a choice that change my life

Minggu, 19 Mei 2013

Petualangan di Kamboja (7): Bersantai (Tak Tenang) di Sihanoukville

Sihanoukville merupakan kota di selatan Kamboja. Menurut orang Kamboja, inilah kota terbaik untuk destinasi wisata alam. Bisa dibilang inilah propinsi atau kota terbaik di Kamboja dalam hal alamnya. Sihanoukville berada di pesisir namun juga memiliki daerah pegunungan yang subur didekatnya. Pemandangan yang kulihat juga berbeda dengan sebelumnya, indikatornya adalah sapi, disana sapinya gendut-gendut yang menandakan daerah tersebut subur.


Kami enam orang pembolang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, Kak Lila, Putri, dan Odi melanjutkan perjalanan kembali ke Thailand malam itu (13 April 2013). Sedangkan kelompok kedua: aku, Zjahra dan Dini melanjutkan perjalanan ke Sihanoukville. Kami bertiga naik bis ke Sihanoukville karena trauma dengan van tagada dari Siem Reap ke Phnom Penh. Ternyata bisnya sama saja, ACnya tak berfungsi dengan benar dan goyangnya tak hanya ke depan-belakang (tergantung laju kendaraan), atas-bawah (tergantung jendulan), tapi juga goyang ke kanan-kiri. Jadi kayak naik kapal karena goyang kanan-kiri, tapi sebenarnya naik bis. Perjalanan sekitar 5 jam dari Phnom Penh ke Sihanoukville.

Strategi wisataku di Kamboja: sejarah, urban, dan alam. Wisata sejarah di Siem Reap, mengintari Angkor Wat yang sebesar itu (http://elitachoice.blogspot.com/2013/04/petualangan-di-kamboja-3-angkor-bekas.html ). Wisata urban di Phnom Penh ( http://elitachoice.blogspot.com/2013/04/petualangan-di-kamboja-5-mengupas.html ). Akhirnya wisata alam yaitu pantai di Sihanoukville. Wisata yang tidak terencana adalah wisata sedih di Tonle Sap -_- (http://elitachoice.blogspot.com/2013/04/petualangan-di-kamboja-2-wisata-sedih.html ). Berdasarkan strategi ini, aku memutuskan untuk menyewa penginapan yang agak mahal di hari terakhir. Pilihanku jatuh ke Malibu Bungalow.



Malibu Bungalow memiliki konsep bungalow ala rumah tradisional Kamboja yaitu rumah susun yang terbuat dari kayu. Letak bungalow ini berada di tebing yang menghadap pantai. Bungalow yang kami pesan tanpa menggunakan AC, namun didalamnya tersedia TV kabel berukuran lebar, kulkas, dua kasur (double dan single), dan sebagainya. Baru datang saja sudah disediakan welcome drink. Jadi serasa menjadi orang kaya sehari. Setelah itu bokek >_<.

Rencananya kami akan melanjutkan perjalanan dari Sihanoukville ke perbatasan Kamboja-Thailand: Koh Kong-Trang, yang berdekatan dengan Koh Chang. Jalur ini lebih cepat daripada menempuh perbatasan Poipet-Aranyaprathet yang mengharuskan kembali lewat Phnom Penh dan Siem Reap. Apesnya pemilik hotel Malibu Bungalow mengatakan "No transportation for tomorrow because it is holiday," ujarnya. Keringat dingin sudah menetes, kami benar-benar khawatir akan keberadaan kami di Kamboja. Udah uang tinggal sekitar 30 dollar dan bagaimana nasib kuliah kami. Apalagi kalau menunggu hari libur Khmer bisa-bisa kami harus tinggal disana dua hari lagi.

Muka kami semakin pucat dan mendadak demam manakala sang pemilik hotel telpon kesana-kemari untuk mencarikan transportasi Sihanoukville-Bangkok tapi hasilnya nihil. Akhirnya kami memutuskan untuk naik tuk-tuk ke pusat kota. Hwaa,,, paling ga seneng kalau naik tuk-tuk mesti bayarnya mahal. Pak tuk-tuk minta harga 5$ untuk satu tempat dan 7$ untuk muter-muter. Bayangin jaraknya cuma 2-5 km bayarnya 7$?? Lha naik taksi di Bangkok atau Surabaya aja jaraknya yang lebih jauh aja bayarnya cuma 5$.

Setelah bergalau-galau ke beberapa travel agent, kami menemukan travel yang menyediakan tiket Sihanoukville-Bangkok untuk besok. Rasanya seperti mendapat angin segar. Tapi apesnya jalur transportasinya: sihanoukville-Phnom Penh-Siem Reap-Poipet-Aranyaprathet-Bangkok. Astaga sama mbuletnya, balik kucing lagi seperti perjalananku sebelumnya.

Keuangan yang semakin menipis membuat kami membeli  satu menu: udang dan nasi,ditambah nasi dua piringlagi. Kebacut ga sihh? Sama kayak beli penyetan sebungkus nambah dua bungkus nasi lalu dimakan bertiga. Namun apa daya keuangan terbatas apalagi  harga 1 porsi sekitar 3 dollar. Bisa bokek bro. Not too bad lah makan cara ini, apalagi seporsi berisi 4 udang bakar. Lumayan 1 anak dapat 1 1/3 jatah udang dimakan dengan sepiring nasi. "Ayo segera menyingkir dari tempat ini, tuh pelayannya udah bisik-bisik, kayaknya ngerasani kita,"ungkap dini. "Wah iyo ta? Ayo dibayar," ujarku sambil siap-siap take away botol air putih yang masih sisa (maklum penghematan). Namun ternyata saat Zjahrah selesai membayar, dia menceritakan pelayannya malah tanya "I love you dalam bahasa arab apa?" ehh buset, kami juga ga ngerti. Zjahrah menjelaskan kalau kami orang Indonesia. Lalu mengartikan I love you dalam bahasa Indonesia. "Ohh berarti tadi pelayannya ngerasani karena kita cantik,"ujar Dini PD. Hhee,,,kalau menurutku sih pasti mereka penasaran asal kita darimana karena kita berwajah Asia Tenggara tapi memakai kerudung dan berbahasa Inggris, dan kere. Seringkali mereka terkecoh dengan penampilan kami. Kebanyakan menebak asal kami dari Thailand Selatan bahkan Filipina. Padahal Indonesia >_< mungkin ini gara-gara publikasi wisata Indonesia yang menonjolkan suku pedalam yang memakai ... ahh sudahlah.

Malam itu kami tertidur lelap di kasur empuk sambil menonton TV kabel berbahasa Inggris. Pagi hari kami langsung menuju pantai yang dimiliki Malibu Bungalow. Mandi adalah nomer sekian setelah bermain di pantai.

Kami juga menyelinap teranr-terangan ke pantai Sokha disebelah yang sebenarnya milik Sokha Hotel Resort. Namun saat security menegur kami dengan bahasa Kamboja, kami hanya bengong dan bicara bahasa Inggris. Akhirnya security nya membiarkan kami bermain di pantai yang tenang, bersih, sepi, dan berpasir putih ini. Aku sempat mengecek harga kamar di hotel ini, paling murah 125$. Bujubune... untung bisa menyelinap.






Enak-enak mainan pasir bikin candi borobudur, ehh tiba-tiba hujan deras. Kontan kami berlari kembali ke Malibu Bungalow. Sekalian saja kami sarapan, mumpung melewati 'restoran mungil' Malibu Bungalow yang menghadap ke pantai. Untung saja kami tak perlu membayar untuk sarapan. Menu yang ditawarkan untuk sarapan  pun bervariasi tak seperti di hostel yang sekedar roti dan teh. Disini kita bisa menikmati roti panggang dengan berbagai macam selai, kentang goreng, telur mata sapi, buah-buahan, es lemon, kopi, dan susu. Pokoknya komplet dan kenyang.


Kami menanti hujan reda di dalam bungalow sambil menyaksikan acara di TV kabel. Lalu checkout sekitar jam 12. Kami berencana hengkang dari Malibu Bungalow sekitar jam 3 sore ke daerah kota untuk menanti bis ke Bangkok yang berangkat jam 7 malam. Banyak kejadian lucu nan ngeselin selang penantian bis:

1. Letak Malibu Bungalow yang berada di atas bukit membuat kami penasaran untuk menjelajah sisi bukit satunya dan menemukan Serenditpity Beach (menurut peta). Tengah perjalanan, ada bangunan yang memiliki anjing dan pagarnya dibuka. Anjingnya tiba-tiba menggonggong kencang saat kami lewat."Anjing menggonggong, khafilah berlalu" kata pepatah, iya kalau anjingnya dirantai, ini anjingnya berkeliaran bebas. Kontan saja kami bertiga yang memang takut anjing langsung lari terbirit-birit sambil jerit-jerit ke arah teras salah satu bule yang asyik baca koran di Malibu Bungalow.

2. Kami naik tuk-tuk menuju travel agent untuk menunggu bis, dan membayar skitar 5$. Saat turun kami baru sadar sebenarnya travel agent ini berada dibalik bukit sisi lainnya dari Malibu Bungalow. Andaikan kami tidak dikejar anjing, jalan kaki kesini hanya memakan waktu 5 menit menuruni bukit. Aseem.

Trotoar di tengah jalan -_-"

3. Sembari menunggu bis, kami mencari spot menarik di Sihanoukville. Disana tertulis Golden Lion Plaza. Sudah kubayangkan mall yang lebih kecil dari Tunjungan Plaza. Ehh ekspektasiku salah. Golden Lion Plaza adalah kumpulan bar yang seperti ruko rumah kecil. Kuciing.

Penduduk lokal dan anjingnya.

Sore hari dihabiskan berjalan-jalan di Serendipity Beach yang sangat ramai. Niat mau melihat sunset tak terlaksana karena pergantian sore ke malam hanya ditandai dengan kegelapan alias tanpa semburat oranye matahari. Tiba-tiba gelap!

Setelah jam 7 malam, kami diantar tuk-tuk travel ke perempatan berbarengan dengan orang Austria. "When the bus will come?" tanya kami. "5 minutes," jawab supir tuk-tuk. Belakangan dia menurunkan lagi penumpang lain dan menjawab hal yang sama. Oalah,,, semua 5menit pada kenyataanya kami berempat (aku, Zjahrah, Dini, dan Paman Austria) menunggu sekitar 45 menit untuk bis tujuan Thailand.

Narsis didalam bis malam.

Travel agent mengatakan perjalanan Sihanoukville-Bangkok sekitar 14-15 jam. Salah besar! Perjalanan Sihanoukville-Bangkok adalah 24 jam. Inilah perjalanan terpanjang sepanjang hayatku. Kami menaiki bis malam Sihanoukville-Siem Reap. Ini adalah pertama kalinya aku menaiki bis malam yang benar-benar bis malam yaitu ada tempat tidurnya berbentuk matras, lengkap dengan selimut. Rute bis ini Sihanoukville- Phnom Penh-Siem Reap ditempuh selama 12 jam lengkap dengan ngedon dan perjalanannya. Kami diturunkan di Siem Reap dan ganti dengan bisa biasa. Namun bis pertama yang datang sudah penuh dan kami harus menunggu bis kedua. Kami baru sampai di perbatasan sekitar jam 11 siang. Ngantri di perbatasan sampai jam 1 siang. Sekitar jam 1 lebih, van yang berangkat ke Bangkok baru berangkat. Van ini berhenti di Khaosan Road sekitar jam 6 sore. Lalu kami naik taksi ke Victory Monument untuk oper van ke Rangsit. Sampai di asrama jam 8 malam. Jadi, aku naik tuk-tuk-bis malam-bis-van-taksi-van dari jam 7 malam sampai jam 8 malam esoknya. Satu kata: teler!

1 komentar:

  1. saya sangat tertarik dengan cerita anda, saya sekarang bekerja di sini di sihanoukville

    BalasHapus

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena