Setelah semalaman nyumpahin Singapore karena toiletnya dan hostelnya. Pagi hari, aku mulai jatuh cinta dengan Singapore. Negaranya bersih dan teratur. Aspalannya mulus lebih bagus dari jalan tol di Indonesia, tak akan ditemui jalan ngeri yang bergelombang seperti Jalan Kertajaya Surabaya. Singapore juga sangat memanjakan pejalan kaki dengan trotoarnya yang layak. Halte bus dapat ditemui setiap 0,4 km.
Jalanan di Singapore |
Pagi itu, aku, Asthy, dan Ucups berjalan ke arah stasiun MRT Kembangan yang terletak 1,2 km dari hostel. Kami melewati Frankel Ave yang notabenenya perumahan mewah. Sepanjang jalan bagaikan showroom mobil mewah. "Mobil ini yang kumainkan didalam game, ternyata aku bisa lihat yang asli," kagum Ucups. Sebutkan semua mobil mewah: Lamborgini, Ducati, Jaguar, dll (aku ga hapal), semua ada di sepanjang jalan Frankel Ave. Konon, setiap mobil di Singapore merupakan keluaran terbaru setidaknya 4 tahun terkini. Hal ini untuk mengurangi adanya polusi udara. Logikanya, mobil yang terbaru pasti memiliki teknologi lebih canggih yang lebih hemat bahan bakar dan ramah lingkungan.
Halte Bis di Frankel Ave |
Oya ,penamaan jalan di Singapore mungkin akan membingungkan orang Indonesia. Disana plat nama jalan, pinggirnya melengkung atau lurus (di Indonesia bentuknya kotak, lurus lurus). Jika ada plat nama jalan berbentuk melengkung-melengkung di tepinya, itu artinya sepanjang jalan yang ditunjuk oleh lengkungan tadi adalah jalan tersebut. Namun misalnya ada plat jalan, sebelah kanan melengkung dan sebelah kiri lurus, itu artinya sebelah kanan adalah jalan tersebut, dan sebelah kirinya bukan jalan di plat itu.
Singapore juga negara yang disiplin, termasuk buanyak aturan dan denda yang diberlakukan. Misalnya tidak boleh memetik bunga (denda 500 SGD), makan permen karet (denda 500 SGD), buang sampah sembarangan (denda 1000 SGD), memberi makan burung (denda 1000 SGD), meludah (denda 500 SGD), dan merokok (denda 1000 SGD). Paling setuju denda yang terakhir yaitu merokok!! matilah kau para perokok, mati karena denda :p . Saat akan menyebrang pun harus memencet tombol penyebrangan dan menunggu tanda hijau untuk diperbolehkan menyebrang. Meskipun jalannya termasuk sepi, aku jarang melihat orang yang langsung nyelonong nyebrang saat lampu penyebrangan masih merah.
Stasiun MRT Kembangan |
Ucups juga menceritakan pengalamannya saat mbolang sendirian. Sebenarnya Ucups merencanakan pembolangan bersama kita dengan jadwal yang sama. Namun karena tersangkut dengan revisi tugas akhirnya, maka dia menyusul dua hari setelahnya. Tepatnya dia memulai pembolangannya saat hari keempat, yaitu saat aku dan Asthy di Melaka. Ucups hanya memiliki waktu sehari di Kuala Lumpur. Kesempatan itu tak disia-siakannya, di naik menara Petronas dengan bayar 50RM. Suangaarr. Setelah itu, dia langsung bertolak ke Singapore dan sampai di hostel duluan sebelum kita.
Sampai di MRT Kembangan, kita memutuskan untuk membeli kartu EZ Link yang digunakan untuk semua transportasi di Singapore. Sebenarnya ada beberapa pilihan yaitu bisa membeli tiket standar atau kartu Singapore Tourist Pass. Namun setelah ditimbang-timbang lebih baik membeli kartu EZ Link. Alasannya: Tak perlu ribet dengan mesin otomatis setiap akan naik MRT/LRT/Bis, harganya lebih murah daripada tiket standar, harganya hampir sama dengan Singapore Tourist Pass, dan dapat digunakan selama 20 tahun, yah mungkin saja suatu saat aku mau ke Singapore lagi.
Mesin standart ticket di stasiun MRT Kembangan |
Kartu EZ Link cara kerjanya seperti sim card, bisa diisi ulang saldonya. Nantinya kartu EZ Link tinggal disentuhkan ke mesin otomatis di MRT/LRT/Bis saat awal masuk dan keluar. Tinggal "tiiit" lalu bebas mau naik kendaraan apapun. Serba otamatis di Singapore ini.
Asthy galau :p di stasiun MRT Bugis |
Tujuan kita adalah MRT Bugis. Disana, kita akan bertemu dengan Adit yang berangkat duluan ke Singapore bersama teman SMAnya. Kuamati MRT ini, didalamnya menggunakan 4 bahasa yaitu: Inggris, China, Melayu, dan India atau Thailand (aku tak paham dengan tulisan melungker-melungker). Saat akan sampai di MRT Bugis, speaker berbunyi secara otomatis yang mengatakan akan tiba di Stasiun Bugis dalam Bahasa inggris kemudian Bahasa Melayu.
Keluar dari MRT Bugis, langsung nyambung ke Mall. Woow,,,,. Sedikit kebingungan, kita mulai membuka peta Singapore yang telah kubawa. Kita putuskan untuk ke Bugis Street yang terletak tak jauh darisana. Ternyata kita bertemu dengan Adit dan teman-temanya. "Kalau mau belanja disini, murah-murah, aku mau belanja dulu," ungkapnya. Semenjak saat itu aku, Asthy, dan Ucups tidak pernah bertemu Adit lagi, sampai kita dipertemukan di bandara LCCT Kuala Lumpur.
Bugis Street, tempat asyik untuk belanja. Apalagi tujuan wisatawan Indonesia kesini kalau tidak untuk belanja. Aku yang ga niat belanja tergoda juga untuk belanja. Ada kaos yang ditawarkan dengan harga 4 untuk 10 SGD. Artinya 1 kaos=18.000. Aku membeli jam vintage yang ga akan ditemukan di Indonesia 6SGD= Rp 42 ribu, lebih murah daripada beli di pasar maling Surabaya. Bugis Street modelnya seperti DTC Surabaya versi bersih, ada level dua dan tiga untuk barang-barang yang lebih berkualitas.
Depan Bugis Street |
Semakin naik level, semakin aku tersiksa. Lha isinya barang-barang semacam Korea yang lucu-lucu mulai tas, sepatu, sepatu boot (I want it!!!), cardigan, kaos dengan warna pastel. Sebenarnya harganya hampir sama dengan Mall di Surabaya yaitu sekitar 100rb- 300rb. Namun karena budget terbatas, langsung saja kami kembali ke level dasar.
Didalam Bugis Street |
Asthy juga sempat membeli jus kiwi 1 SGD. Menurutku murah banget jus kiwi Rp 7ribu. Mana pas ta coba, kiwinya asli lagi. Ada juga buah-buahan jeruk mandarin besar menggoda seharga 1SGD untuk tiga buah. Malah hal paling mencengangkan adalah saat aku akan membeli air putih di 7eleven. Satu botol merk Aqua ukuran kecil seharga 1.95 SGD atau setara dengan sekitar Rp 14 ribu. Padahal saat kulihat bungkusnya imported from: Sukabumi- Inonesia, distributed: Singapore. Aseem, masa aku beli air minum produk negara sendiri di negeri orang dengan harga selangit. Akhirnya kuputuskan untuk membeli pocari sweat dengan harga yang lebih murah 1.8 SGD.
Ucups di bagian belakang Bugis Street |
Perjalanan dilanjutkan ke MRT Raffles. Namun Asthy menyempatkan untuk jajan roti ikan taiyaki khas Jepang di mall Bugis (Sumpah jajan ae arek iki tapi aku juga ikut minta :D).
Asthy jajan taiyaki |
Wow disinilah pusatnya Singapore!!! Fullerton Hotel, Merlion, Esplanade, Raffles Statue, Art Museum, Marina Bay, taman cantik, dan jembatan jaman dulu. Semuanya disini!! hanya tinggal jalan kaki untuk memutari semuanya. Inilah daerah yang wajib dikunjungi oleh semua wisatawan.
dari kiri ke kanan: Ucups, aku, Asthy di depan Merlion |
-Bersambung-
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan dikomen ya... ^^