Galau Part II, Tingkat Kos-kosan

"Hidup segan, mati tak mau". Itulah peribahasa yang menggambarkan kegalauanku saat ini, tepatnya kegalauan 'kami'. Entah mengapa kata-kata ini muncul saat guyon-guyon sama si Nining Kusmahetiningsih, teman sekamarku. Dia yang menggalau karena Tugas Akhir dan aku yang menggalau karena ...(well opo ya -_-), bergabunglah menjadi galau tingkat kamar pojokan kos funlibin.

Berawal dari kemampuan numerikku yang semakin payah. Mosok aku ngerjain 1 soal UAS anak SMP bab kesebangunan aja mikirnya 15 menitan. Merembet ke kemampuan logika ku yang semakin hancur, lupa apa itu proses menyublim, mengembun, deposisi. Ternyata kemampuan presentasiku juga semakin payah, masa aku ga bisa njelasin bagaimana desain peredam pada pemotongan logam. Lain lagi dengan kemampuan menulisku, ta baca-baca lagi tugasku kok 'google transtool' banget ya...Sumpah nggilani pool, mana banyak huruf yang nyelempit dan itu lebih dari 10 kata. Menjalar ke kemampuan ngasisteni, isok aku jadi ngeblanc apa yang ingin kusampaikan, padahal aku sudah belajar itu dan mengulanginya berkali-kali. Hoaaammm.....

Ditelusur lebih lanjut, mosok ini gara-gara meningkatkan kemampuan linguistik yang menggila (baca: Bahasa Prancis). Padahal aku juga ga bisa bahasa Prancis secara expert. Kalau anak-anak lain di kelas bahasa Prancisku pada cas cis cus, aku cuma kriiiiiiiiik....... "je ne parle pas le francais" (Saya tidak bisa bicara bahasa Prancis)

Lain halnya dengan Nining, galau Tugas Akhir. Aku, sebagai teman sekamarnya jelas tahu gerak-gerik TA nya. Dia sudah berusaha muter-muter untuk menjadi "The expert painter" alias ahli ngecat. Ga main-main, ngecatnya pakai nanopartikel. Dia juga sudah manasin TiO2 dengan suhu 800'C. Terhitung lebih dari 7 toko kimia didatanginya demi mencari bahan yang diinginkan. Bahkan aku juga pernah menjadi korbannya demi segelas es tebu, yaitu menemani ke toko kimia untuk beli mortar. Muter-muter keliling Surabaya berbekal alamat dan SIM pinjaman. Bertanya ke 8 orang baru nemu tokonya. Juwara tokonya!!!!Menurut saya toko ini wajib ikut The7wonders. Tempatnya jauh dari ITS, masuk perumahan, masuk gang-gang, dan hebatnya tidak ada pertanda itu toko kimia terkenal! Tidak ada plat nama, tidak ada pintu yang terbuka, hanya ada rumah bercat putih yang dikelilingi gerbang. Oh la la.... saat masuk rumah, ada penjanga pintu bak bodyguard yang membukakan pintu. Iki Toko Kimia, apa nark*ba, batinku.

Nah lo sekarang Nining lagi pusing gara-gara catnya luntur saat kena air. Mana deadline TA diujung tanduk. Sampe stress dan ngimpi hantu berkuteks merah memegang dahinya saat tidur. hiuwww....Semangat ning,,aku ae TA belum lapo-lapo :p

Setelah berdiskusi ga penting, ditelusur-telusur ternyata kita ini salah jurusan. Hahaha...telat baru nyadar pas sudah mau lulus. Bakat kita bukan di teknik, tapi ditaruh di lain tempat juga ga berbakat. Intinya kita ini setengah-setengah. Bukan masalah bakat atau tidaknya, namun masalah usaha untuk mendalami suatu bidang. Kalau niat, pasti ada saja jalan menuju kesana. Toh ada saja orang yang bisa di semua bidang,misalnya si Ruri (orangnya tau ga ya kalau dirasani :p ). Dia pinter (bangeeeeeeeeeeeeeet), organisasi OK, lab OK, pinter masak, bisa olahraga, ngelesi juga, asisten dosen, seneng goyon, pinter berbahasa asing, tidak sombong, dan yang penting "Tau drama korea atau Jepang terbaru". Sampai aku pernah nanya "Kamu ga pernah tidur ya?"

Disaat galau seperti ini. quelqe'un (seseorang) berkata padaku " Jangan lihat ke atas terus, sekali-sekali lihatlah ke bawah. Kamu juga orang hebat". Meski sedikit tersindir dengan 'hebat', lha hebatku dalam hal keberuntungan. Namun semestinya aku mesyukuri apa yang ada didepanku saat ini, menjalaninya dengan niat dan sedikit kemalasan sebagai alibi untuk istirahat :D

Kamar Kos-kosan,
Elita: Ngedit laporan KP dengan ngomel2
Nining: Ngebut garap TA untuk progress nanti pagi jam 09.00 (well sekarang sudah jam 1.40)