a choice that change my life

Minggu, 21 April 2013

Petualangan di Kamboja (3): Angkor, Bekas Kerajaan Terbesar di ASEAN

"How many temple in here, Bong?" tanya Dini (Bong adalah panggilan 'Pak' di Kamboja). "Many," jawab Bong tuk-tuk asal. Ehh bercanda Bapak tuk-tuk ini,pikirku. Namun saat kulihat buku panduan Siem Reap, aku kebingungan sendiri menghitung jumlah temple yang ada di kawasan Angkor ini. Temple yang tercatat di buku tersebut berjumlah 55. Pantas- many!

Kami berangkat pagi buta dari hotel sekitar jam 5.30, padahal janjinya jam 05.00. Gara-gara kami pulalah pemilik hotel kerepotan menyiapkan sarapan dan membungkus roti baquette bagi kami berlima (Odi tidak dapat jatah karena tanpa booking). Kami memakan roti baguette rame-rame di dalam tuk-tuk yang membawa kami ke situs tersohor di dunia, Angkor Wat. 20$ untuk tiket seharian penuh mengintari situs bersejarah tersebut. Tiketnya lucu lagi, ada foto kita disana. Lumayanlah buat kenang-kenangan.

Sunrise di Angkor Wat adalah sunset terindah yang pernah kulihat.

Sunrise di Angkor Wat adalah sunrise terindah, bahkan lebih indah daripada sunrise yang terlihat dari pantai manapun. Warnyanya oranye manis berpadu dengan peach dan semburat biru pucat. Sang photographer profesional (Kak Lila,Om Odi, dan Zjahra) bahkan meminta Bong tuk-tuk untuk berhenti di tengah jalan dan memotret sunrise. Sedangkan aku cuma 'jepret' dan buyar. "Ayook selak kehabisan sunrise di Angkor Wat," teriakku dan Putri kepada para penjepret sunrise.

Siluet Angkor Wat berpadu dengan sunrise.

Bong melarikan tuk-tuk ke parkiran Angkor Wat. Wow, sunrise yang muncul dari balik Angkor Wat adalah sesuatu! Keindahan era kerajaan masa lampau yang dibawa ke era tahun 2000 masih terlihat jelas. Kilauan matahari pagi mencuat dari balik bangunan temple. Latar langit berwarna oranye pudar, siluet Angkor Wat hitam dan pemandangan tersebut terpantul dari kolam yang dibangun mengelilingi temple. So,wow! Aku terpesona hingga warna indah sunrise memudar dan matahari semakin tinggi.

Kami melangkah gembira menuju bangunan inti melalui jalan besar yang sebenarnya jembatan dan lantainya tersusun dari batuan yang dipahat kotak-kotak. Kanan kiri jembatan terlihat pegangan berbentuk ular nagini berkepala banyak. Masuk ke komplek lewat gate tinggi yang mengelilingi temple, ternyata masih harus melewati jalan setapak lebar,di kanan-kirinya lapangan luas dan berdiri temple kecil. Di depan temple itu ada kolam teratai. Sedangkan bangunan inti tepat di ujung jalan setapak. Tiga ujung temple mencuat, inilah simbol negara di bendera Kamboja. Luas dari Angkor Wat ini 1300 mx 1500m. Kusentuh batuan yang berumur ratusan tahun itu, terlihat hitam dengan hiasan lumut kering. Beberapa bagian direnovasi dan direkatkan dengan semen.

Acara seremoni tahun baru Khmer.

Didepan bangunan utama, terdapat acara seremoni. Kemungkinan perayaan tahun baru Khmer, tahun baru di negara Thailand, Myanmar, Kamboja, dan Laos sama yaitu sekitar bulan April dan menyambut musim panas. Sayangnya di Kamboja tidak ada festival air seperti di negara lainnya. Upacara seremoni itu diisi tari-tarian khas Kamboja.
Aku,Putri,Odi, Dini, Zjahra, dan Kak Lila. Photo by: orang asing yang dirayu minta fotoin kita.

Akhirnya kami memasuki inti dari Angkor Wat. Pucuk temple yang terlihat tiga, sebenarnya ada lima. Bentuk bangunan jika dilihat dari atas adalah persegi, empat candi menjulang 65 meter dari tanah,dibangun di empat sudut dan tengah persegi. Jika dilihat dari depan hanya terlihat 3 pucuk temple yang sebenarnya ada lima.  Lima puncak tersebut menggambarkan bunga teratai. Temple ini beraliran Hindu namun didalamnya terdapat banyak patung Budha karena agama ini menjadi dominan setelah masa keemasan Hindu. Kabarnya temple ini dibangun sebagai temple pemakaman bagi Raja Suyavarman II. Sepertinya temple ini dibangun dengan rancangan yang matang dan masing-masing sisi mengarah tepat pada mata angin. Buktinya matahari bisa terbit dengan indahnya tepat di sela-sela temple.

Bagian dalam Angkor Wat. Photo credit: Kak Lila.

Aku menyusuri ruangan-ruangan tersembunyi di Angkor Wat. Lorong panjang dengan ukiran manusia. Bekas kolam mandi tanpa air. Ruangan terbuka di dalam Angkor Wat. Semua itu mengindikasikan seni manusia yang indah pada jamannya.

Kami terpisah menjadi dua, aku bersama Odi dan Kak lila masih berkutat di dalam AngkorWat dan tak melewatkan kesempatan memanjat tangga tertinggi di AngkorWat. Sedangkan Putri, Zjahra dan Dini sudah berlalu. Benar saja, saat aku sampai parkiran."Nang ndi ae? Sampe keturon,"celoteh anak-anak. Maaf, jarang-jarang bisa mendaki Angkor Wat sampai puncak.

Perjalanan dilanjutkan ke kawasan Angkor Thom. Kawasan ini dilewati sungai dan dikelilingi benteng dengan tinggi sekitar lima meter. Hanya ada empat pintu masuk ke kawasan ini dan semua pintu sesuai dengan arah 4 mata angin. Kawasan dengan luas 3 km persegi ini adalah pusat pemerintahan terakhir kerajaan Angkor. Di tengah kawasan tersebut, terdapat temple Bayon. Temple unik ini terdiri dari empat wajah yang menghadap ke empat sisi benteng.

Berfoto di Bayon. Camera: Odi, yang ambil foto? culik bule.

Udara diluar sangat panas, uniknya saat kami masuk kedalam temple Bayon malah terasa sejuk. Apalagi kalau menempel di batunya, dingin. Benar-benar juara yang merancang ini, dia memperhatikan juga faktor HVAC. Didaerah sini, Putri juga sempat dimintai sumbangan oleh anak kecil. Mintanya ga nanggung-nanggung lagi 10$. Dikasi 50 Baht, ga mau. Ckck,,, akhirnya ditinggal sama Putri.

Model: aku :p. Photo by: Odi.

Perjalanan dari Bayon dilanjutkan dengan jalan kaki ke Baphuon yang masih dalam kawasan Angkor Thom. Katanya sih ini adalah pusat pembelajaran jaman dulu. Banyak siswa yang berasal dari kerajaan lain menimba ilmu disini. Setelah foto geje-geje, kami melanjutkan ke parkiran dan mencari supir tuk-tuk. Masalahnya jam sudah menunjukkan pukul 11. Sedangkan jam 2 siang, van kami akan berangkat ke Phnom Penh.

Mau ke parkiran saja harus jalan jauh tapi untungnya melewati situs yang unik yaitu Terrace of Elephant. Jadi seperti ada jalan yang lebih tinggi sekitar 2 meter dari tanah. Di bagian jalan tersebut terdapat ukiran gajah sepanjang 500 meter. Tapi itu juga membuatku mikir, biasanya di film kerajaan Indonesia semacam 'Angling Dharmo' kan selalu menggunakan transportasi kuda atau yang ga masuk akal dikit dengan elang. Lha kerajaan ini malah menggunakan gajah. Ga kebayang kalau mau ke pasar naik gajah. "Gajah, yo!!" teriak orang jaman dulu. Lalu gajahnya jalan pelan-pelan, bum, bum, bum. Kapan sampainya? Parkirnya dimana?

Foto bareng di Ta Phrom.

Destinasi terakhir adalah Ta Prhom. Temple ini terkenal karena dipakai syuting film Tomb Rider. Ini cuplikannya http://www.youtube.com/watch?v=JrNyuFi2m6M . Sebenarnya aku sendiri belum pernah lihat sih :p. Keunikan temple ini terletak pada pohon yang tumbuh bersatu dengan bagunan, seolah bangunan muncul secara ajaib dari balik akar-akar pohon.

Salah satu setting di film Tomb Rider. Model:Putri.

Sebenarnya bagaimana kerajaan Angkor itu? Kenapa nama daerahnya Siem Reap= Siam R.I.P (Siam=kerajaan Thailand)? Kenapa nama raja Angkor mirip dengan raja Indonesia (Jayawarman/ Indrawarman/ Suryawarman)? Ceritanya akan aku kupas (kayak buah aja) di entri selanjutnya.

In Summary, Angkor Wat is worth to see :p

Narsis biar eksis (^_^)v

Note: Maaf foto narsis semua, maklum masih muda dan agak alay. Apalagi backgroundnya juga cocok buat foto semacam majalah . Foto temple tanpa terkontaminasi orang akan aku upload di posting berikutnya. Suerr (^_^)v

3 komentar:

  1. Sering lihat juga siluet Angkor itu di foto-foto, keren banget...

    BalasHapus
  2. makasi sudah mampir di blogku ^^

    BalasHapus
  3. wahhh...saya ingin sekali ke Kamboja...

    BalasHapus

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena