara eiffel di kosanku serasa runtuh saat diputuskan bahwa yang tidak lulus bahasa Prancis tidak bisa melanjutkan studi ke Prancis. Padahal Letter of Acceptance dari Sorbonne Universite sudah ngawe-ngawe (memanggil-manggil). Rasanya seperti mimpi diterima di Universitas Laskar Pelangi yang berlokasi di Paris itu. Tapi apa daya kemampuan tak sampai. Hehe,,, Level Bahasa Prancis yang dibutuhkan untuk mendapat beasiswa DIKTI adalah B2, sedangkan levelku hanya A2 (A1,A2,B1,B2,C). C'est difficile. Yang membuat bertambah nelangsa itu jawaban dari profesor Sorbonne saat aku menginformasikan bahwa aku tidak lulus tes Bahasa Prancis. Beliau tetap menerimaku di Sorbonne dan beliau malah mengkhawatirkan beasiswaku. Bahkan sampai saat hari masuk kuliah disana, beliau menanyakan keberadaanku dan apakah aku memilliki masalah denganVISA. Akhirnya kujelaskan sejujur-jujurnya bahwa beasiswaku ke Prancis dicabut karena aku tidak sanggup lulus tes bahasa. Untung saja, beliau mengerti dan membalas emaiku "Sayang sekali, semoga kamu sukses dengan studimu disana". Profesornya baik sekali,,,

Akhirnya para pemimpi menara eiffel yang gagal diberi pilihan untuk melanjutkan di AIT (Asian Institute of Technology) di Thailand. Awalnya aku ragu karena tidak memiliki jurusan yang sesuai dengan bidangku. Terlebih lagi universitasnya semacam gak jelas. Namun saat detik-detik terakhir aku menyerahkan formulir pendaftaran, motivation letter, recommendation letter, dan proposal thesis, lalu mendaftar di jurusan yang bukan bidangku, Energy. Dan ternyata juga AIT itu bukan milik Thailand tetapi milik Asia dan universitas international. Pikiranku saat itu sebenarnya cuma pengen mbolang ke Thailand dan mengasah Bahasa Inggris. Mimpi yang dangkal :p

Tidak ada kabar selama sebulan, anatara tidak dan iya. Gambling sekali. Terkadang dalam rentang itu, kita diminta mengirimkan dokumen-dokumen yang dibutuhakan. Tentunya dengan pengumuman mendadak seperti biasanya, yaitu email hari inidan tertulis "Kumpulkan dokumen diatas hari ini". Lalu bacanya baru jam 4 sore. Pernah suatu kali, aku berjalan-jalan di Situbondo baru  sehari. Sorenya di SMS diminta mengumpulkan dokumen hari itu juga, paling lambat besok. Akhirnya pagi buta aku berangkat dari Situbondo ke Surabaya. Sampai Surabaya ke Gresik untuk mengambil laptop karena dataku di laptop semua. Lalu bergegas ke Surabaya lagi untuk cek kesehatan, pinjam kartu kredit, dan mengisi formulir.

Tak ada kabar lagi. Sampai tidak berharap rasanya. Sampai tiba-tiba setelah hari raya, anak-anak yang mendaftar ke Thailand dikumpulkan. Ternyata kita semua sudah mendapat LoA dan akan berangkat seminggu lagi. Rasanya geje-geje kaget, ga jelas, dan seneng. Kita juga diminta mencari info tentang VISA. Namun saat akan membuat VISA, paginya diberi informasi jangan membuat VISA dulu karena kerjasama dengan DIKTI belum fix. Ada kemungkinan tidak jadi berangkat. Geje jilid dua. Selanjutnya geje jilid tiga karena sorenya "Silakan buat VISA sekarang" artinya kita fix dapat beasiswa dari DIKTI. toeng toeng....

Tanggal keberangkatannya pun sudah ditunda tiga kali akhirnya diputuskan hari Senin tgl 9 Oktober dan perkuliahan di AIT sudah terlambat tiga minggu lampau. Tanda tangan kontrak dengan DIKTI saja baru dilakukan hari tanggal 7 Oktober. Tentang kontrak ini, akan kujelaskan sedikit. Aku mendapat beasiswa dari DIKTI dan disini terdapat perjanjian bahwa aku harus bersedia menjadi dosen di perguruan tinggi di Indonesia. Kontraknya 2n+1 jika sekolah luar negeri, artinya jika aku hanya bersekolah selama 1tahun maka  aku wajib menjadi dosen selama 3 tahun. Besar beasiswanya tergantung negara yang dituju. Pada tahun 2012, aku mendapat rincian biaya sebagai berikut:
1. Biaya sekolah dan uang pendaftaran, ditanggung seluruhnya oleh DIKTI
2. Asusransi kesehatan,sekitar Rp 400rb
3. Biaya transportasi (PP) sesuai tiket pesawat ekonomi
4. Biaya hidup,600$/bulan
5. Biaya kedatangan pertama, 600$
6. Biaya buku, 250$/semester

Keliyatannya memang banyak, namun harus bersiap-siap uang karena terkadang beasiswa DIKTI terlambat. Sedangkan untuk kasus beasiswaku,uang pertama dipinjamkan dari Pascasarjana ITS. Uang pesawat juga akan diganti DIKTI jika kita menunjukkan boarding pass, artinya pertamanya pakai uang kita.

Tanggal 9 September datang dengan cepat. Hari keberangkatanpun tiba. Mimpi memakai kebaya baru di hari wisuda tanggal 22 September harus dibuang. Penyerahan ijazah dilakukan di acara pelepasan mahasiswa yang akan berangkat ke Thailand. Acara khusus bertempat di lantai 1 Gedung Rektorat berlalu dengan singkat. Tanpa kebaya, tanpa sorak-sorakan teman-teman,tanpa pengumuman cumlaude (karena  mahasiswa di runagan itu cumlaude semua -,-), tanpa orang tua,,,, itulah wisuda sarjanaku.

Sekitar jam 15.00 pesawat AirAsia terbang selama tiga jam menuju Thailand. Nah, welcome to the Thailand. Sawatdeee..... :D

Kedatangan di bandara Suvarnabhumi-Bangkok

2 komentar:

  1. waaaaaaaaa... ini memotivasi sekali mbak, saya senang muter muter di blog nya mbak, bikin pengen kuliah di thailand :D

    BalasHapus

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena