a choice that change my life

Sabtu, 12 Desember 2015

Acne Diary

Nah loh tiba-tiba blogku ga pernah update. Sekalinya sekarang update jadi konten kecantikan XD. Maklum saat ini lagi sebel sama yang namanya jerawat. Jerawatku timbul sejak SMP kelas 1, waktu itu parah banget beruntusan kecil-kecil disekitar dahi. Rasanya pengen ngamplas. Setelah itu jerawat timbul tenggelam sampai aku kuliah. Tapi yang jelas wajahku nggak pernah bersih dari jerawat. Perawatan yang kupakai pun ala kadarnya seperti biore dan ponds. Tapi kayaknya kalau pakai produk kayak gitu jerawatku kadang malah tambah banyak. Tapi saat itu whateverlah.

Di bangku kuliah, iri dong lihat teman-teman wajahnya kinclong. Sedangkan wajahku sendiri tak pernah jauh dari jerawat dan kusam. Tahun 2010, kuputuskan ke Natasha. Awal pemakaian langsung terlihat hasilnya dalam dua bulan. Wajah jadi bersih kayak porselen, jerawat cuma satu dua saat haid. Minusnya kadang wajah jadi kelihatan berminyak banget. Tapi ok lah. Namun dasar mahasiswa, lebih milih makan daripada merawat wajah. Krim dari Natasha biasanya kuhemat-hemat sampai 4 bulan. Lalu nabung lagi sedikit demi sedikit untuk beli krim. Hingga pada suatu saat aku tak punya uang dan tak mampu membeli krim lagi XD . Yasudahlah kuputuskan untuk berhenti sedikit demi sedikit. Tapi apa yang terjadi? Wajahku jadi penuh dengan bintik merah seperti ruam sakit panas tapi nggak hilang-hilang. Panik!!! berdasarkan info dari temanku, akhirnya aku ke dokter kulit disekitar sana. Krim dari dokter ini kubarengi dengan minum Nourish Skin setengah tablet per hari *hemat. Alhamdulillah setelah itu bintik merahnya berkurang. Akhirnya wajahku kembali seperti dulu: tetap jerawatan.

Setelah browsing sana-sini. Aku beralih ke Larissa, katanya ini lebih aman karena menggunakan bahan alami. Aku menggunakan Larissa sampai lulus kuliah meski sabun mukanya masih Natasha (udah kadung cocok). Hasilnya tidak seberapa terlihat. Kulit tetap kusam tapi jerawat tidak separah biasanya.

Saat pindah ke Thailand, aku membawa sisa skincare ku. Saat habis, akhirnya aku memilih beralih menggunakan produk Thailand yang dijual bebas. Facial wash dan cream Baby Face yang diklaim menggunakan bahan alami. Facial washnya lucu karena digunakan saat wajah kering dan baru dibilas air. Enak dan nggak bikin kulit kering. Mungkin saking herbalnya, jadi wajahku tetap saja masih ditumbuhi jerawat merata dan bekasnya masih susah hilang. Intinya wajahku ga bisa mulus kayak pemain film Thailand (efek minder dikelilingi banci yang lebih cantik).

Pas balik ke Indonesia, aku kembali menggunakan produk Larissa. Saat itu aku masih tinggal di Surabaya dan mudah mengakses tempatnya. Sayangnya memang hasil dari skincare ini nggak wow banget. Yasudahlah nggak apa apa daripada ketergantungan. pikirku.

Saat pindah ke Gresik, jelas rempong banget kalau harus ke Larissa di Surabaya. Nah inilah petualanganku mencari produk yang cocok dimulai.
1. Acnes series,
a) Tea tree oil clay mask, masih kugunakan hingga sekarang. Dulu sih kalau jerawat mau tumbuh lalu kumasker dengan ini besoknya nggak jadi tumbuh. Tapi sekarang kok nggak ngefek lagi ya. Hiks. Cuma setelah menggunakan masker ini rasanya wajah jadi lebih bersih dan steril.
b)Acnes Powder Lotion, cairan didalamnya tinggal diusapkan ke wajah. Plusnya wajah jadi bebas minyak beberapa saat. Minusnya wajah jadi kering di awal penggunaan, lalu ya tetep muncul lagi minyak.
c) Acnes powder, recomended. Masih kupakai sampai sekarang. Nggak bikin komedo, menyerap minyak, dan cocok dengan kulit wajahku. Jarang-jarang aku pakai bedak sampai habis.
d) Acnes cream oil control and whitening. Plusnya lembut di wajah. Minusnya wajah jadi terlihat kusam dan berminyak. Entahlah aneh banget. Jadi produk ini kupakai saat malam.
e)Acnes wash. Ada yang bentuk busa dan krim. Dua-duanya sudah pernah kucoba, yang lebih bagus sih busa karena nggak bikin kulit kering.
Setelah memakai semua itu,apa yang terjadi? Nothing happened. Jerawat tetep saja tumbuh sana sini, Gemes...

2. Hada Labo
Yasudahlah pindah ke produk Jepang ini sambil tetap memakai acnes. Tapi saat itu kesalahan karena aku membeli Hada Labo untuk whitening -_- jadinya ya nggak ngefek ke jerawat, malah tambah parah.
Tapi aku menemukan produk Hada Labo yang cocok yaitu Ultimate Moisturizing Cleansing Oil. Ampuh mengahapus make up dan membersihkan wajah. Memang berminyak saat digunakan namun setelah dilap pakai tisu, wajah jadi lembab. Biasanya aku paling anti menggunakan cleansing baik susu atau toner karena sering perih dan membuat jerawat. Tapi produk satu ini cocok denganku.

3. Gloskin
Akhirnya aku desperate dan memutuskan untuk mengunjungi skincare di Gresik. Pilihanku jatuh di Gloskin. Disini diedukasi dokternya nggak boleh ini itu dsb. Setelah perawatan dua bulan, wajahku langsung mulus dan lebih putih. Ajaib! Tapi setelah penggunaan 6 bulan jerawat di pipi kanan masih saja muncul berkelompok. Akhirnya kuhentikan bertahap. Alasanya harganya mahal(bingit) dan aku nggak mau ketergantungan.

4. Airin Skincare
Bener saja, setelah berhenti jerawat kian menjamur. Saat itu aku menggunakan produk Acnes dan tidak ada perubahan. Dibarengi dengan stress, kian menjamur jerawat di dahi dan pipi kanan. Semakin ga pede dan stress. Akhirnya cari info sana sini nemu airin skincare yang lagi ngehits. Pesannya harus konsul dulu via chat. Lalu barang dikirim. Saat itu, aku diberi soothing cream, acne serum, tea tree wash, dan sunblock free oily. Bukannya sembuh, jerawatku semakin banyak. Panik!!! Tanya ke adminnya katanya itu purge. OMG. Akhirnya kusabar-sabarin pakai produk itu selama tiga bulan. Tapi wajahku semakin berjerawat, kudu nangis lalu curhat ke kucing meong meong. Bukan maksud menjelekkan skincare ini, ya mungkin ada yang cocok dan ada yang tidak cocok.

Selama rentang itu aku masih rutin facial sebulan sekali. Maunya tetep di Gloskin tapi saat itu penuh akhirnya milih facial di Kendedes. Waktu facial ketiga mbaknya hapal kok wajahku semakin parah, ditawari produknya. Akhirnya kemakan bujuk rayu, kubeli krim malam dan pagi. Waktu di rumah kubuka krimnya warna pink dan kuning. Baunya juga aneh. Hiiii.... Langsung saja kubuang! Beda dengan krim dari airin skincare yang berwarna putih susu dan bau seperti bedak talk. Jangan-jangan selama facial produknya menakutkan seperti itu juga. Hmmm...

5. Etude House AC Clinic
Desperate. Sebulan lalu kuputuskan untuk menghentikan segala jenis krim-krim itu. Aku memakai produk Acnes, masker lemon rutin, dan minum Nourish Skin, Tapi belum ada hasil, wajahku masih benjol jerawat batu yang tak bisa dihitung dengan jari. Untungnya nourish skin membantu wajahku agar tak kusam. Baca refrensi sana sini, akhirnya aku membeli AC Clinic Etude House. Jelas bukan dari counter di mall. Ga mampu. Hahaha. Aku membeli online dan barang dikirim langsung dari Korea. Nunggunya dua minggu sendiri.

AC Clinic yang kubeli: facial wash, aqua cream, toner,dan acne spot liquid. Aku baru memakainya dua minggu ini disambi minum nousrish skin. Hasilnya wajah jadi lebih halus. Bagian wajah yang tidak berjerawat (hidung dan bawah mata) pori-porinya mengecil dan halus. Sedangkan yang jerawatan seperti pipi dan dahi masih saja menjamur. Namun ada jerawat batu yang nangkring selama tiga bulan akhirnya menipis dan bisa dipencet (*maaf wajah). Seharusnya memang nggak boleh pencet sembarangan tapi aku sudah gemes. Saat dipencet keluar nanah, menakutkan kudu nangis. Dulu kalau aku mencet jerawat sepertinya keluanya kemana-mana gitu. Tapi ini keluarnya cuma satu pori saja. Jerawat batu yang didahi kupencet sampai bersih, lalu kuusap menggunakan toner. Dua hari kemudian bekasnya ilang.

Saat ini, aku masih berjuang melawan jerawat dengan Etude House AC Clinic. Yahh berasabar saja. Ohya aku juga sudah hentikan minum nourish skin karena mengandung vit,E yang memperparah minyak. Sebenernya aku sudah tau dari dulu, tapi dulu daripada kusam jerawatan,meding agak kinclong jerawatan XD. Dasar aku nakal, sukanya makan pedes dan gorengan. Sampai ada prinsip"mending makan pedes daripada jerawatan"lho (?). Jadinya suplemen tetap dibutuhkan,aku sekarang mencoba minum ekstrak kulit manggis yang alay itu. Semoga saja jerawatku hilang sebelum ke pelaminan =_=.

Skin care
Facial wash: Etude House AC Clinic
Cream pagi/malam: Etude House AC Clinic Aqua cream
Toner: Etude House AC Clinic

Tambahan
 Etude House AC Clinic Liquid Spot
Acne Lotion Sariayu
Tea tree oil clay mask

Make Up
BB cream: Etude House Bright Fit
Bedak: Acnes
Cleansing oil: Hada Labo

Suplemen
Mastin
Acnelia Iboe

Tips (dari yang masih melawan jerawat)
1. Kenali penyebab jerawat. Aku sering tidur menghadap kanan jadilah jerwat di pipi kanan lebih parah, jadi rajin ganti sarung bantal. Aku juga spicy addict. Ditambah stress semakin membuat jerawat berkembang biak terutama di dahi.
2.Jangan ganti-ganti skincare. Coba pakai selama tiga bulan untuk melihat efektif atau tidak.
3. Ternyata bahan yang digunakan untuk melawan jerawat itu berbeda-beda. Maka usahakan menggunakan 1 set produk.
4. Gunakan bahan alami seperti sirih, lemon, baking soda, tomat, dsb untuk masker.Sayang aku nggak telaten :p
5. Jangan terlalu sering mencuci muka. Maksimal 2x sehari.
6. Gunakan juga suplemen karena bisa jadi jerawat timbul dari dalam.
7. Amati penggunaan air, gunakan air bersih untuk cuci muka.
8. Bahagia selalu. Cueklah apa kata orang, yang penting kita sudah berusaha :D
Read More

Rabu, 10 Juni 2015

Apa Kata Mereka Tentang MR?

"Pembelajaran tidak  hanya didalam kelas tapi juga diluar kelas yang diisi oleh pembicara yang kompeten di bidangnya” (Dewi Annisa Yakin- Peraih IPK tertinggi di UISI)

"MR adalah  Research and Development, wadah inovasi, dan  pemikiran  out of the box" (Vicky Atmaja- Asal Aceh, Pemenang The Young Producer Trans TV)

"Pelajaran estimasi biaya dan ekonomi teknik berguna untuk berbisnis" (Tyari Dwi Wahyuni, Pemilik bisnis online)

"Jurusan yang berpotensi populer di masa depan karena keilmuannya merupakan gabungan ilmu manajemen dan keteknikan" (M.Faham Wicaksono)

"Jurusan yang asyik, seru, dan punya prospek bagus untuk masa depan" (Ekky Masbuchin- Peraih IPK tertinggi di angkatan 2013)

“MR di Jatim hanya dimiliki oleh UISI” (Ahmad Farruq A. A.-Bisnis poultry shop)
Read More

Apa itu Manajemen Rekayasa (MR) ?



Jurusan ini tergolong jurusan muda di Indonesia. Pertama kali didirikan di ITB pada tahun 2011 dan merupakan bagian dari Jurusan Teknik Industri. Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) yang dulu bernama Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Semen Indonesia (STiMSI) adalah perguruan tinggi kedua yang mendirikan jurusan Manajemen Rekayasa (MR) di Indonesia pada tahun 2013. Meski tergolong jurusan baru di Indonesia, namun jurusan ini sudah banyak didirikan di luar negeri dengan nama Engineering Management. Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET) merupakan badan akreditasi di Amerika yang khusus mengakreditasi program-program studi bidang teknik dan banyak dijadikan acuan secara global memasukkan MR sebagai program studi di bidang keilmuan teknik.


Sebenarnya ini jurusan IPA atau IPS? Lebih ke manajemen atau teknik? Jadi, MR adalah cabang keilmuan teknik yang mengkombinasikan pengetahuan manajemen dengan keilmuan-keilmuan teknik lainnya untuk menghasilkan inovasi. Melalui kombinasi ketajaman manajemen dengan keahlian teknik, MR dirancang untuk memainkan peran kunci dalam mempersiapkan generasi berikutnya sebagai manajer di sektor engineering.

MR adalah....


“Engineering management is the discipline addressed to making and implementing decisions for strategic and operational leadership in current and emerging technologies and their impacts on interrelated systems”- IEEE Transaction on Engineering Management, Vol. 37, No. 3, 1990, p 172-176

"Engineering management is a career that brings together the technological problem-solving savvy of engineering and the organizational, administrative, and planning abilities of management in order to oversee complex enterprises from conception to completion."- University of California.



Sumber:
http://engineeringmanagementitb.tumblr.com/post/1607362916/apa-itu-mri
http://www.ewh.ieee.org/soc/ems/emr/emronline.html
Read More

Senin, 08 Juni 2015

Stray Day in Hongkong-Macau (5): Edisi Kalah Judi II

Suasana Macau (credit:Zjahra)
Edisi kalah judi masih berlangsung selama sehari penuh. Sebenarnya aku ingin berjalan kaki santai di taman daerah Victoria Peak, namun karena hujan yang masih mengguyur maka aku membatalkan niat tersebut. Kami memilih untuk naik bis ke pelabuhan ferry Hongkong-Macau. Aku terkantuk-kantuk didalam bis, ternyata perjalanan menurun dari Victoria Peak ke down town area membutuhkan waktu sekitar sejam. Aku juga merapatkan jaketku, AC didalam bis cukup dingin mengingat diluar masih hujan. Pemandangan silih berganti antara rumah oriental, apartemen, taman, dan pemadangan kota Hongkong dari ketinggian.

Terkantuk-kantuk di dalam bis.

Mendung di Hongkong.

Mendung masih menggantung di downtown Hongkong. Destinasi berikutnya adalah eskalator terpanang di dunia yang menghubungkan upper ke mid level Hongkong di daerah Soho (South of Hollywood). Sebenarnya ide ini berasal dari itenari Trip Advisor di bagian sesi explore Hongkong dengan jalan kaki. Ternyata mencari esklator ini seperti jarum dalam tumpukan jerami. Kami harus berputar-putar melewati jembatan penyebarangan, beberapa gedung tinggi, dan lorong antar gedung. Tanya orang lokalpun percuma karena mereka tidak paham apa yang kita tanyakan.

Nyasar.

Pemanfaatan lahan di atas jalan. Good job apple :p

Aku sudah merasa putus asa dan berjalan lunglai sambil membawa tas backpack. Kami hanya mengikuti arus pekerja yang menuju ke arah salah satu lorong gedung. Tiba-tiba taraa... terlihatlah eskalator yang kami maksud. Eskalator ini dibangun secara outdoor. Panjang eskalator ini mencapai 800 meter, fungsinya untuk mempercepat transportasi pekerja dari daerah pemukiman flat ke daerah perkantoran. Di pagi hari, eskalator ini berjalan dari mid level (pemukiman) ke upper level (bangunan perkantoran). Sedangkan di sore hari kebalikannya. Kalau mau melawan arah, disediakan tangga disampingnya. Jadilah saat itu, kami menaiki eskalator terpanjang sedunia. Sedangkan baliknya, kami harus berjalan kaki menuruni tangga.

Perjalanan mencari eskalator.

Inilah eskalator outdoor terpanjang di dunia.

Aku :p senang yang dipaksakan.

Hari menjelang sore dan kami belum shalat Dhuhur dan Ashar yang niatnya dijamak takhir. "Gimana kalau sholat di lorong yang tadi, kan disitu ada partisi," ungkap Dini. Entahlah bagaimana ceritanya akhirnya kita memilih shalat di depan emperan gedung yang terdapat toilet umum. Kami berwudhu di toilet umum. Sepertinya toilet itu memang diperuntukkan bagi orang homeless. Yahh kami kan juga homeless saat itu. Haha

Biasanya aku memilih sholat sambil duduk jika sedang traveling di tempat umum yang jarang ditemukan masjid. Tinggal memakai kaos kaki dan menutup tangan dengan cardigan lalu sholat di kursi taman atau di kendaraan. Aku tidak mau menarik perhatian orang-orang sekitar. Tapi entah kenapa saat itu aku ingin shalat seperti biasanya yaitu memakai mukenah dan mempraketekkan gerakan sholat. Aku melihat emperan depan gedung yang sedang dibangun disamping toilet umum. Disana juga terdapat tumpukan koran yang tak terpakai. Aku menata tumpukan koran tersebut sebagai sajadah. Lalu mulai meggunakan mukenahku  dan mulai sholat. Aku sudah tak peduli jika ada orang yang melihatku dari jalan raya dibelakangku.

Sholat di pinggir jalan.

"Oh gitu ya sholatnya. Iya sih bener, sekalian totalitas ya El," ungkap Bang Asrul saat aku selesai berdoa. Lalu Bang Asrul mulai memakai sarung. Aku sendiri menata koran yang akan digunakan sebagai sajadah untuk Bang Asrul dan Dini. "Ini lo aku tadi sholat terus lihat ke 'sajadah' kok ya ada berita kontes kecantikan yang pakai bikini," jwabku saat ditanya kenapa aku mengganti alas korannya.

Rute selanjutnya yaitu mencari makan, apalagi kalau nggak McD. Setelah makan,kami baru tersadar banyak orang berjubah dan berkopyah yang lewat jalanan itu. Eaa berarti ada masjid disekitar sana dan kita memilih untuk sholat di emperan. Hmmm...

Menjelang malam, kami manaiki MRT dan menuju ke pangkalan ferry. Sebelumnya tak lupa kami menukarkan kartu Octopus (transportasi Hongkong) dengan uang deposit.Ternyata harga ferry berbeda tiap jamnya, harga untuk malam hari ternyata lebih mahal dibanding saat pagi hari. Saat itu jam berangkat ferry tinggal 10 menit lagi. Jadilah kami berlima berlari-lari ke ruang check in, untungnya kami datang tepat waktu sebelum ferry berangkat. Saat kami duduk, ferry langsung tancap gas menuju Macau. Aku sendiri mulai terlelap di tempat dudukku sampai ferry berlabuh di pelabuhan Macau.
Bye bye Octopus. Bye bye Hongkong. See you again. when?

Kami keluar dari pelabuhan ferry di Macau sekitar pukul delapan malam. Sekedar info kalau di Macau banyak shuttle bis gratis yang disediakan oleh pihak hotel. Secara, Macau dikenala sebagai tempat bandar judi terkenal se Asia. Bisa dibilang inilah Las Vegasnya Asia. Pendapatan utama dari 'negara' ini adalah dari perjudian. Tak heran bila berbagai tempat judi ini menyediakan transportasi dari tempat umum untuk menunjang bisnisnya.

Welcome to Nightlife!

Tujuan Venetian Hotel dipilih karena konon disanalah terdapat suasana bergaya Venesia dalam ruangan. Saat aku melangkah tiba-tiba "Tek", tali sepatu sandalku lepas. Okeh ini adegan jebol kesekian kalinya setelah sandalku diinjak dari Dini dari belakang dua kali. Jarum pentul dari kerung pun tak bisa memperbaiki sandal yang telah jebol. Akhirnya Dini menukar sepatu sandalnya dengan punyaku.

Adegan sandal jebol. Hiks.

Singkat cerita, sampailah kami di Venetian Hotel yang megah. Gaya eropa sudah terlihat dari bangunan luarnya. Aku memasuki hotel mewah ini dengan perasaan sedikit was-was. Maklum orang desa, pertama kali lihat beginian. Ternyata security nya ya biasa aja dan membiarkankan kami masuk. Bahkan bisa menitipkan tas backpack di lobby lantai dasar.

Interior Venetian Hotel didesain dengan mewah. Tak lupa kita mampir ke tempat judi. Tempat judi??? Iya. Inilah pengalaman hidup: pernah masuk ke tempat perjudian yang sesungguhnya!!! Syarat masuk ke tempat judi ini mudah yaitu 21 tahun + . Penjaagaan di pintu masuk tempat judi ini lebih ketat daripada lobby hotel. Petugas awalnya tampak melarang kami masuk karena tidak yakin bahwa umur kami 21+. Jadilah kami menunjukkan paspor dan petugas tersebut mengecek tanggal kelahiran dan membolehkan kami masuk. Asik. Welcome to the Gambler Life. Hahaha...

Tempat judi (terlihat di sela-sela tiang).

Pertama kali masuk tempat judi itu amazing. Sebelumnya tempat perjudian yang hanya bisa kutonton lewat film macam Jackie Chan kini bisa kulihat secara langsung. Suasana juga tak begitu menyeramkan seperti di film-film gangster. Malah tergolong mewah dengan nuansa bagunan ala eropa, kamar mandi yang cling, dekorasi yang elegan, dan yang terpenting adalah adanya botol air minum gratis! Kita bisa mengambil seenaknya botol air minum itu alih-alih beli air minum yang harganya selangit di Macau. Dekorasi serba mewah di tempat perjudian bersisian dengan berbagai mesin judi mulai yang paling keren macam kartu remi black jack, gotri yang diputar di meja berisi warna dan angka, sampai permainan cupu ala ding dong seperti di wahana timezone. Sayangnya tak boleh mengambil foto disini.

Didepan tempat judi.

Oke ternyata kami berempat adalah empat-empatnya wanita berkerudung di tempat judi ini. Hmm sudah kuduga. Aku hanya melihat berkeliling sambil ikut-ikut orang lokal yang sedang bermain judi menebak nomer dan menuliskan deret angka di selembar kertas kecil. Ternyata nomer yang keluar itu berdasarkan deret angka. Jika sudah tau rumusnya maka mudahlah untuk menebak nomer yang akan keluar berikutnya. Aku mencoba mengikuti deretan angka itu tapi tak berhasil juga menebak angka berapa yang keluar. Hhee,,, ga bakat judi.

Bang asrul membeli beberapa token uang judi. Kami hanya ikut menonton dia bermain judi di mesin ding dong untuk menebak dadu mana yang akan keluar. Kali pertama kalah. Rugi deh. Kali kedua kalah. Ternyata kali ketiga menang dan mendapatkan hadiah kalau tidak salah empat kali lipat dari token yang dimasukkan. Hadiahnya serupa voucher yang ditukarkan dengan uang asli. Uwowo.... darah raja judi mulai terlihat. Namun nyatanya percobaan keempat malah kalah lagi. Hmm...

Saat itu sudah menunjukkan sekitar pukul sepuluh malam. Aku mulai mengantuk dan lapar. Akhirnya kami memutuskan menjelajah lagi disekitar hotel itu. Setelah agak berputar-putar di deretan toko berlabel internasional macam gucci, louis vuitton,dkk (yang barangnya tak sanggup kubeli), kami akhirnya menemukan Venezia! Yuhuu di dalam hotel, lengkap dengan perahu dan kanalnya. Suasana indoor Venezia ini didesain semirip mungkin dengan atap awan khas musim panas di siang hari. Background rumah-rumah unyu juga turut menghiasi kanal ini lengkap dengan jembatannya.

Lalalalala :D

Venezia? No this is hotel.

Full team di Venetian Hotel Macau.

Rencana selanjutnya yaitu makan di food court. Entah apa yang kumakan saat itu. Aku sudah lelah dan uang terbatas. Bekal makan juga sudah habis. Terpaksa aku membeli makanan disana dengan harga paling murah dan sekiranya halal. Setelah makan pun masih lapar. Bang Asrul yang membeli porsi besar menawarkan makanan ke kami. "Nggak mau, itu hasil uang judi ya," kataku berprasangka buruk. Hehe. "Nggak, ini uangku sendiri. Tadi voucher judinya kusimpen buat kenang-kenangan," ungkapnya.

Girls only ^^

Saat itu menunjukkan tengah malam. Sudah makan lalu ngantuk. Kami mencari tempat yang bisa digunakan untuk tidur di area hotel itu. Tidur di tempat judi, ga mungkin.Di lobby, ga mungkin. Di foodcourt, udah tutup. Dini punya ide untuk tidur di nursery room yang terletak tak jauh dari food court. Kami segera kesana dan mengecek. Uwowo ternyata nursery room disana adalah tempat yang nyaman. Tempat yang berfungsi untuk ibu menyusui dan ganti popok ini didesain dengan nyaman dan luas. Lengkap dengan sofa empuk. Kami sudah nari jejingkrakan menemukan tempat nginep gratis malam itu.

"Yuk ke kamar mandi, wudhu dulu," entah kata siapa karena saat itu aku sendiri belum sholat maghrib dan isya. Kami keluar dari nursery room dan mencari tempat wudhu. Ndelalah pas balik lagi, nursery room sudah terkunci. Hiks. Hilang sudah kesempatan tidur gratis di tempat nyaman.

Kami memutuskan kembali lagi ke tempat judi untuk minum air botol gratisan. Padahal ini kali kedua masuk ke tempat judi itu, tapi entah kenapa petugas masih saja menanyakan paspor kita."Kamu sih bajunya terlalu unyu," kata Sani menyalahkan bajuku yang berwarna oranye-hijau. Berhubung kantuk tak dapat ditahan lagi, maka kami memutuskan untuk tidur di bandara Macau! Kami bergegas membungkus beberapa botol air minum dan hengkang dari tempat judi. Lalu mengambil barang bawaan di lobby. Shuttle Bus Venetian Hotel sudah berhenti beroperasi diatas jam 00.00 . Jadilah kami menaiki taksi ke bandara. Sialnya lagi taksi tidak mau menampung 5 orang, maunya maksimal 4 orang per taksi. Yasudahlah.

Tidur di bandara Macau (credit: IG @elitafn)

Sesampai di bandara Macau, kami langsung mencari spot terbaik untuk tidur. Beruntunglah para backpacker Macau, disini kursinya loss alias empat kursi digabung jadi satu dan tak ada pemisah antar kursi. Jadinya kursi ini bisa digunakan sebagai tempat tidur yang 'agak' nyaman. Minusnya AC di bandara ini ga karuan dinginnya. Aku akhirnya memilih kursi yang dekat dengan kounter convenient store dan pintu keluar bandara sebagai kasur. Lalu mulai menyelimutkan pashminaku ke seluruh tubuh dan menggunakan tas kameraku sebagai bantal dan tas ranselku di kuikat di kakiku. Good Night... 


Itu adalah hari kalah judi yang paling kuingat.

Read More

Senin, 18 Mei 2015

Stray Day in Hongkong Macau (4): Edisi Kalah Judi I

Hari terakhir adalah hari kalah judi. Bagaimana tidak? Kami harus menenteng tas besar kemana-mana, makan cap hemat pol-polan, nyasar, lari mengejar kapal ferry, shalat di pelataran toko, fakir air minum, dan tidur nggembel. Asiknya hari itu kami sempat masuk ke tempat judi beneran lho,,, settingan macam film action Jackie Chan. Bisa jadi hari itu terbilang hari 'kalah judi' bagi kami.

Jalanan kota Hongkong.

Hari terakhir kami di Hongkong diisi dengan menenteng tas sebesar panda kemana-mana. Destinasi hari itu adalah: naik peak tram, Victoria Peak, eskalator terpanjang sedunia, dan sore hari menaiki ferry cepat kembali ke Macau. Pagi hari, seperti biasanya kami memakan mi cap mama rasa tom yam dengan memanfaatkan air hangat dari hostel. Selanjutnya kami check out dan mulai menenteng backpack keluar dari penginapan. Destinasi pertama yang dituju adalah naik peak tram ke Victoria Peak. Cari jalur dan stasiun MRT nya pun harus jalan kaki agak jauh yaitu disekitar taman tsim tsa tsui. Setelah itu kami harus berjalan kaki menanjak sekitar 500 meter ke stasiun Peak Tram. Peak Tram ini menghubungkan upper level (Admiralty) dengan Victoria Peak via mid level. Pajang lintasannya 1,4 km dengan elevasi 400 meter. Konon ini adalah stasiun kereta tertua di Hongkong dan dibangun pada tahun 1881.

Jalanan bawah tanah kota Hongkong.
Didalam peak tram.

Setelah menimbang, menakar, dan mengatahui akhirnya kami memutuskan untuk membeli tiket termurah yaitu one way peak tram. Tram mulai menanjak dengan sudut ekevasi yang cukup menegangkan. Naik peak tram Hongkong ini mengingatkanku pada peak tram di Penang yang pernah kunaiki (http://elitachoice.blogspot.com/2013/03/cerita-mudik-iv-penang-heritage-town.html). Dari jendela tram, terlihat deretan gedung pencakar langit di Hongkong yang tertata rapi dan terbelah oleh laut. Aku hanya terpana sambil sesekali menjepret kameraku dengan rasa was-was karena kemiringan tram.

Sesampainya di stasiun pemberhentian, kita hanya bisa tolah toleh. Sedangkan pengujung yang lain melanjutkan perjalanan ke museum Madame Tussaunds dan Sky Terrace. Kami yang berprinsip hemat tidak membeli tiket terusan untuk keduanya. Lha kebanyakan dari kami sudah mengunjungi Museum Madame Tussaunds yang terletak di Bangkok. Soal sky terrace kami juga mikir-mikir mau ngeluarin uang. Ealahh backpacker kere...

Didepan madame Tussaunds.

Mendadak hujan deras mengguyur, kami memutuskan untuk bersantai di tempat perbelanjaan disana. Ternyata disana tidak ada tempat untuk ngesot-ngesot. Akhirnya kita memutuskan ndeprok didepan mall sambil membiarkan tas backpack keleleran. Melas banget. Jam sudah menunjukkan sekitar pukul 12 siang. Kelaparan. Kami memutuskan mencari makan di mall tersebut. Jangan bayangkan kami akan makan di restoran atau gerai fast food. Alih-alih, kami malah mencari makanan di gerai semacam 7eleven. 

Aku patungan dengan Dini dan Sani untuk membeli ayam kecap frozen dan roti. Lalu dimakan di emperan mall lagi. Aku kebingungan bagaimana cara memakan ayam kecap yang telah dioven itu. Mau pakai tangan takut kotor. "Tenang," ujar Dini lalu dia mengeluarkan se-pak plastik bening ukuran 1 kg. Lalu dengan santainya Dini menggunakan plastik itu untuk membungkus tangan dan mulai mempereteli daging ayam kecap dan menaruhnya kedalam roti. Aku cuma bisa terkaget "Sebenarnya apa tujuannya bawa plastik?" tanyaku. "Ya biar bisa dipakai kalo mau makan pakai tangan tapi gamau kotor,"jawabnya santai. Astaga... Sungguh kreatif.

Selepas makan siang, aku kembali bersemangat untuk berfoto dan menjelajah. Hujan pun mulai mereda hanya tinggal gerimis. Aku memasang jas hujan plastik dan mulai berfoto kesana kemari. Kami juga memutuskan untuk masuk ke bangunan sky terrace meski agak sedikit sedih karena tidak bisa naik ke lantai teratas. Males banget kalau harus bayar lagi. Hehe..
I love you ^^

Love Bear


Didepan sky terrace.

'Free to 13th floor'- spanduk itu terpajang di bangunan depan gedung sky terrace. Terang kami sekelompok backpacker tak akan mengindahkan tulisan "Free"!!! Langsung saja kami menuju bangunan tersebut kalau tidak salah namanya bla bla bla Garden.

Bang Asrul di titik tertinggi.

Hujan dan tetap bahagia.

Victoria peak!!

Tak salah kami batal membeli tiket ke sky terrace. Ternyata kami bisa mengakses pemandangan sekeliling Hongkong dengan gratis! Ayeyeye.... Dari titik tertinggi, kami bisa melihat dengan leluasa landscape kota Hongkong. Gerimis pun tak menyurutkan langkah kami untuk menikmati pemandangan itu. Meski awan tebal menyelimuti kota Hongkong, aku masih bisa senyum puas menyaksikan deretan gedung tinggi yang tertata rapi di sepanjang teluk.


Maybe this the poorest backpacker ever but worthed memories ever!!!

Read More

Selasa, 31 Maret 2015

Stray Day in Hongkong-Macau (3): Biar Hemat Asal Bahagia

Hari kedua merupakan hari untuk full jalan-jalan. Rencananya kami akan berpetualang ke daerah sekitar Lantau Island, meliputi: Giant Budha dan Disneyland. Sebenarnya aku tidak seberapa minat masuk Disneyland, tiketnya bujubune yaitu per orang sekitar 450 ribu. Apalagi aku sudah pernah diberitahu seniorku kalau Disneyland itu cupu dan lebih banyak mainannya untuk anak-anak, berbeda dengan Universal Studio yang condong untuk remaja. "Kita harus ke Disneyland, masa jauh-jauh ke Hongkong ga kesana,"umbar Dini, bahkan dia sudah mempersiapkan bando Minnie Mouse H-5 bulan (yang pada akhirnya ga dibawa karena bandonya hilang :D).
Kungfu Panda di Hongkong. (Sani-Zjahra-Dini-Aku). (credit: Bang Asrul).

Aku bangun di pagi hari dengan kerudung yang masih terpasang sepanjang malam. Maklum sekamar dengan laki-laki bikin susah juga. Seperti biasanya kami mengusir Bang Asrul saat akan mandi. Biasanya Bang Asrul menunggu sambil duduk dilantai depan lorong hostel yang sempit. Setelah ini itu, kami makan bersama dengan bekal mi instant yang sudah dibawa dari Thailand: merk mama rasa tom yam halal. Mi instant dimakan bersama dengan mangkok bakso kemarin malam. Tak lupa, kami mengisi botol kosong dengan air putih yang disediakan hostel.

Singkat cerita,kami akhirnya membeli tiket Disneyland dari staf hostel supaya tidak antri lagi saat sudah sampai. Tujuan pertama kami adalah Big Budha. Kami harus naik MRT ke statsiun Tung Chung. Kereta ke Tung Chung tanah melewati terowongan dibawah laut dan menyambung ke pulau lainnya. Setelah itu kami berencana naik cable car ke Big Budha, sayangnya saat itu cable car sedang dalam keadaan maintenance, jadilah kami memilih naik bis yang harganya lebih murah berkalilipat daripada cable car. Sepanjang perjalanan kami disuguhi dengan pemandangan khas Hongkong pedesaan: bangunan oriental dipadu dengan gedung modern, laut yang biru, daerah berbukit dan kepulauan yang cantik.






Sesampainya di Big Budha kami berfoto sepuasnya. Ternyata untuk mencapai pelataran Big Budha diharuskan membayar tiket masuk yang jika dirupiahkan bisa digunakan untuk makan 3 kali. Akhirnya kami memutuskan hanya berfoto di depannya. Hemat men...

Full team (Dini-Sani-Bang Asrul-Zjahra-Aku).


Sani dan Ngong Ping.

Komplek Big Budha.


"Panggil apa nih? Khun?Koko?Cece?" tanya Dini sambil melihat ke arah kami. Kami sedang berada di toko oleh-oleh di sekitar Big Budha dan kebingungan bagaimana cara memanggil penjualnya. "Hi Miss, how much is this?" tanya Zjahra sambil menunjuk setumpuk kartu pos khas Hongkong kepada penjanga toko yang berwajah Chinese. "Dari Indonesia ya Mbak?' jawab penjaga toko itu dalam Bahasa Indonesia. Kami sempat speechless lalu tertawa. Buseet jauh-jauh ke gunung di desa masih aja ketemu dengan TKW. Emang semangat juang orang Indonesia di luar negeri iku jempol. Kami sempat sharing tentang daerah wisata di Hongkong. Sayangnya mbak penjual toko ga mau kasih diskon untuk barang belanjaan kami karena bukan dia yang punya toko.

Sekitar jam 10 siang kami sudah menaiki bis kembali ke stasiun Tung Chun. Kunikmati lagi pemandangan dari balik kaca bis. Perbukitan. Laut. Danau. Rumah oriental. Jalanan naik turun. Jurang. Indah. Sekitar 45 menit perjalanan dari Big Budha ke Tung Chun dan kami naik kereta khusus jurusan Disneyland.





Kereta khusus jurusan Disneyland ini sangat unyu. Bagaimana tidak? Bagian luarnya terdapat jendala tokoh Disney. Lalu bagian dalamnya terdiri dari sofa warna biru yang empuk dengan peletakan yang unik. Beberapa patung karakter Disney menghiasi interor kereta. Jendelanya berbentuk Mickey Mouse. Aww too cute to handle. Saat itu low season dan keretanya sepi penumpang. Jadilah kami berlima berfoto sepuasnya di dalam kereta.

Ini Bang Asrul ngapain?=_=

Bukti pernah naik kereta.

Bagian dalam kereta ke Disneyland.

Welcome to the Disneyland Hongkong. Inilah tempat yang diimpikan oleh anak-anak. Dunia dongeng. Dunia fantasi dimana semua khayalan menjadi nyata. Alhamdulillah aku diberikan kesempatan untuk mendatangi tempat yang hanya bisa kulihat di bungkus puddle pop (berhadiah tiket jalan-jalan ke Disneyland) saat aku kecil. Meski sudah besar (ehmm) tapi siapa sih yang mau melewatkan permainan di Disneyland? Apalagi sudah bayar mahal. Peduli amat apa kata orang. Toh ga ketemu lagi nanti :p .Tak tanggung-tanggung, kami juga sudah menyiapkan bando ala Minnie Mouse supaya eksis bro. Lha bando di Disneyland haraganya 100 ribu rupiah keatas, beli di pasar malam dekat kampus cuma 6000 rupiah.

Taraa Disneyland!! (credit: Bang Asrul)

Say hello:p


This is how we do...
# Naik kereta shuttle unyu-unyu memutari separuh Disneyland.
didalam kereta shuttle. (credit: Dini).

# Naik marry-go-round , aku pilih naik kuda poni putih :)

Masa kecil sangat bahagia. Ehh?(credit: Dini)

#Film 3D Donald Bebek.
# Masuk ke wahana winnie the pooh yang sangat cupu tapi lucu. Aku ngefans winnie the pooh loh. Serius.Di wahana ini,kita naik kereta dan melihat cerita winnie the pooh yang dirancang sedemikian rupa, lengkap dengan efek air terjun dan hutan-hutannya.

I Love Pooh. (credit: Zjahra)

# Masuk ke wahana Aladdin naik perahu. Disana diceritakan mengenai kisah Aladdin. Efeknya juga keren yaitu air terjun yang besar dan semburan api.
# Semacam rumah air di WBL (Wisata Bahari Lamongan) dengan tema koboi. Jadi disana banyak jebakan air dan harus dilewati gimana caranya.
#Masuk ke tontonan interaktif Lilo and Sticth yang bikin ngakak.
#Roller coaster air. Kereeennn... maju mundur cantik lalu jatuh dari ketinggian dan byuurrr!!!
#Mystic manor. Menurutku inilah wahana terkeren se Dineyland. Bahkan aku tidak sempat merekamatau mengambil foto saking kerennya!!! Disini kita naik semacam kereta berbentuk cangkir,setiap cangkir memiliki rute yang berbeda dan masuk ke dalam ruangan secara bergantian. Efek cahaya, suara, gerakan, asap, api, laser, dan musik semuanya terpadu secara sempurna. Seakan-akan kita memang sedang berada di negeri dongeng dimana lukisan bisa hidup, ketel bisa menari dan menyanyi, peralatan musik bermain sendiri, baju zirah berpedang, dan peri-peri berterbangan. Semuanya nyata dan indah.
#Parasut terbang. "Sir Yes Sir"-Toy Story.




#Roller coaster mobil Andi di Toy Story.



#Rumah boneka yang mirip banget seperti di Dufan.



#Roller coaster antariksa yang mirip dengan di Dreamworld Bangkok tapi lebih bagus.
#Berfoto dengan tokoh Disney. Sempat dadah-dadah heboh ke  Minnie Mouse.

Foto bersama minnie. credit: Bang Asrul.

Disana kami tidak membeli makanan dan minuman sama sekali. Lho kok? Harga air putih sebotol saja 30 ribu rupiah dan makanan diatas 100 ribu rupiah. Dini-si ratu hemat nan cerdik sudah membawa segepok roti dan abon sapi. "Din itu Nutri Sari buat apa?"tanyaku pada Dini. "Jadi kalau abonnya habis, nutri sari bisa dimakan dengan roti buat ganti selai,"ungkapnya. Sumpah kebacut dan sangat kreatif. "Din..din.. wajah ayu dan kota tapi penghematan ngelah-ngalahi wong ndeso," batinku. Jadilah kami menggelar piknik kecil di bangku taman. Mungkin terlihat seperti orang desa yang piknik di Sengkaling sambil bawa bekal mi goreng. Untuk lebih hematnya, kami mengisi botol dengan tap water. Peduli amir, yang penting kenyang dan bahagia.

Makan roti dan abon ==".

Saat makan, banyak burung kecil yang merubungi kami. Kami memberikan sedikit serpihan roti pada burung itu. Maklum kami pecinta hewan. Tapi gara-gara ulah kami memberi makan burung, akhirnya kami diusir oleh petugas Disneyland. Hihii ternyata ada larangan memberi makan hewan liar. Mene ketehe.

Aku, Dini, Sani, dan Zjahra terlihat menonjol diantara pengunjung yang lain karena kami kerudungan, baju colorfull, pakai bando Minnie Mouse, dan ditambah tingkah laku naudzubillah seperti anak dibawah umur. Maklum guys...kami menyesuaikan dengan tempat dan waktu. Gara-gara itulah ada mbak kawai dari China daratan yang ingin berfoto dengan kami. 



Banyak permainan yang belum aku coba karena kami hanya memiliki waktu setengah hari. Apalagi malamnya diguyur hujan sehingga pertunjukkan kembang api dibatalkan *sighh. Zjahra juga tidak enak badan sehingga sekitar jam enam sore kami memutuskan kembali ke Kowloon.

Sebelum ke Kowloon, kami sempat mampir ke Stanley Market. Saat itu hujan deras mengguyur sampai bajuku basah kuyup. Kami akhirnya memutuskan berhenti di Mc Donalds untuk makan malam. Menunya juga asik yaitu ayam, nasi, dan brokoli. Terobosan buat gerai fast food yang menyajikan paket sayuran bersamaan dengan ayam di menunya. Harganya sekitar 30 ribu rupiah. Jadi seharian di Hongkong cuma habis tiga puluh ribu buat makan.

Rencana kami untuk memutari Stanley Market gagal gara-gara hujan deras. Lalu kami kembali ke hostel di daerah Kowloon. Ini keluar dari MRT juga bingung, gara-garanya kami lupa harus keluar dari pintu yang mana. Masa pintu keluar ada A-F. Setelah tebak manggis, kami bisa menemukan jalan kembali ke hotel.

Ternyata ada toko souvenir di dekat hostel kami. Jadilah kami memborong dengan tak melupakan prinsip menawar. Sani dan Zjahra sudah memborong souvenir. Bang Asrul juga sudah memilih beberapa souvenir. Dini -si hemat, hanya membeli beberapa. Aku sendiri hanya membeli beberapa kartu pos, 1 kaos, dan gantungan kunci (yang entah dimana sekarang).

Cherry belok.

Traveling adalah investasi pengalaman. Bagiku, oleh-oleh yang paling berharga adalah cerita dan foto.




Read More

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena