Menjelajahi tempat sebesar Angkor Wat membuatku bertanya seperti apa kehidupan kerajaan ini dulunya? Sekilas aku bandingkan dengan pusat kerajaan Majapahit di Mojokerto, daerahnya memang luas namun menurutku candinya sudah banyak yang hancur, beberapa yang tersisa seperti: Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, Candi Brahu, Kolam besar dan sebagainya. Berikut ini cerita yang kutulis saat menyambangi situs Majapahit http://elitachoice.blogspot.com/2012/01/menelusuri-sejarah-majapahit-di.html . Aku berpikir seharusnya pusat Majapahit lebih indah daripada yang tersisa sekarang karena ada bukti yang menyebutkan bahwa pusat kerajaan ini sangat besar bahkan istananya dilapisi emas dan perak. Sedangkan Angko Wat, luar biasa besarnya dan nilai plusnya candinya masih utuh, meski hanya berupa batu. Seharian takkan cukup menyambangi seluruh candi di Angkor Wat. Bahkan tersedia tiket pass tiga hari untuk menjelajah Angkor Wat.
Di sisi lain, aku juga heran kenapa candi di Angkor Wat agak mirip dengan candi di Indonesia yaitu bentuk menjulang seperti gunung. Namun bahan yang dipakai agak berbeda yaitu batu hitam, sedangkan di Indonesia menggunakan bahan yang mirip bata merah. Justru bahan ini malah mirip dengan candi di Ayutthaya Thailand. Aslinya kerajaan jaman dulu di ASEAN itu mbulet ae. Berikut ini sejarah dari kerajaan Angkor yang kutulis ulang dari buku The Siem Reap Visitor Guide.
Angkor artinya Ibukota atau Kota Suci. Sedangkan Khmer berarti etns dominan yang menempati Kamboja. Kerajaan Angkor pada saat itu disebut juga Khmer Empire berkuasa di abad ke 12. Diperkirakan Kerajaan Angkor ditempati oleh jutaan, hal ini dibuktikan dengan adanya sistem irigasi dan bangunan besar (candi) dan perekonomian, kemiliteran, dan budaya terlihat kental di daerah Kamboja dan juga kekuasaan Kerajaan Angkor (Thailand, Laos, dan Vietnam).
Abad Pertama: Indianisasi
ASEAN digunakan sebagai jalur perdagangan Mediterania ke China. Hal ini otomatis juga akan mempengaruhi agama, budaya, politik, dan juga edukasi. Pengaruh India yang kuat menjadikan tumbuhnya sistem kekuasaan seperti India. Sebenarnya Indonesia juga mengalami hal yang serupa, dibuktikan dengan adanya kerajaan Hindhu dan Budha yang berkembang. Kerajaan Hindu pertama adalah Kutai di Kalimantan.
Funan dan Chendia: Pre- Angkor
Kerajaan yang dipengaruhi oleh India, kekuasaannya tidak seberapa luas. Funan merupakan contoh kerajaan pada saat itu. Kebudayaan China juga mulai mempengaruhi wilayah tersebut. Salah satu bagian dari kerajaan Funan adalah Chendia. Lalu Chendia memberontak dan menjadi kerajaan yang berpengaruh. Raja yang berkuasa di jaman ini adalah Jayawarman I. Setelah itu Chendia terbagi menjadi dua Kerajaan yaitu Chendia darat di daerah Laos dan Chendia Air di daerah Kamboja.
Awal Kerajaan Angkor
Awal pendirian kerajaan Angkor dimulai pada masa Jayavarman II. Sebenarnya raja ini ada hubungannya dengan kerajaan di Indonesia karena Jayavarman II pernah menimba ilmu dari Indonesia, tepatnya di Pulau Jawa. Dia terpesona dengan kemakmuran pada jaman Syailendra (Kerajaan Kalingga-Mataram-Sriwijaya). Sehingga dia terinspirasi untuk membangun kerajaan yang serupa di daerah Kamboja. Sebenarnya bukti sejarah pada saat itu agak rancu. Ada yang menyebutkan bahwa raja keturunan wangsa Syailendra berasal dari Funan-Kamboja yang mengungsi karena kekacauan di negaranya. Artinya kita (bangsa Indonesia) masih memiliki silsilah dengan penduduk Kamboja. Namun fakta lain menyebutkan bahwa wangsa Syailendra sudah ada turun-temurun dan bermukim di daerah Sumatra sejak jaman lampau.
Lantas bagaimana Jayavarman II bisa sampai ke pulau Jawa dan kembali lagi ke Kamboja? Kemungkinan yang paling besar adalah kerajaan Mataram yang dimotori oleh Raja Dharanidra menaklukan daerah Chendia Air (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Wangsa_Sailendra ). Jayavarman II sebagai keturunan raja ikut dibawa ke Pulau Jawa, yang saat itu Jawa Tengah adalah pusat pemerintahan. seperti yang kita lihat, bukti keemasan era jaman itu adalah Candi Borobudur. Jayavarman besar di era kerajaan Mataram yang juga berhasil menguasai Sriwijaya. Menurut opiniku, Raja Mataram mengirim kembali Jayavarman II ke Kamboja karena daerahnya terlalu jauh. Raja Mataram ingin Jayavarman II dapat mengontrol di daerah itu.
Singkatnya Jayavarman II mengenalkan diri sebagai sosok raja tunggal pengganti Jayavarman I di daerah Chandia-Kamboja. Tak heran, dia menerapkan apa yang sudah dipelajari dari pulau Jawa: politik, seni, agama, dan arsitektur. Jadi kita boleh sedikit bangga karena bangsa lain menimba ilmu dari bangsa kita dan sedikit banyak bisa mengklaim bahwa Angkor Wat "anak" dari Borobudur (tapi bukan jenis klaim pulau-pulauan kayak Indonesia-Malaysia lho). Well, kita bangsa ASEAN sebenarnya punya ikatan persaudaraan yang kuat.
Rolous: Ibukota Pertama
Jayavarman II melebarkan kekuasaan dan memiliki ibukota di Rolous, 13 km dari Siem Reap. Area tersebut dinamakan Hariharalaya yang menggabungkan nama dewa Hindu, Shiva dan Wisnu. 30 tahun setelah Jayavarman II meninggal, kekuasaan diteruskan oleh Indravarman I. Dia membangun candi bernama Preah Ko untuk menghormati Jayavarman II. Lalu dia juga membangun Bakong yang memiliki arsitektur seperti gunung, layaknya Borobudur. Sedangkan pada jaman Raja Indravarman III, dia membangun tempat penyimpanan air.
Khmer Empire di Angkor
Raja Yasovarman I, meneruskan tradisi dari ayahnya yaitu Indravarman III untuk membangun candi di daerah Angkor. Sekitar era tersebut, daerah kekuasan semakin berkembang. Jaman keemasan terjadi saat dipimpin Raja Suryavarman I. Dia memiliki kemiliteran yang sangat kuat dan sanggup menaklukkan kerajaan Mon Empire (Thailand/Siam) yang termasuk seluruh daerah di thailand dan sebagian Myanmar, Kerajaan Champa (Vietnam). Pada jaman ini juga dibangun banyak candi, salah satunya Angkor Wat yang tersohor.
Sekitar akhir abad ke 12, Raja dari Champa muncul lagi dan memberontak dari dalam pemerintahan Khmer sehingga Raja Khmer bisa dibunuh. Saat itu terjadi perang di daerah Ibukota yaitu Siem Reap antara Kerajaan Khmer dan Champa. Kerajaan Champa menerima bantuan dari daerahnya lewat sungai Tonle Sap ke danau Tonle Sap dan menyerang ibukota. Bukti adanya perang digambarkan di candi Bayon yaitu adanya perang dengan kapal. Champa menang dan menguasai daerah Siem Reap selama empat tahun.
Kerajaan Champa dapat dipukul mundur oleh Khmer Empire yaitu Jayavarman VII. Raja yang beraliran Budha ini membangun kembali ibukota dengan lebih baik. Pada jaman itu dibangun daerah Angkor Thom yang luas, termasuk candi Bayon (stupanya berwajah manusia), Ta phrom, Kdei, Preah Khan. Pada saat yang sama, Raja ini juga menyerang kembali kerajaan Champa dan berhasil menaklukkannya.
Ta Phrom. |
Akhir dari Khmer Empire
Sekitar abad ke 15, Kerajaan Siam (Thailand) yang beribukota di Ayutthaya memberontak dan berhasil melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Khmer. Cham juga memanfaatkan kesempatan itu untuk melepaskan diri. Sejak saat itu Khmer kehilangan sebagian besar wilayahnya dan memindahkan ibukotanya ke Phnom Penh. Daerah tersebut dipilih karena faktor agraris dan memiliki pertemuan dua sungai, satu sungai mekong dan lainnya sungai dari danau Tonle Sap. Kerajaan Khmer masih ada sampai saat ini di kota Phnom Penh. Rajanya juga ada namun yang kurasakan kerajaan tidak memberi pengaruh signifikan terhadap kemakmuran Kamboja. Hal ini sangat berbeda dengan Thailand dimana Raja dielu-elukan rakyatnya.
Sekian cerita sejarah dari saya. Semoga bermanfaat :)
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang mempelajari sejarahnya"- Ir. Soekarno
Makasih sob udah share , blog ini sangat membantu sekali .............
BalasHapusbisnistiket.co.id
Thank you very much for sharing information that will be much helpful for making coursework my effective.
BalasHapusThank you very much for sharing information that will be much helpful for making coursework my effective.
BalasHapus