|
Suasana Macau (credit:Zjahra) |
Edisi kalah judi masih berlangsung selama sehari penuh. Sebenarnya aku ingin berjalan kaki santai di taman daerah Victoria Peak, namun karena hujan yang masih mengguyur maka aku membatalkan niat tersebut. Kami memilih untuk naik bis ke pelabuhan ferry Hongkong-Macau. Aku terkantuk-kantuk didalam bis, ternyata perjalanan menurun dari Victoria Peak ke down town area membutuhkan waktu sekitar sejam. Aku juga merapatkan jaketku, AC didalam bis cukup dingin mengingat diluar masih hujan. Pemandangan silih berganti antara rumah oriental, apartemen, taman, dan pemadangan kota Hongkong dari ketinggian.
|
Terkantuk-kantuk di dalam bis. |
|
Mendung di Hongkong. |
Mendung masih menggantung di downtown Hongkong. Destinasi berikutnya adalah eskalator terpanang di dunia yang menghubungkan upper ke mid level Hongkong di daerah Soho (South of Hollywood). Sebenarnya ide ini berasal dari itenari Trip Advisor di bagian sesi explore Hongkong dengan jalan kaki. Ternyata mencari esklator ini seperti jarum dalam tumpukan jerami. Kami harus berputar-putar melewati jembatan penyebarangan, beberapa gedung tinggi, dan lorong antar gedung. Tanya orang lokalpun percuma karena mereka tidak paham apa yang kita tanyakan.
|
Nyasar. |
|
Pemanfaatan lahan di atas jalan. Good job apple :p |
Aku sudah merasa putus asa dan berjalan lunglai sambil membawa tas backpack. Kami hanya mengikuti arus pekerja yang menuju ke arah salah satu lorong gedung. Tiba-tiba taraa... terlihatlah eskalator yang kami maksud. Eskalator ini dibangun secara outdoor. Panjang eskalator ini mencapai 800 meter, fungsinya untuk mempercepat transportasi pekerja dari daerah pemukiman flat ke daerah perkantoran. Di pagi hari, eskalator ini berjalan dari mid level (pemukiman) ke upper level (bangunan perkantoran). Sedangkan di sore hari kebalikannya. Kalau mau melawan arah, disediakan tangga disampingnya. Jadilah saat itu, kami menaiki eskalator terpanjang sedunia. Sedangkan baliknya, kami harus berjalan kaki menuruni tangga.
|
Perjalanan mencari eskalator. |
|
Inilah eskalator outdoor terpanjang di dunia. |
|
Aku :p senang yang dipaksakan. |
Hari menjelang sore dan kami belum shalat Dhuhur dan Ashar yang niatnya dijamak takhir. "Gimana kalau sholat di lorong yang tadi, kan disitu ada partisi," ungkap Dini. Entahlah bagaimana ceritanya akhirnya kita memilih shalat di depan emperan gedung yang terdapat toilet umum. Kami berwudhu di toilet umum. Sepertinya toilet itu memang diperuntukkan bagi orang homeless. Yahh kami kan juga homeless saat itu. Haha
Biasanya aku memilih sholat sambil duduk jika sedang traveling di tempat umum yang jarang ditemukan masjid. Tinggal memakai kaos kaki dan menutup tangan dengan cardigan lalu sholat di kursi taman atau di kendaraan. Aku tidak mau menarik perhatian orang-orang sekitar. Tapi entah kenapa saat itu aku ingin shalat seperti biasanya yaitu memakai mukenah dan mempraketekkan gerakan sholat. Aku melihat emperan depan gedung yang sedang dibangun disamping toilet umum. Disana juga terdapat tumpukan koran yang tak terpakai. Aku menata tumpukan koran tersebut sebagai sajadah. Lalu mulai meggunakan mukenahku dan mulai sholat. Aku sudah tak peduli jika ada orang yang melihatku dari jalan raya dibelakangku.
|
Sholat di pinggir jalan. |
"Oh gitu ya sholatnya. Iya sih bener, sekalian totalitas ya El," ungkap Bang Asrul saat aku selesai berdoa. Lalu Bang Asrul mulai memakai sarung. Aku sendiri menata koran yang akan digunakan sebagai sajadah untuk Bang Asrul dan Dini. "Ini lo aku tadi sholat terus lihat ke 'sajadah' kok ya ada berita kontes kecantikan yang pakai bikini," jwabku saat ditanya kenapa aku mengganti alas korannya.
Rute selanjutnya yaitu mencari makan, apalagi kalau nggak McD. Setelah makan,kami baru tersadar banyak orang berjubah dan berkopyah yang lewat jalanan itu. Eaa berarti ada masjid disekitar sana dan kita memilih untuk sholat di emperan. Hmmm...
Menjelang malam, kami manaiki MRT dan menuju ke pangkalan ferry. Sebelumnya tak lupa kami menukarkan kartu Octopus (transportasi Hongkong) dengan uang deposit.Ternyata harga ferry berbeda tiap jamnya, harga untuk malam hari ternyata lebih mahal dibanding saat pagi hari. Saat itu jam berangkat ferry tinggal 10 menit lagi. Jadilah kami berlima berlari-lari ke ruang check in, untungnya kami datang tepat waktu sebelum ferry berangkat. Saat kami duduk, ferry langsung tancap gas menuju Macau. Aku sendiri mulai terlelap di tempat dudukku sampai ferry berlabuh di pelabuhan Macau.
|
Bye bye Octopus. Bye bye Hongkong. See you again. when? |
Kami keluar dari pelabuhan ferry di Macau sekitar pukul delapan malam. Sekedar info kalau di Macau banyak shuttle bis gratis yang disediakan oleh pihak hotel. Secara, Macau dikenala sebagai tempat bandar judi terkenal se Asia. Bisa dibilang inilah Las Vegasnya Asia. Pendapatan utama dari 'negara' ini adalah dari perjudian. Tak heran bila berbagai tempat judi ini menyediakan transportasi dari tempat umum untuk menunjang bisnisnya.
|
Welcome to Nightlife! |
Tujuan Venetian Hotel dipilih karena konon disanalah terdapat suasana bergaya Venesia dalam ruangan. Saat aku melangkah tiba-tiba "Tek", tali sepatu sandalku lepas. Okeh ini adegan jebol kesekian kalinya setelah sandalku diinjak dari Dini dari belakang dua kali. Jarum pentul dari kerung pun tak bisa memperbaiki sandal yang telah jebol. Akhirnya Dini menukar sepatu sandalnya dengan punyaku.
|
Adegan sandal jebol. Hiks. |
Singkat cerita, sampailah kami di Venetian Hotel yang megah. Gaya eropa sudah terlihat dari bangunan luarnya. Aku memasuki hotel mewah ini dengan perasaan sedikit was-was. Maklum orang desa, pertama kali lihat beginian. Ternyata security nya ya biasa aja dan membiarkankan kami masuk. Bahkan bisa menitipkan tas backpack di lobby lantai dasar.
Interior Venetian Hotel didesain dengan mewah. Tak lupa kita mampir ke tempat judi. Tempat judi??? Iya. Inilah pengalaman hidup: pernah masuk ke tempat perjudian yang sesungguhnya!!! Syarat masuk ke tempat judi ini mudah yaitu 21 tahun + . Penjaagaan di pintu masuk tempat judi ini lebih ketat daripada lobby hotel. Petugas awalnya tampak melarang kami masuk karena tidak yakin bahwa umur kami 21+. Jadilah kami menunjukkan paspor dan petugas tersebut mengecek tanggal kelahiran dan membolehkan kami masuk. Asik. Welcome to the Gambler Life. Hahaha...
|
Tempat judi (terlihat di sela-sela tiang). |
Pertama kali masuk tempat judi itu amazing. Sebelumnya tempat perjudian yang hanya bisa kutonton lewat film macam Jackie Chan kini bisa kulihat secara langsung. Suasana juga tak begitu menyeramkan seperti di film-film gangster. Malah tergolong mewah dengan nuansa bagunan ala eropa, kamar mandi yang cling, dekorasi yang elegan, dan yang terpenting adalah adanya botol air minum gratis! Kita bisa mengambil seenaknya botol air minum itu alih-alih beli air minum yang harganya selangit di Macau. Dekorasi serba mewah di tempat perjudian bersisian dengan berbagai mesin judi mulai yang paling keren macam kartu remi black jack, gotri yang diputar di meja berisi warna dan angka, sampai permainan cupu ala ding dong seperti di wahana timezone. Sayangnya tak boleh mengambil foto disini.
|
Didepan tempat judi. |
Oke ternyata kami berempat adalah empat-empatnya wanita berkerudung di tempat judi ini. Hmm sudah kuduga. Aku hanya melihat berkeliling sambil ikut-ikut orang lokal yang sedang bermain judi menebak nomer dan menuliskan deret angka di selembar kertas kecil. Ternyata nomer yang keluar itu berdasarkan deret angka. Jika sudah tau rumusnya maka mudahlah untuk menebak nomer yang akan keluar berikutnya. Aku mencoba mengikuti deretan angka itu tapi tak berhasil juga menebak angka berapa yang keluar. Hhee,,, ga bakat judi.
Bang asrul membeli beberapa token uang judi. Kami hanya ikut menonton dia bermain judi di mesin ding dong untuk menebak dadu mana yang akan keluar. Kali pertama kalah. Rugi deh. Kali kedua kalah. Ternyata kali ketiga menang dan mendapatkan hadiah kalau tidak salah empat kali lipat dari token yang dimasukkan. Hadiahnya serupa voucher yang ditukarkan dengan uang asli. Uwowo.... darah raja judi mulai terlihat. Namun nyatanya percobaan keempat malah kalah lagi. Hmm...
Saat itu sudah menunjukkan sekitar pukul sepuluh malam. Aku mulai mengantuk dan lapar. Akhirnya kami memutuskan menjelajah lagi disekitar hotel itu. Setelah agak berputar-putar di deretan toko berlabel internasional macam gucci, louis vuitton,dkk (yang barangnya tak sanggup kubeli), kami akhirnya menemukan Venezia! Yuhuu di dalam hotel, lengkap dengan perahu dan kanalnya. Suasana indoor Venezia ini didesain semirip mungkin dengan atap awan khas musim panas di siang hari. Background rumah-rumah unyu juga turut menghiasi kanal ini lengkap dengan jembatannya.
|
Lalalalala :D |
|
Venezia? No this is hotel. |
|
Full team di Venetian Hotel Macau. |
Rencana selanjutnya yaitu makan di food court. Entah apa yang kumakan saat itu. Aku sudah lelah dan uang terbatas. Bekal makan juga sudah habis. Terpaksa aku membeli makanan disana dengan harga paling murah dan sekiranya halal. Setelah makan pun masih lapar. Bang Asrul yang membeli porsi besar menawarkan makanan ke kami. "Nggak mau, itu hasil uang judi ya," kataku berprasangka buruk. Hehe. "Nggak, ini uangku sendiri. Tadi voucher judinya kusimpen buat kenang-kenangan," ungkapnya.
|
Girls only ^^ |
Saat itu menunjukkan tengah malam. Sudah makan lalu ngantuk. Kami mencari tempat yang bisa digunakan untuk tidur di area hotel itu. Tidur di tempat judi, ga mungkin.Di lobby, ga mungkin. Di foodcourt, udah tutup. Dini punya ide untuk tidur di nursery room yang terletak tak jauh dari food court. Kami segera kesana dan mengecek. Uwowo ternyata nursery room disana adalah tempat yang nyaman. Tempat yang berfungsi untuk ibu menyusui dan ganti popok ini didesain dengan nyaman dan luas. Lengkap dengan sofa empuk. Kami sudah nari jejingkrakan menemukan tempat nginep gratis malam itu.
"Yuk ke kamar mandi, wudhu dulu," entah kata siapa karena saat itu aku sendiri belum sholat maghrib dan isya. Kami keluar dari nursery room dan mencari tempat wudhu. Ndelalah pas balik lagi, nursery room sudah terkunci. Hiks. Hilang sudah kesempatan tidur gratis di tempat nyaman.
Kami memutuskan kembali lagi ke tempat judi untuk minum air botol gratisan. Padahal ini kali kedua masuk ke tempat judi itu, tapi entah kenapa petugas masih saja menanyakan paspor kita."Kamu sih bajunya terlalu unyu," kata Sani menyalahkan bajuku yang berwarna oranye-hijau. Berhubung kantuk tak dapat ditahan lagi, maka kami memutuskan untuk tidur di bandara Macau! Kami bergegas membungkus beberapa botol air minum dan hengkang dari tempat judi. Lalu mengambil barang bawaan di lobby. Shuttle Bus Venetian Hotel sudah berhenti beroperasi diatas jam 00.00 . Jadilah kami menaiki taksi ke bandara. Sialnya lagi taksi tidak mau menampung 5 orang, maunya maksimal 4 orang per taksi. Yasudahlah.
|
Tidur di bandara Macau (credit: IG @elitafn) |
Sesampai di bandara Macau, kami langsung mencari spot terbaik untuk tidur. Beruntunglah para backpacker Macau, disini kursinya loss alias empat kursi digabung jadi satu dan tak ada pemisah antar kursi. Jadinya kursi ini bisa digunakan sebagai tempat tidur yang 'agak' nyaman. Minusnya AC di bandara ini ga karuan dinginnya. Aku akhirnya memilih kursi yang dekat dengan kounter convenient store dan pintu keluar bandara sebagai kasur. Lalu mulai menyelimutkan pashminaku ke seluruh tubuh dan menggunakan tas kameraku sebagai bantal dan tas ranselku di kuikat di kakiku. Good Night...
Itu adalah hari kalah judi yang paling kuingat.