Selama ini aku tidak memiliki teman berwarga negara asing. Semua temanku adalah orang Indonesia. Bagaimana tidak, hidupku selama lebih dari 20 tahun ini berada di Indonesia. Perkenalanku dengan orang asing sebatas chatting dan teman bule - anak dari bos pamanku, yang sedang dinas ke Gresik (aku aja lupa nama bulenya, tapi ada banyak fotoku dengannya). Rasanya saat keluar dari tempurung yang bernama negara, semuanya menjadi lebih beragam. Padahal sebelumnya, kupikir aku sudah mengenal berbagai jenis orang dengan logat bahasa Indonesia yang berbeda.
Lha sekarang teman-temanku kebanyakan dari Thailand. Dia gak ngerti aku ngomong apa, aku ga ngerti dia ngomong apa. Tapi lama-lama terbiasa juga dengan logat mereka. Mereka terbiasa pula dengan logatku. Banyak hal-hal lucu yang kutemui dari mereka. Pertama, jika menanyakan nama pendek,namanya benar-benar pendek. Misalnya temanku bernama pendek Nop, Pat,Fang, bahkan ada yang cuma M. Saat mereka bertanya nama pendekku kujawab "Elita",mereka bingung dan menanyakan nama yang lebih pendek. Perasaan iku wes pendek, akhirnya kujawab aja "Lita".
Kedua, terkadang pengucapan bahasa Inggris mereka aneh. Begitupun pengucapan bahasa Inggrisku yang kaku, A ya A,I ya I. Padahal A bisa dibaca ei, E bisa dibacai ai. Ada satu temanku yang logat Thailandnya sangat kental. "Use" menjadi "nyut". Sampai bingung aku,anak ini ngomong apa. Seringkali aku memintanya mengulang perkataanya sampai tiga kali karena aku tak tahu dia ngomong apa. Sampai dia merasa bersalah sendiri dan bilang "Ar you taiyed wit me?"/Are you tired with me? dengan logat Thailandnya. Terang saja aku tertawa,wong aku sendiri juga bad in speak and listening.
Ketiga, ternyata nama panggilan mereka berbeda dengan nama panjang. Aku baru tau hal ini setelah kerja kelompok dengan mereka dan menuliskan nama panjang mereka. Seperti Fang,ternyata nama panjangnya Wittrayaphokam .... Terus kutanya mana ada fang dinamamu. Ternyata mereka tertawa dan menjelaskan bahwa nama panggilan itu ditentukan sendiri oleh mereka. Mereka bisame memiliki nama panggilan berbeda di komunitas yang berbeda, rumah/sekolah/dll. Aku cuma bisa melongo, lain kali bolehlah aku mengenalkan diri dengan nama Sophia/Cherry/Belle/Yoona.Haha...
Mereka juga toleran dan menghormati kebudayaan dan agama lain. Seringkali aku ijin untuk sholat dan meminjam sepeda dari mereka. Suatu hari,saat belajar kelompok, aku diajak dinner dengan mereka. Mereka tahu bahwa aku hanya makan makanan halal. Mereka menanyakan apa saja yang boleh kumakan. Kujawab saja "Seafood and egg". Mereka bingung kok aku tidak bilang ayam/bebek/sapi dll. Akhirnya kujelaskan bahwa daging itu bergantung pada halal. Sedangkan makanan laut dan telur selalu halal. Aku takkan menjelaskan mengenai proses sembelih halal dan tidak (rempong njelasinnya).
Dinner dengan mereka semacam makan di Pak Bas,ikan dengan porsi besar untuk beberapa orang."Can, cannot" mereka memesan dan memisahkan makanan yang boleh kumakan dan tidak boleh kumakan. Tom yam udang dengan jamur, telur dadar,som yam, dan telur dadar campur lele. Haa baru kali ini aku merasakan masakan Thailand yang enak. Sebelumnya aku hanya makan makanan dari dua warung yaitu kadetaria dan FE (Food Engineering). Aku merasa kurang cocok dengan makanan disana,karena lebih ke masakan India.Pernah suatu kali aku membeli soto ayam. Pas ta coba rasanya kayak sayur asem dikasi ayam. Ga enak >_< . Jadi malam itu aku merasa beruntung bisa makan enak, meski agak was-was, namun aku percaya pada mereka.
Pernah juga aku berbinacang dengan temanku dari Myanmar. Seperti yang telah diketahui dan banyak diberitakan media internasional, saat ini Myanmar sedang dilanda konflik. Entah bagaimana ceritanya,dia menceritakan tentang kehidupan di Myanmar. Dia mengatakan bahwa tidak menyukai pemerintahan diktator saat ini, dan pemerintahan itu telah memerintah dan menjual aset Myanmar selama 60 tahun. Dia juga sangat mengidolakan tokoh wanita yang paling berpengaruh di Myanmar,Aung Su Kyi (semoga ga salah nama).
Belum genap aku masuk selama seminggu, ada murid baru dari Pakistan. Namanya Tooba. Dia adalah murid PhD, berkerudung khas Pakistan. Waduh ini malah logatnya ngeri. Aku tak tahu dia ngomong apa sampai dia tuliskan apa yang diomongkan di kertas. Aku juga agak gimana gitu, lha tatapan matanya tajam, ngomongnya teges dan cepat. Pernah suatu hari dia menyapaku "Assalamualaikum". Karena aku gak ngeh dengan logatnya, aku hanya diam sampai dia menngulangi lagi salamnya dengan lebih keras."Waalaikumsalam warrohmatuwah hi wabarakahtuh," jawabku yang baru ngeh.
Haha,,,orang itu unik dan beragam. Termasuk aku yang unik di perpektif mereka.
Read More
Lha sekarang teman-temanku kebanyakan dari Thailand. Dia gak ngerti aku ngomong apa, aku ga ngerti dia ngomong apa. Tapi lama-lama terbiasa juga dengan logat mereka. Mereka terbiasa pula dengan logatku. Banyak hal-hal lucu yang kutemui dari mereka. Pertama, jika menanyakan nama pendek,namanya benar-benar pendek. Misalnya temanku bernama pendek Nop, Pat,Fang, bahkan ada yang cuma M. Saat mereka bertanya nama pendekku kujawab "Elita",mereka bingung dan menanyakan nama yang lebih pendek. Perasaan iku wes pendek, akhirnya kujawab aja "Lita".
Kedua, terkadang pengucapan bahasa Inggris mereka aneh. Begitupun pengucapan bahasa Inggrisku yang kaku, A ya A,I ya I. Padahal A bisa dibaca ei, E bisa dibacai ai. Ada satu temanku yang logat Thailandnya sangat kental. "Use" menjadi "nyut". Sampai bingung aku,anak ini ngomong apa. Seringkali aku memintanya mengulang perkataanya sampai tiga kali karena aku tak tahu dia ngomong apa. Sampai dia merasa bersalah sendiri dan bilang "Ar you taiyed wit me?"/Are you tired with me? dengan logat Thailandnya. Terang saja aku tertawa,wong aku sendiri juga bad in speak and listening.
Ketiga, ternyata nama panggilan mereka berbeda dengan nama panjang. Aku baru tau hal ini setelah kerja kelompok dengan mereka dan menuliskan nama panjang mereka. Seperti Fang,ternyata nama panjangnya Wittrayaphokam .... Terus kutanya mana ada fang dinamamu. Ternyata mereka tertawa dan menjelaskan bahwa nama panggilan itu ditentukan sendiri oleh mereka. Mereka bisame memiliki nama panggilan berbeda di komunitas yang berbeda, rumah/sekolah/dll. Aku cuma bisa melongo, lain kali bolehlah aku mengenalkan diri dengan nama Sophia/Cherry/Belle/Yoona.Haha...
Mereka juga toleran dan menghormati kebudayaan dan agama lain. Seringkali aku ijin untuk sholat dan meminjam sepeda dari mereka. Suatu hari,saat belajar kelompok, aku diajak dinner dengan mereka. Mereka tahu bahwa aku hanya makan makanan halal. Mereka menanyakan apa saja yang boleh kumakan. Kujawab saja "Seafood and egg". Mereka bingung kok aku tidak bilang ayam/bebek/sapi dll. Akhirnya kujelaskan bahwa daging itu bergantung pada halal. Sedangkan makanan laut dan telur selalu halal. Aku takkan menjelaskan mengenai proses sembelih halal dan tidak (rempong njelasinnya).
Dinner dengan mereka semacam makan di Pak Bas,ikan dengan porsi besar untuk beberapa orang."Can, cannot" mereka memesan dan memisahkan makanan yang boleh kumakan dan tidak boleh kumakan. Tom yam udang dengan jamur, telur dadar,som yam, dan telur dadar campur lele. Haa baru kali ini aku merasakan masakan Thailand yang enak. Sebelumnya aku hanya makan makanan dari dua warung yaitu kadetaria dan FE (Food Engineering). Aku merasa kurang cocok dengan makanan disana,karena lebih ke masakan India.Pernah suatu kali aku membeli soto ayam. Pas ta coba rasanya kayak sayur asem dikasi ayam. Ga enak >_< . Jadi malam itu aku merasa beruntung bisa makan enak, meski agak was-was, namun aku percaya pada mereka.
Pernah juga aku berbinacang dengan temanku dari Myanmar. Seperti yang telah diketahui dan banyak diberitakan media internasional, saat ini Myanmar sedang dilanda konflik. Entah bagaimana ceritanya,dia menceritakan tentang kehidupan di Myanmar. Dia mengatakan bahwa tidak menyukai pemerintahan diktator saat ini, dan pemerintahan itu telah memerintah dan menjual aset Myanmar selama 60 tahun. Dia juga sangat mengidolakan tokoh wanita yang paling berpengaruh di Myanmar,Aung Su Kyi (semoga ga salah nama).
Belum genap aku masuk selama seminggu, ada murid baru dari Pakistan. Namanya Tooba. Dia adalah murid PhD, berkerudung khas Pakistan. Waduh ini malah logatnya ngeri. Aku tak tahu dia ngomong apa sampai dia tuliskan apa yang diomongkan di kertas. Aku juga agak gimana gitu, lha tatapan matanya tajam, ngomongnya teges dan cepat. Pernah suatu hari dia menyapaku "Assalamualaikum". Karena aku gak ngeh dengan logatnya, aku hanya diam sampai dia menngulangi lagi salamnya dengan lebih keras."Waalaikumsalam warrohmatuwah hi wabarakahtuh," jawabku yang baru ngeh.
Haha,,,orang itu unik dan beragam. Termasuk aku yang unik di perpektif mereka.