a choice that change my life

Minggu, 24 Juli 2011

Kerja Praktek di Bali

Aslinya aku ada cerita KP setiap harinya. Tapi masa ta upload belasan note, kebanyakan males bacanya. Karena rasa gengsi sebagai mantan kabiro informasi (ga ada hubungane asline), maka saya putuskan untuk meresumenya.

Teman-teman, aku Kerja Praktek di Terminal Transit BBM Pertamina Manggis Bali. Pasti mikirnya enak banget di Bali, sengaja nih pengen liburan. Padahal (terpaksa) keterimanya ya disana cz setelah mengajukan dua kali proposal yang sebelumnya di PT Pupuk Kaltim dan Asahimas ditolak oleh jurusan. Surat balesannya aneh lagi, masa aku ngajuin KP 2 bulan keterimanya 3 bulan??? ga seimbang bobot 2 sks dengan 3 bulan, harusnya nambah jadi 4 sks ta brapa gitu lah. wong di unair KKN 3 sks aja cuman 3 minggu. Tapi esensi sebenarnya dari KP adalah pengalaman merasakan bagaimana real dunia kerja engineer di industri. Jadinya aku menggembirakan diri menjalani KP selama tiga bulan dengan niat mencari ilmu ditambah dengan liburan di Sabtu-Minggu :D

Tiap harinya aku masuk jam 08.00 WITA, setara dengan jam 07.00 WIB. Perjalanan dari tempatku tinggal sementara yaitu rumah Pakdenya partner KP ku Fatma sekitar 30-45 menit. Alhasil setiap harinya berangkat jam 07.00 WITA dengan jalanan yang masih berkabut. Bayangkan biasanya kalau kuliah jam 7 aja, berangkatku jam 7.15 udah untung, lha sekarang harus menyiapkan diri sejak jam 5 WIB. Benar-benar perbedaan waktu yang merugikan.

Di Minggu awal, aku tiap hari naik angkot oranye yang mengantarkan dari Subagan ke Manggis dan sebaliknya. Pernah suat kali waktu pulang, naik angkot yang isinya preman semua. Ceritanya waktu itu hari ketigaku KP dan seperti biasanya pulang jam 16.30 . Emang dasar pedesaan yang sinyal axis aja gak ada, jam segitu angkot sudah tidak beroperasi. Jadinya beruntung banget waktu masih ada angkot oranye lewat. Tanpa pikir panjang aku dan Fatma langsung naik. Tereeeet...didalemnya isinya cowok semua, terhitung 8 pria termasuk Pak Supirnya bertampang dan berpakaian preman. Contoh orang di dalamnya, ada yang rambut di cat oranye, ada yang rambutnya panjang pakai singlet dan tato, ada yang gepuk2 botol akua ke temen sebelahnya. Matekk, pikirku. Sepanjang perjalanan musik disko disetel dengan keras "Juuuup Ajuub Ajub.....Ajuub Ajubbbb". Mana jlannya berliku-liku ngelewatin gunung persis belokan di Tretes. Alhasil persis kayak diskotek berjalan, bahkan setiap orang di pinggir jalan pasti ngelihatin si Angkot Ajub Ajub dengan tampang heran dan memelas. Sepertinya memelas pada aku dan Fatma, dikira diculik. Suatu keajaiban, aku dan Fatma bisa selamat ke tempat tujuan tanpa kurang suatu apapun, kecuali bayar biaya angkot lebih mahal 4 rb per orang.

Nah beralih ke KP yang sebenarnya. Aku dan Fatma KP di bagian Layanan Jasa Perawatan, nama lain maintenance lah. Pembimbingnya mas Adriansyah, masih muda, belum nikah (ga penting), jadinya enak buat diskusi. Pertama kali diajak ke Plant, aku dan Fatma diantarkan pembimbingku naik mobil. Di dalamnya ternyata besar, meskipun hanya digunakan untuk penimbunan dan suplai produk Pertamina. Ada sekitar 19 tangki berukuran tinggi sekitar 16 meter dan lebar (belum ngitung). Ada dermaganya juga yang bagus banget. Terletak di daerah pantai, kanan kiri belakang pegunungan, dan di depan adalah selat Lombok. Airnya kadang berwarna biru atau hijau toska, jernih sampai-sampai terlihat ikan berwarna-warni yang berenang gembira di pinggir kapal. Belakangan aku baru tahu kalau orang-orang disini (karyawan) suka iseng ngelempar batu ke laut buat ndapetin ikan saat melewati dermaga.

Hari kedua, aku baru ikut ke plant bersama Bapak-Bapak teknisi, kali ini jalan kaki. Pakaian safetyku lengkap, mulai helm, baju plant bolong2 warna ijo stabilo, sampai sepatu safety dan semuanya berasal dari pinjaman di kantor. Lha sepatu safety yang paling kecil berukuran 39 (bukan ukuran standar Indonesia). Waktu dipakai, ada ruang kosong sekitar 5cm di sepatunya.Gayaku kayak koboi di gurun pasir waktu pakai sepatu safety kulit warna coklat itu. Setiap jalan "Prook prok prok...", mirip koboi ikut gerak jalan. Mana jalannya jauh, kayak keliling ITS lah. Jadinya aku membawa beban berat sepatu safety berisikan besi setiap hari. Gak heran, celanaku yang kubeli jadi kebesaran hanya dalam 2 minggu.

Orang-orang disini welcome dan baik semua. Tapi paling susah nginget nama orang, terutama yang asli Bali. Lha namanya mirip-mirip Made, Kadek, Gede, Wayan dan pasti ada "I"nya semua. Entah nama itu dipakai oleh brapa orang. Ilmu yang didapatkan dari Bapak-Bapak teknisi juga banyak, dijelasin tentang PSV, ESD, Panel pompa, cara pengecekan MoV, panel pompa, dan banyak bahasa planet lainnya. Akhirnya kuputuskan untuk mengambil tema mengenai ATG (Automatic Tank Gauging) yang kebetulan ada masalah. Tapi tiap harinya gak fokus ke ATG aja, tapi bantu-bantu juga di administrasi teknik dan kadang ikut pengecekan alat2. Ternyata engineer disini hanya mengawasi dan menganalisa dan yang melakukan kerjanya ya Bapak-Bapak teknisi tadi, kalau pekerjaan kasar ya ada buruhnya. Wah sepertinya besok-besok saya juga bisa (Amiin) yang penting ga suruh angkat2 pompa aja.

Soal jalan-jalan, sumpah aku belum pernah kemana-mana 2 minggu ini kecuali ke Kuta dan Pantai disekitar kantor. Jalan-jalan ke Kuta bikin kapok. Aku dan Fatma janji mau ke Denpasar buat main sama anak-anak KP TF region Bali (Sungging, Farhan, Eka, Fista, Agung, Igan, Moncu). Berangkat dari Subagan bersama Fatma dan Maya (anak Pakdenya Fatma) jam 11.30, sampai di Denpasar jam 14.00. Akhirnya diputuskan untuk jalan-jalan ke Kuta bersama anak-anak. Tak terasa sudah jam 17.00, gak mungkin balik jam segitu karena perjalanan sekitar 2,5 jam melewati gunung-gunung yang gelap. Pelajaran di Bali: kalau ke Kuta jangan sampai kemalaman dan bawa uang banyak. Ternyata disana gak ada penginapan seharga 100 rb untuk 3 orang. Alhasil disewalah kamar wisma bintang 1 seharga hotel bintang 5. Sekedar info, harga per malamnya seharga sewa kos-kosanku di Surabaya sebulan lengkap dengan bayar laptop. Belum berhenti sampai sana, esoknya niat jalan-jalan ke Sanur malah nyasar ke daerah Tanhung Benoa. Jadinya malah peda motoran ga tentu arah selama 2,5 jam. Pulangnya nyasar lagi ke Tanjung Benoa yang berlawanan arah dengan jalan pulang. Kalau ditotal-total aku nyetir sepeda motor hampir 6 jam dalam sehari. Waktu dijalan rasanya pengen nangis saat melihat Bus Pariwisata di saat tanganku sudah ngilu pegang setir sepeda motor.

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena