Awalnya aku memang berencana mengelilingi ASEAN tahun ini, ternyata rencana ini juga disetujui oleh beberapa teman Indonesia yang berkuliah disini. Rencananya kami akan mengintari negara yang dekat dengan Thailand dan bisa ditempuh dengan jalur darat: Kamboja, Vietnam, Laos, dan Myanmar. Myanmar merupakan opsi terakhir karena negara tersebut bisa dibilang masih rawan konflik dan terhitung baru tahun ini membuka kesempatan lebar kepada wisatawan asing. Akhirnya dipilih dua negara untuk melangsungkan trip pertama yaitu: Kamboja dan Laos. Vietnam disingkirkan dari daftar dengan alasan negaranya lumayan besar dan berada lebih jauh dari Thailand. Waktu perjalanan sempat tertunda lebih dari sebulan dengan alasan thesis, cultural show, dan lain-lain. Dipilihlah saat liburan Songkran (11-15 April 2013) dengan alasan semua dapat ikut karena saat itu kampus AIT juga libur 2 hari (Jumat dan Senin). Tujuh orang yang awalnya ingin bergabung dalam perjalanan ini, mrotoli menjadi lima orang (Aku, Zjahra, Dini, Putri, dan Kak Lila) dan seorang pengikut dadakan yaitu Odi. Negara yang dikunjungi pun dipilih hanya Kamboja dengan alasan waktu terbatas.
Liburanku di Kamboja tidak semenarik di Chiang Mai,tidak se-eksotis Phi Phi Island, bahkan kalau boleh kubilang, jalan-jalan ke Malang Jawa Timur lebih indah dan menyenangkan daripada ke Kamboja. Tulisan di entri ini akan lebih membahasa komparasi negara ASEAN yang pernah kukunjungi dan hasil diskusi kami berenam.
Pertama kali melihat wajah Kamboja, aku sudah bersiap untuk menerima negara yang lebih terbelakang dari Thailand. Tapi nyatanya ekspektasiku harus lebih diturunkan lagi, Indonesia jauh (sekali) lebih maju. Berikut ini beberapa aspek yang kubahas:
1. Transportasi
Transportasi antar propinsi adalah bis, taksi, dan van. Oya, semua transportasi darat di Kamboja menggunakan setir kiri seperti sistem eropa dan lajur jalan pun kebalikan dari Indonesia. Rasanya kendaraan seperti berada di jalur selip setiap saat. Bis di Kamboja kebanyakan lebih jelek dari Sumber Kencono. Sungguh! Bisnya reyot, jalannya pelan, dan saat kuamati sepertinya beberapa kendaraan dibeli bekas dari China karena aku melihat huruf China yang sudah lapuk di bis. Bahkan tidak ada terminal pasti dimana bis akan datang/pergi, kecuali di Phnom Penh. Sedangkan taksi tidak memiliki tanda seperti layaknya taksi, hanya mobil biasa keluaran tahun lama. Sedangkan van terbagi menjadi dua yaitu van publik dan van VIP. Van publik bisa diisi lebih dari 16 orang termasuk ngangkut kasur, sepeda motor, dan barang-barang lainnya. Bahkan ada juga orang yang duduk di atap van. Jalan di Kamboja juga parah, didalam kendaraan kayak naik "Tagada". Banyak lubang dijalan dan ada juga jalan yang belum diaspal. Bandingkan dengan Thailand, Malaysia, dan Singapore. Ketiga negara tersebut memiliki transportasi antar propinsi yang nyaman dan terjadwal. Sedangkan untuk Indonesia, ada persebaran yang tidak merata. Misalnya di Jawa, transportasi antar propinsi bisa ditemukan dengan mudah di terminal dan bisa memilih mulai harga murah sampai patas. Beda soal saat pergi ke Irian, mungkin transportasi akan lebih sulit ditemukan.
Van untuk umum. |
Sedangkan untuk transportasi dalam kota, Kamboja memiliki tuk-tuk, taksi, dan sepeda motor. Ya, aku sendiri heran mengapa negara ini tak memiliki angkutan umum dalam kota, bahkan di ibukota sekalipun. Bahkan sekali naik tuk-tuk minimal 2$ untuk sekali jalan atau setara dengan Rp 20.000,-.Huwaa bisa bokek gara-gara transportasi. Komparasi dengan Thailand, mereka memiliki transportasi publik dalam kota: bis, MRT, dan BTS. Untuk propinsi kecil, Thailand memiliki songthew dan tuk-tuk dengan harga sewa lebih murah. Sedangkan untuk Malaysia, mereka memiliki transportasi umum MRT, Komuter, Bis, Fast Train untuk transportasi di ibukota. Untuk transportasi di kota lain, mereka menyediakan bis Rapid. Sedangkan Singapore yang negaranya kecil dan makmur, mereka memiliki tranportasi canggih dan terstruktur dalam satu negara. Satu kartu bisa digunakan untuk naik MRT dan bis. Sedangkan di Indonesia transportasi publik di Jakarta meliputi: transJakarta, bis, dan kereta api. Untuk kota kecil, setiap kota pasti memiliki angkutan umum. Semua transportasi publik dalam kota yang dimiliki Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Singapore jauh lebih murah daripada naik tuk-tuk di Kamboja.
2. Pertanian
Kata Kak Lila, geografis Kamboja tidak strategis karena bentuk negara ini "bundar" bukan memanjang. Jadi struktur tanahnya pun hampir sama dan juga musimnya. Beda dengan Thailand yang memiliki bentuk bundar dan memanjang. Sehingga mereka memiliki penghasil padi dari utara dan penghasil seafood dari selatan. Malaysia pun sama, negara ini memiliki bentuk memanjang dan terpisah menjadi dua bagian: benua Asia dan pulau Kalimantan. Sedangkan Singapore yang negaranya kecil tidak bergantung pada hasil alam, mereka lebih menonjolkan negara makelar/ ditribusi karena letaknya yang strategis di selat Malaka. Indonesia? Jangan tanya lagi. Kita adalah negara terbesar di ASEAN. Masalah geografis, kita memiliki segala sumber daya alam (pertanian, hasil laut, minyak bumi, gas alam, hasil tambang, dan lain-lain). Kembali lagi ke Kamboja, letak daerah yang seperti itu membuat tanah di Kamboja hampir sama yaitu padang sabana. Sepanjang jalan tidak ada sawah hanya rumput yang hidup segan, mati tak mau dan pohon kelapa atau aren. Pusat pertanian di Kamboja justru di dekat daerah pesisir yaitu Sihanoukville.
Untuk masalah teknologi, aku angkat tangan soal Cambodia karena persawahan hanya kulihat sekilas. Sedangkan teknologi agrikultur di Thailand lebih maju daripada negara ASEAN lain. Mereka lebih meberdayakan teknologi daripada pekerjaan manusia. Engineer cerdas di Thailand ngapain? bertani! Namun dengan bertani dengan teknologi tinggi dan memiliki produk unggulan. Sayangnya, mereka terlalu canggih dan kadang menggunakan bahan kimia yang tidak semestinya. Sedangkan sistem pertanian di Indonesia pernah maju di era 70-90an, lalu turun drastis, dan sekarang sedang berkembang. Di Indonesia lebih mementingkan keamanan dan tidak terlalu banyak yang menggunakan teknologi canggih, terutama di daerah terpencil.
Berdasarkan aspek pertanian, Kamboja memiliki posisi hampir sama dengan Singapore yaitu tidak memiliki hasil alam. Negara ini membeli semua bahan pangan dari negara lain. Hal ini kubuktikan saat belanja di supermarket. Semua barangnya impor dan tentunya harganya lebih mahal daripada di negara asalnya. Hal inilah yang menyebabkan living cost di Kamboja mahal tapi kualitas hidupnya rendah. Bahkan di daerah terpencil, living cost perbulan sekitar 200$. Beda dengan Singapore yang memang living cost-nya mahal namun dibarengi dengan kualitas hidup yang tinggi.
3. Sapi
Kok sapi jadi tolak ukur? Lucu juga sih, tapi begitulah adanya. Jika sapi terlihat gemuk berarti terawat dan daerah tersebut subur, sebaliknya jika sapi kurus artinya tidak terawat dan daerah tersebut tandus. Banyak sapi disepanjang jalan Kamboja bahkan sampai ada papan peringatan lalu lintas bergambar sapi, mungkin artinya "awas sapi!". Melasnya semua sapinya kurus sampai-sampai kelihatan tulangnya! Benar-benar sapi yang tidak layak kurban. Beda dengan sapi gendut-gendut di Indonesia.
4. Karakter Cambodian
Ada yang bilang kalau kebanyakan cambodian atau orang Kamboja itu scam alias penipu. Sebenarnya tidak semua cambodian penipu. Tapi entah kenapa kami apes ketemu orang scam. Mulai dari orang yang pintar berbahasa Inggris di perbatasan, dia memandu kita ke terminal. Ehh ujung-ujungnya minta duit. Supir tuk-tuk yang mengantarkan kita keliling Phnom Penh juga naikkin harga dari persetujuan awal 18$ jadi 27$ karena kita minta diantarkan ke KFC dua kali, ke mall, dan ganti haluan ke Pasar. Padahal jaraknya lo deket banget dan ga bilang kalau dia minta tambahan uang, tahunya saat udah mau bayar.
Pengemis Cambodian juga sangat memaksa. Dia tak akan meninggalkan kita, sampai kita memberi uang. Beda dengan pengemis Thailand yang cuma duduk stagnan. Atau pengemis Indonesia yang tahu sopan santun, saat dia ditolak, dia akan berpindah.
Kehidupan anak kecil di danau Tonle Sap. |
Tapi tetap ingat bahwa orang normal itu baik hati bukan penipu atau pengemis. Mungkin kehidupan di Kamboja yang mahal membuatnya memoroti uang turis yang dianggapnya kaya. Padahal kami turis mahasiswa :(.
5.Wisata
Untungnya Kamboja ini punya AngkorWat. Sungguh hanya ini wisata terbaik dan patut dikunjungi. Yang lainnya? No comment. Wisata ke danau Tonle Sap membayar 25$/orang, padahal wisata ke hutan Mangrove Surabaya yang bayar Rp 20.000,- jauh lebih bagus. Wisata pantai di Sihanoukville? Bagus memang, tapi hanya untuk pantai tertentu. Kami beruntung karena saat itu hotel kami memiliki pantai. Saat menengok ke pantai umum, pantainya ramai dan kotor.
Aku rasa soal wisata, Kamboja tidak bisa dikomparasikan dengan Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Singapore. Fasilitasnya saja sudah beda jauh. Apalagi kalau disandingkan dengan Indonesia yang memiliki sejuta pesona. Ambil contoh satu pulau saja: Bali, disana semuanya ada mulai gunung, pantai, danau, seni, budaya, sejarah, dan sebagainya. Sedangkan wisata alam terbaik di Kamboja adalah daerah Sihanoukville, itu terletak di pesisir dan 5 jam perjalanan dari Phnom Penh,
6. Mata uang
Aku sampai pusing membayar disini. Masalahnya mata uang utama negara ini adalah dollar, bukan riel- mata uang negara Kamboja. Bahkan mereka juga menerima mata uang Thailand-Baht, di daerah dekat Thailand. Dan kupikir mereka juga menerima mata uang Vietnam di perbatasan dekat Vietnam.
Pecahan dollar paling kecil adalah 1 dollar, sedangkan mereka memberi kembalian yang lebih kecil dari 1 dollar berupa Riel. 1 dollar=4000 Riel, 1 dollar=30 Baht. Nah loh, bingung kan? Apalagi kalau mereka bermain penukaran uang karena tentunya harga yang mereka beli harus lebih rendah.
Bandingkan dengan negara Thailand (Baht), Malaysia (Ringgit), Singapore (Dollar Singapore), dan Indonesia (Rupiah). Mana ada yang menggunakan US Dollar? Kami bangga dengan mata uang kami. Memang ada pengecualian di daerah perbatasan seperti perbatasan Malaysia-Indonesia di Kalimantan dan daerah turis seperti Bali. Namun tetap saja, orang jualan normal terimanya ya mata uang negara tersebut.
Setelah kupikir, ada alasan mengapa Kamboja memakai Dollar sebagai mata uang utama. Negara tersebut sedang berkembang dan rawan konflik. Sehingga apabila nilai uang asli negaranya (Riel) jatuh, mereka memiliki US Dollar sebagai pen-stabil keuangan. Ruginya, mereka bergantung pada keadaan Amerika. Jika nilai US Dollar jatuh, otomatis perekonomian mereka juga jatuh.
7. Ibukota
Phnom Penh, ibukota negara yang sepi. Hal terindah di Phnom Penh adalah pinggiran suangai Mekhong. Phnom Penh seperti layaknya ibokota propinsi di Indonesia lebih sepi dikit. Kalau boleh membandingkan, Phnom Penh itu 11-12 dengan Tuban lah. Jangan bandingakan dengan Jakarta, Bangkok, Kuala Lumpur, dan Singapore karena perbandingannya terlalu jauh.
Kota ini juga jauh dari kata hedonisme. Mall bisa terhitung dengan jari dan ukurannya kecil. Bahkan gedung pencakar langit juga bisa dihitung. Herannya juga banyak sampah di sepanjang jalan Phnom Penh.
Bukannya aku mau menghina negara ini. Toh gak ada untungnya juga. Apalagi kalau tahu sejarahnya, sekitar tahun 70an, hampir 3 juta orang dibunuh termasuk orang pintar. Jadi saat ini, tak tahu berapa persen Cambodian yang berotak encer. Perjalanan ini mengingatkanku akan pentingnya bersyukur. Aku bersyukur bisa menjadi orang Indonesia. Aku bersyukur bisa sekolah di Thailand. Aku bersyukur bisa menempuh pendidikan.Aku bersyukur memiliki keluarga. Aku bersyukur....bersyukur tentang hidup yang telah diberikan padaku.
Indonesia, memiliki sejuta pesona. Negara besar dengan penduduk yang banyak. Memiliki sekitar 12.000 pulau. Ratusan bahasa dan dialek. Orangnya ramah. Tanahnya subur. Entah kebaikan apalagi yang akan kutuliskan karena terlalu banyak :)
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. (Sumpah Pemuda)
Tunggu tulisanku di pengalaman perhari di Siem Reap, Phnom Penh, dan Sihanoukville.Juga budget dan tips wisata di Kamboja :)
Elita.....! Kenapa nggak ada link follow blognya yaa? :)
BalasHapusNice post, and nice travel for sure ^^d
Iya ya kak, baru nyadar -__-" dulu sempet ta edit templatenya. Coba nanti ta lihat lagi. Okay thanks kakak.
BalasHapussippp siiip, sudah bisa sekarang :)
BalasHapus3 miliar? gak salah el? sejak kapan negara Kamboja sampai punya penduduk sebanyak 3 miliar???
BalasHapusHehe iya salah mas, maksudnya 3 million atau 3 juta. Udah ta edit kok. Makasi ^_^
BalasHapusnumpang tanya mbak, untuk pesawat ke kamboja pakai pesawat apa yah?
BalasHapuswaktu mbak pergi brp tiket PP nya mbak?
terima kasih.. :D
Thank you very much for sharing information that will be much helpful for making coursework my effective.
BalasHapusThank you very much for sharing information that will be much helpful for making coursework my effective.
BalasHapus