Akedemisi, penghuni lab, aktivis, entrepreneur, dan pengabdi masyarakat, yang manakah dirimu? Mahasiswa, siapakah kamu?
Ketika di bangku sekolah, aku melihat mahasiswa begitu keren dengan baju bebasnya dan bukan lagi berseragam, membawa laptop, dan masuk kuliah hanya beberapa jam bukan full day seperti sekolah. Sosok mahasiswa ideal bagiku saat itu tentu saja mahasiswa berkacamata, ber IPK tinggi diatas 3.75 , dan mendapat beasiswa.
Saat memasuki tahun pertama kuliah, pandanganku mulai dirubah oleh doktrin senior bahwa mahasiswa bukan sekedar kupu-kupu (kuliah-pulang) dan harus memberikan kontribusinya terutama melalui himpunan. Sepertinya sosok aktivis itu mahasiswa ideal, pikirku saat mahasiswa baru (maba).
Di tahun kedua, aku sedikit mencerna peran fungsi mahasiswa (PFM) yang pernah dicekoki saat di tahun pertama. "Kalian tahu?! Tukang becak di luar sana ikut membayar SPP kalian melalui pajak," sahut senior berapi-api saat aku masih maba. Sesosok mahasiswa yang ideal bagiku saat itu adalah seorang pengabdi masyarakat.
Menginjak tahun ketiga,aku mulai membuka mata dan mengamati disekitarku mencari seorang sosok mahasiswa ideal yang sebenarnya.Ternyata secara garis besar, mahasiswa itu terbagi mejadi beberapa golongan:
1. Akademisi
Beberapa mahasiswa adalah seorang akademisi murni,golongan ini identik dengan kacamata dan IPK cumlaude. Di kelas duduk di deretan paling depan dan hobinya adalah menurunkan rumus dan memberikan tutorial sebelum ujian. "Aku butuh kertas coret-coretan," ujar si akademisi. Kusodorkan lembar kertas dan ternyata hanya diisi dua baris. "Kok cuma segini?" tanyaku
"Sisanya di otakku," jawabnya. Busyeet...aku perlu waktu berjam-jam untuk mengerjakannya, dia hanya lima menit. Salut untuk golongan akademisi yang fokus pada kuliah dan menggunakan uang negara dengan benar yaitu untuk belajar. Menjadi seseorang yang murni akademisi bukan hal yang mudah, seringkali mereka tidur lebih larut untuk belajar dan mengulang-ulang mata kuliah.
2. Penghuni laboratorium
Beberapa mahasiswa adalah asisten laboratorium,penghuni lab murni. Seorang temanku menjuluki mereka 'klambi tukang' karena selalu memakai pakaian itu-itu saja dan seliweran di kampus dengan sandal jepit. Penghuni laboratorium murni kebanyakan menghabiskan kesehariannya di laboratorium yang mereka sebut dengan kos-kosan. belajar di lab, makan di lab, tidur di lab, dan mandi di kamar mandi dekat lab. Namun jangan remehkan mahasiswa penghuni laboratorium, mereka benar- benar jago dalam bidangnya. Tak jarang mereka memenangkan kejuaraan di bidangnya dan mengerjakan proyek dengan dosen. mereka juga harus belajar lagi lebih banyak jika tiba saatnya praktikum dan menjadi asisten. Jadi tak pernah ada celetukan praktikan, "asisten kok gak bisa apa-apa."
3. Aktivis
Merekalah motor pergerakan mahasiswa. seorang aktivis murni identik dengan kura-kura (kuliah-rapat). Mereka seorang yang visioner dan sudah memiliki pandangan beberapa tahun kedepan pada organisasinya atau pada hidupnya. Seringkali mereka merelakan liburannya di kampus dan mengabdi mengemban amanahnya. Mereka kritis terhadap apa yang terjadi di lingkungannya dan melakukan perubahan.
4. Entrepreneur
Seorang entrepreneur sejati memiliki sejuta pikiran kreatif dalam penjualan dan marketing. Mereka memiliki jiwa profit oriented sekaligus kemandirian yang tinggi. Dibalik semua kegiatannya untuk mencari untung, mereka ternyata juga ingin membuka lapangan pekerjaan baru dan tidak bergantung pada uang dari orang tua lagi.
5. Pengabdi Masyarakat
Merekalah mahasiswa yang sadar uang SPPnya dibayar oleh tukang becak, penjual bakso, kuli di luar sana. Seorang pengabdi masyarakat peka terhadap lingkungannya dan memiliki rasa simpatik yang tinggi. Mereka pemberi perubahan pada masyarakat ke arah yang lebih baik.
Ada juga jenis mahasiswa tidak termasuk lima jenis diatas, yaitu yang menganut asas " waktu muda hura-hura, tua kaya raya, mati masuk surga ". Namun tidak ada hal menyenangkan tanpa ada usaha. Coba saja hura-hura saat muda, tiap hari leyeh-leyeh, main game, shopping, baca komik,bolos kuliah dan lain lain. Tentunya predikat mawapres (mahasiswa IP ngepres) mengancam dan hal-hal buruk lainnya akan menyusulnya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Kebanyakan mahasiswa adalah capuran antara kelima jenis mahasiswa diatas ditambah dengan asas hedon untuk refreshing. Jika dipikir sekilas, mahasiswa ideal yaitu dia yang memiliki semua fungsi positif dari akademisi, entrepreneur, asisten lab, entrepreneur, dan pengabdi masyarakat. Haruskah kita memilki kepribadian kelima jenis mahasiswa tersebut? Tidak harus.
Mahasiswa ideal adalah dia yang berprestasi dalam bidangnya dan memiliki andil dalam perubahan disekitarnya. Pernah membaca buku 25 mahasiswa inspiratif? Kira- kira begitulah sosok mahasiswa ideal. Sebut saja Achmad Ferdiansyah, seorang entrepreneur sekaligus aktivis yang mengipaskan hawa keilmiahan di ITS. Elok Galih Kurniawati, seorang asisten lab dan aktivis yang prestatif. Satria Stanza, sang akademisi genius. Maficrul Masrur, seorang pengabdi masyarakat sampai ke kampung dolly.
Entah tipe mahasiswa yang mana kalian saat ini, akademisi, penghuni lab, entrepreneur, pengabdi masyarakat,atau yang lainnya. Entah jalan mana yang akan dipilih, jadilah mahasiswa yang bermanfaat bagi sekitarmu. Intinya berkontribusi untuk ITS dan Indonesia!
Elita Fidiya Nugrahani
Read More
Ketika di bangku sekolah, aku melihat mahasiswa begitu keren dengan baju bebasnya dan bukan lagi berseragam, membawa laptop, dan masuk kuliah hanya beberapa jam bukan full day seperti sekolah. Sosok mahasiswa ideal bagiku saat itu tentu saja mahasiswa berkacamata, ber IPK tinggi diatas 3.75 , dan mendapat beasiswa.
Saat memasuki tahun pertama kuliah, pandanganku mulai dirubah oleh doktrin senior bahwa mahasiswa bukan sekedar kupu-kupu (kuliah-pulang) dan harus memberikan kontribusinya terutama melalui himpunan. Sepertinya sosok aktivis itu mahasiswa ideal, pikirku saat mahasiswa baru (maba).
Di tahun kedua, aku sedikit mencerna peran fungsi mahasiswa (PFM) yang pernah dicekoki saat di tahun pertama. "Kalian tahu?! Tukang becak di luar sana ikut membayar SPP kalian melalui pajak," sahut senior berapi-api saat aku masih maba. Sesosok mahasiswa yang ideal bagiku saat itu adalah seorang pengabdi masyarakat.
Menginjak tahun ketiga,aku mulai membuka mata dan mengamati disekitarku mencari seorang sosok mahasiswa ideal yang sebenarnya.Ternyata secara garis besar, mahasiswa itu terbagi mejadi beberapa golongan:
1. Akademisi
Beberapa mahasiswa adalah seorang akademisi murni,golongan ini identik dengan kacamata dan IPK cumlaude. Di kelas duduk di deretan paling depan dan hobinya adalah menurunkan rumus dan memberikan tutorial sebelum ujian. "Aku butuh kertas coret-coretan," ujar si akademisi. Kusodorkan lembar kertas dan ternyata hanya diisi dua baris. "Kok cuma segini?" tanyaku
"Sisanya di otakku," jawabnya. Busyeet...aku perlu waktu berjam-jam untuk mengerjakannya, dia hanya lima menit. Salut untuk golongan akademisi yang fokus pada kuliah dan menggunakan uang negara dengan benar yaitu untuk belajar. Menjadi seseorang yang murni akademisi bukan hal yang mudah, seringkali mereka tidur lebih larut untuk belajar dan mengulang-ulang mata kuliah.
2. Penghuni laboratorium
Beberapa mahasiswa adalah asisten laboratorium,penghuni lab murni. Seorang temanku menjuluki mereka 'klambi tukang' karena selalu memakai pakaian itu-itu saja dan seliweran di kampus dengan sandal jepit. Penghuni laboratorium murni kebanyakan menghabiskan kesehariannya di laboratorium yang mereka sebut dengan kos-kosan. belajar di lab, makan di lab, tidur di lab, dan mandi di kamar mandi dekat lab. Namun jangan remehkan mahasiswa penghuni laboratorium, mereka benar- benar jago dalam bidangnya. Tak jarang mereka memenangkan kejuaraan di bidangnya dan mengerjakan proyek dengan dosen. mereka juga harus belajar lagi lebih banyak jika tiba saatnya praktikum dan menjadi asisten. Jadi tak pernah ada celetukan praktikan, "asisten kok gak bisa apa-apa."
3. Aktivis
Merekalah motor pergerakan mahasiswa. seorang aktivis murni identik dengan kura-kura (kuliah-rapat). Mereka seorang yang visioner dan sudah memiliki pandangan beberapa tahun kedepan pada organisasinya atau pada hidupnya. Seringkali mereka merelakan liburannya di kampus dan mengabdi mengemban amanahnya. Mereka kritis terhadap apa yang terjadi di lingkungannya dan melakukan perubahan.
4. Entrepreneur
Seorang entrepreneur sejati memiliki sejuta pikiran kreatif dalam penjualan dan marketing. Mereka memiliki jiwa profit oriented sekaligus kemandirian yang tinggi. Dibalik semua kegiatannya untuk mencari untung, mereka ternyata juga ingin membuka lapangan pekerjaan baru dan tidak bergantung pada uang dari orang tua lagi.
5. Pengabdi Masyarakat
Merekalah mahasiswa yang sadar uang SPPnya dibayar oleh tukang becak, penjual bakso, kuli di luar sana. Seorang pengabdi masyarakat peka terhadap lingkungannya dan memiliki rasa simpatik yang tinggi. Mereka pemberi perubahan pada masyarakat ke arah yang lebih baik.
Ada juga jenis mahasiswa tidak termasuk lima jenis diatas, yaitu yang menganut asas " waktu muda hura-hura, tua kaya raya, mati masuk surga ". Namun tidak ada hal menyenangkan tanpa ada usaha. Coba saja hura-hura saat muda, tiap hari leyeh-leyeh, main game, shopping, baca komik,bolos kuliah dan lain lain. Tentunya predikat mawapres (mahasiswa IP ngepres) mengancam dan hal-hal buruk lainnya akan menyusulnya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Kebanyakan mahasiswa adalah capuran antara kelima jenis mahasiswa diatas ditambah dengan asas hedon untuk refreshing. Jika dipikir sekilas, mahasiswa ideal yaitu dia yang memiliki semua fungsi positif dari akademisi, entrepreneur, asisten lab, entrepreneur, dan pengabdi masyarakat. Haruskah kita memilki kepribadian kelima jenis mahasiswa tersebut? Tidak harus.
Mahasiswa ideal adalah dia yang berprestasi dalam bidangnya dan memiliki andil dalam perubahan disekitarnya. Pernah membaca buku 25 mahasiswa inspiratif? Kira- kira begitulah sosok mahasiswa ideal. Sebut saja Achmad Ferdiansyah, seorang entrepreneur sekaligus aktivis yang mengipaskan hawa keilmiahan di ITS. Elok Galih Kurniawati, seorang asisten lab dan aktivis yang prestatif. Satria Stanza, sang akademisi genius. Maficrul Masrur, seorang pengabdi masyarakat sampai ke kampung dolly.
Entah tipe mahasiswa yang mana kalian saat ini, akademisi, penghuni lab, entrepreneur, pengabdi masyarakat,atau yang lainnya. Entah jalan mana yang akan dipilih, jadilah mahasiswa yang bermanfaat bagi sekitarmu. Intinya berkontribusi untuk ITS dan Indonesia!
Elita Fidiya Nugrahani