a choice that change my life

Sabtu, 11 Februari 2012

Day 3,5: Jelajah Jalan Kaki Kuala Lumpur

Waspadalah,, waspadalah dengan bahasa Malaysia. Meskipun sama-sama berbahasa melayu dengan kosakata yang sama seperti bahasa Indonesia, ternyata banyak kosakata yang sama sekali berbeda. Misalnya saat aku akan membeli tiket komuter dari Stasiun Batu Cave ke KL Sentral. Aku tekan "dua hela" maksudnya mau beli tiket dua helai. Ternyata dua hela itu adalah tiket bolak-balik. Huooo hangus deh uang 2RM ku.

Berhubung hari Jumat, kita kembali ke hostel. Adit menunaikan shalat Jumat, sedangkan aku dan Asthy menunaikan wisata belanja di Pasar Seni dan Petaling Street. Padahal asline ya gak beli apa-apa, just looking around. Pasar Seni Kuala Lumpur bersih dan tertata rapi, jangan bayangkan ruwet seperti Pasar Sukowati. Bagunannya didesain khas layangan Malaysia. Didalamnya dipisah-pisah sesuai budaya yang melekat khas pada Malaysia: Melayu, India, dan Cina. Oya, didepan Pasar Seni kebetulan sedang ada mobil tourist information. Langsung saja kurampok semua buku wisata mengenai Malaysia secara lengkap. Setidaknya ada empat buku berbahasa Inggris yang kudapatkan, aku kapok dengan panduan bahasa Malaysia.
Arsitektur layangan khas Malaysia di Pasar Seni

Di depan Pasar Seni

Toko-toko didalam Pasar Seni

Setelah puas hunting barang ga penting, perjalanan dilanjutkan ke Chinatown-Petaling Street. Petaling Street khas dengan budaya Chinese, disepanjang jalan terpasang ratusan lampion. Disini kita menemukan barang-barang aneh khas Cina.
Petaling Street

Suasana jalanan di Petaling Street

Setelah itu, aku dan Asthy kembali ke hostel untuk bertemu dengan Adit yang telah selesai shalat Jumat. Aku dan Asthy sekalian check out dari dormitory female ke private room (gratis!). Sedangkan Adit juga check out hari itu untuk menyusul teman-temannya di Singapore. Namun, sore itu Adit menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di Kuala Lumpur sampai malam dan menitipkan barang-barangnya di kamarku.

Rencana sore itu adalah jalan-jalan ke Lake Garden yang di highlight oleh buku mbolang terpercaya Lonely Planet. Sialnya tak ada transportasi yang menuju kesana. Tempat yang di highlight lainnya yaitu temple besar di Kuala Lumpur yang terpaksa harus dibatalkan karena tak ada cukup waktu. Wisata temple Cina diganti dengan temple Sri Mariaman di sekitar Petaling Street. Setelah jalan berputar-putar, ealah temple Sri Mariaman cuma cuilik. Gini aja masuk ke peta wisata Kuala Lumpur. Terlalu.

Jalan kaki dilanjutkan menuju ke daerah Lake Garden yang melewati National Mosque dan Islamic Art Museum. Baru kali itu aku merasa Kuala Lumpur kejam. Masa jalan kaki harus melewati lorong-lorong bawah tanah. Lewat jembatan penyebrangan yang ternyata ditutup ada perbaikan. Hasyem,,, rasanya pengen jadi orang Indonesia saja yang bebas nyebrang sembarangan. Pegel yo habis mendaki Batu Cave, muter-muter entah berapa kilometer ke Pasar Seni, Chinatown, dan jalan kaki ke temple gak jelas.
Jalanan di Kuala Lumpur

Lorong pejalan kaki, kalau nyebrang lewat bawah tanah dulu

Sialnya lagi hari itu aku belum makan, makan sih tapi cuma sarapan sehelai roti selai strawberry. Rasanya kaki ini sudah di ambang kepingsanan. Dari kejauhan terlihat menara National Mosque yang ternyata masih jauh. Cuaca pun tidak mendukung, hujan rintik-rintik mulai turun. Setelah sampai di pelataran National Mosque, terlihat pedagang dadakan di sekitar masjid. Seneng, mau makan. Ehh ternyata mereka sudah ringkes-ringkes. Huhhh!! Laparr!!
Shalat di National Mosque

Akhirnya kita beristirahat di National Mosque sekalian menunaikan shalat sambil menunggu selesainya hujan yang mulai deras. Disini juga ada kejadian geblek. Saat aku dan Asthy selesai wudhu, kami yang tidak tahu arah tempat shalat wanita mengikuti salah satu ibu-ibu yang kelihatannya mau shalat. Kami ikuti terus, melewati tiang-tiang penyangga, melewati taman-taman masjid, melewati tangga masjid, dan ternyata ibu itu mau ke parkiran yang terletak di belakang masjid. Masya Allah,,, Terpaksa aku dan Asthy mencari sendiri dimana tempat shalat setelah berputar-putar beberapa saat.
Pelataran Masjid

Setelah shalat Dhuhur, aku dan Asthy bergelundungan di tempat shalat. Sumpah pegel banget. Cuek, aku olesi kakiku pakai minyak angin bau jeruk sambil sedikit memijat kaki yang sudah terlihat kebiru-biruan. Suara petir mengelegar diluar masjid dan rintik air masih terdengar jelas. Lambat laun, hampir sejam kemudian. Kok air hujannya masih terdengar jelas. Saat aku keluar, aku baru sadar kalau hujannya hanya gerimis dan rintik air yang kudengar adalah air mancur yang terletak di sebelah tempat shalat wanita. Ngiiikkk,,,

Bergegas kami turun ke pelataran, disana Adit menunggu dengan sabar. Perjalanan dilanjutkan ke Islamic Art Museum. Untung saja aku bertanya pada orang dan diberitahu jalan tembusnya. Meskipun melewati jalan gak jelas, yang penting dekat. Lagi-lagi kami melewati food court dan dikecewakan. Food courtnya sudah tutup!! Uwooo,,, dengan hati yang disenang-senangkan, kami menuju ke Muzium Kesenian Islam Malaysia.
Adit di depan Islamic Arts Museum

Saat masuk, tiba-tiba sudah ada kasir. Matek kon bayar, pikirku dan sepertinya pikir Adit dan Asthy juga. Bersyukur kita masih menyandang predikat STUDENT, jadi dapat diskon. Hahaha..... Tiket masuk yang awalnya 12 RM, menjadi 5 RM karena kita student meski dari negara lain.
Peta desain masjid di seluruh dunia

Malaysia, kenatal dengan mayoritas muslimnya. Hampir semua desain bangunan bernafaskan Islam. Petronas saja didesain Islami dengan bentuk lingkaran dan delapan bintang. Tak salah bila ada museum semacam ini di negara yang kental dengan kebudayaan Islamnya. Bagunan dari Museum ini saja sudah unik. Bagian depan trdapat tiang yang dihias batik Malaysia. Di dalamnya terdapat banyak kubah simetris yang dihias dengan kerumitan tinggi.
Kubah Museum

Kubah Museum

Lantai pertama, disuguhkan berbagai miniatur masjid dari seluruh dunia. "Kok masjid dari Indonesia gak ada?" gumam kita. Ealah serba salah, kalau gak ada, kita bertanya-tanya. Kalau ada, kita ngomel-ngomeli Malaysia karena memajang desain Masjid dari kita. Embohlah.

Di ruangan sebelahnya terdapat desain masjid dari seluruh penjuru daerah di Malaysia. Di tunjukkan pula beberapa bagian seperti pagar, pintu, dan tembok dari Masjid di India, Cina, Arab, dan sebagainya.

Di lantai lain terdapat buku-buku bertuliskan Arab. Kebanyakan Al-Quran dari masa-masa lampau yang kertasnya sudah menunjukkan umurnya. Ternyata di Afrika, Al-Quran ditulis di kayu seperti kayu nisan dan itulah yang dibawa-bawa dan dihapalkan (ga bayangin gimana bawa Al-Quran dengan juz lengkap). Ada juga buku-buku berbahasa Arab tentang dunia kedokteran. Aku jadi teringat lagi sejarah keemasan Islam. Saat Islam menguasai semua ilmu. Bahkan eropa pun sampai mencuri ilmu pada kita. Ahli kedokteran? Ibnu Sina merupakan bapak kedokteran sekaligus filusufi. Yang menemukan teorema phytagoras? Orang Islam juga Al-Jabar. Sungguh aku bangga menjadi orang muslim!!!
Buku kedokteran Islam

Ilmu Fisika, desain alat kompas

Di lantai lain terdapat barang-barang aneh dengan desain Islami seperti mangkuk, cangkir, ubin, cerutu, baju perang, baju wanita, dan sebagainya. Banyak hal unik yang kusadari misalnya ada penebah lalat yang terbuat dari perak dan ekor kuda. Iki lalat yang ditebah golongan raja ta yak apa? Ada juga baju untuk wanita terbuat dari logam alih-alih perhiasan. Wew berapa kilo tuh? Ada juga banyak lampu ajaib, ada jin nya gak ya?
Penebah lalat dari perak 
Cerutu bertakhtakan permata

Baju perang

Lampu aladin

Setelah puas melihat-lihat, kita harus mengakhiri perjalanan karena museumnya akan tutup. Setelah itu kita putuskan untuk kembali ke hostel dan tidak jadi jalan kaki ke Lake Garden. Gila aja di peta Lake Gardennya masih jauh. Mana melewati hutan-hutan, kalau pingsan sapa yang mau nolong?? Balik ke hostel jalan kaki lagi, untunglah di depan National Mosque ada pedagang bermobil yang mejajakan camilan. Makasi ya Allah,,, langsung saja kubeli burger isi beef yang berharga 2 RM. Aku yakin halal karena yang jual kerudungan dan ada tulisan halal di bungkusnya.

Saat aku makan, tiba-tiba ada segerombolan wisatawan Cina yang membeli makanan sama denganku. Saat salah satu temanya bertanya "Apa itu?" ungkapya dalam Bahasa Inggris. "Pork," ujar orang yang makan burger. Gundulmu pork, di kertasnya tulisane lembu ngunu lo, batinku. Ehh untung aja ada orang lain yang menjelaskan "Itu bukan pork, itu halal."

Saat sampai di Pasar Seni. Aku menyempatkan makan lagi roti canai telur dan teh tarik.
Roti canai telur di restoran India

Teh Tarik

Belakangan, aku cari di google map jarak antara hostel dan Islamic Art Museum. Jarak terdekatnya 3km dan tidak termasuk naik turun jembatan penyebrangan!! Bolak balik 6 km ditambah mbulet di Pasar Seni dan Chinatown 4 km ditambah mendaki ke Batu Cave 2km. Entahlah jumlahnya berapa,,, Kalau mbolang keluar negeri siapkan mental kaki anda!!

4 komentar:

  1. Bukan dua hela tapi dua HALA. Maksudnya dua arah @ two way/return ticket. Kami orang Malaysia juga berhati2 dgn Bhs Indonesia kerana ada maksud berbeza di sini. Cthnya

    Butuh = Zakar / Kemaluan lelaki
    buntut = punggung
    gampang = celaka / sial

    BalasHapus
  2. wah jauh banget ya bedanya,,, sama kata, beda arti

    BalasHapus
  3. Melayani jasa rental mobil di medan.
    klik http://www.medanstarrentacar.com/

    BalasHapus
  4. Kalo saya sih memang kurang percaya dengan peta dari Malaysia. Mending cari info sendiri tempat tempat wisatanya. Tempat yg direkomen Lovely Planet dan Trip Advisor biasanya memang mesti dicek ulang. Kadang banyak tempat gak terlalu bagus tapi masuk top list.

    BalasHapus

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena