Mungkin wisata sejarah berupa candi-candi menjadi wisata nomer dua setelah mengitari mall-mall di Surabaya. Namun membolang ke negeri Majapahit menjadi hal yang mengasikkan karena letaknya di pedesaan dan banyak hal yang bisa dipelajari. Lagi-lagi quote "Bangsa yang besar adalah bangsa yang mempelajari sejarahnya" benar juga.
Diliputi rasa bosan dengan kegiatan hedon yang itu-itu saja, tiba-tiba di beranda facebook ku terpampang foto budha tidur di profil orang yang "May You Know". Penasaran kubuka saja fotonya, karena background fotonya mirip-mirip di Thailand (kayak pernah kesana aja :p ). Ternyata setelah ditelusuri lebih jauh, letaknya adalah di kecamatan Trowulan, Mojokerto, bekas pusat kerajaan Majapahit. Akhirnya kuputuskan untuk mbolang kesana!
Trowulan-Surabaya ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam (kata google map). Nyatanya jarak tempuhnya hampir dua jam lebih termasuk dengan nyasar-nyasarnya. Ajaib, rutenya melewati daerah Sidoarjo- Mojokerto- Sidoarjo- Mojokerto dan hampir ke Jombang. Nanti akan ada plat nama Museum Majapahit.
Saat masuk ke komplek Trowulan,benar-benar terasa suasana pedasaan. Hal pertama yang terlihat adalah kolam air sebesar lapangan bola membentang berlatar belakang pegunungan. Pantas saja orang-orang jaman dulu mendirikan pusat kerajaan di tempat yang seindah ini. Udaranya sejuk sehingga bisa menghirup udara sebebasnya di jalanan yang penuh degan deretan persawahan ini.
Let's flashback. Sekilas mengingat sejarah yang dipelajari saat SD sampai SMA berputar antara jaman megalitikum sampai reformasi. Jaman kerajaan merupakan awal pelajaran sebelum menginjak ke bab Kebangkitan Nasional. Majapahit berasal dari kata 'Maja' dan 'Pahit'. Tahu buah 'Maja'? Buahnya bulat hijau menggoda seperi melon namun memiliki kulit mengkilap seperti delima. Sekilas menarik, namun buah ini berasa 'Pahit'. Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya di desa Tarik. Namun kerajaan Majapahit baru berjaya di saat Hayam Wuruk atau Rajasanegara berkuasa. Hal ini juga karena keliahaian patihnya yang terkenal, Gadjah Mada. Patih ini mengucapkan Sumpah Palapa yang isinya ingin melebarkan kekuasaan Majapahit. Bahkan menurut beberapa sumber daerah kekuasaan Majapahit meliputi Negara Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand.
Bukti kekuasaan Majapahit terlihat dari bekas benda-benda yang ditinggalkannya. Museum Majapahit Trowulan banyak menyimpan sejarah mengenai benda-benda antik ini. Mata uang yang digunakan berupa perak, perunggu, atau emas. Bahkan pernah juga ditemukan mata uang dengan tulisan syahadat yang mungkin dipengaruhi oleh kedatangan pedagang dari Arab. Ada juga penemuan keramik dari Cina, Vietnam, yang membuktikan adanya hubungan internasional. Hal yang membuatku terbelalak adalah seni pahatnya. Berbagai batu dengan ukuran jumbo dipahat tulisan semacam aksara jawa yaitu Kawi. Pahatan tulisan itu sangat rapi dan mendetail. Sampai-sampai aku mikir, ini nulisnya pakai apa ya. Lah kalau pakai ilmu teknik ya dicetak dengan semen atau sekalian pakai laser CO2. Sayangnya, kita tidak boleh mengambil foto didalam Museum Majapahit.
Seperti biasa, sangat banyak patung-patung dewa-dewi peninggalan kerajaan, maklum Majapahit merupakan kerjaan Hindu-Buddha terbesar dan terakhir. Bahkan, aku menemui banyak patung Ganesha disini. Ada yang gendut, ada yang kurus, ada yang memegang kapak, pengang tasbih, pokoknya berbagai versi.
Oya ada cerita cinta mengharukan di Majapahit.
"Hayam Wuruk ingin menikahi Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya. Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya.Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama." id.wikipedia.org/majapahit
Hmm menyedihkan, semacam kisah Romeo dan Juliet.
Di kawasan Museum Majapahit, juga bisa ditemui sumur asli dari jaman kerajaan yang berupa kotak atau lingkaran. Situs tempat tinggal yang berupa reruntuhan juga masih dijaga dengan baik. Situs ini dikelilingi oleh pelindung dengan desain yang unik. Dari kejauhan sih biasa saja, tapi pas didekati kok aneh ya....Lumayan buat narsis :D
Lanjut lagi, ke Gapura Bajang Ratu dan Candi Tikus yang berada 2km dari museum. Gapura Bajang Ratu merupakan gerbang masuk salah satu kompleks di Majapahit. Gapura ini masih berdiri dan dikelilingi taman yang indah. Eh,, ada tanaman yang dibentuk helikopter, lucu :p .
"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya." gambaran kota, Buku Negarakertagama
Aku sendiri heran siapa ya yang bangun nih gerbang. Bangunannya simetri. Batanya ta' "tok tok" merupakan bata ringan. tapi masih bisa berdiri setelah lebih dari 5 abad setelah dibangun. Konon tiap bata direkatkan dengan getah tumbuhan dan gula merah. Slruupp bisa dijilatin nih...
Next... Candi Tikus yang berada sekitar 500 meter dari Gapura Bajang Ratu. Candi ini terletak agak nyungsep ke tanah dengan dikelilingi kolam disekitarnya. lagi-lagi, sebagai orang teknik (ga ada hubungane :p ) aku bertanya- tanya bagaimana orang jaman dulu bisa membuat arsitektur yang indah. Konon keahlian pahat-memahat merupakan keahlian orang Trowulan sejak mbah buyut dan kualitas pahatanya tidak berkurang. hal ini dibuktikan dengan banyaknya pemahat batu disekitar Trowulan.
".... Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya." Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone) yang pernah berkunjung ke Jawa.
Akhirnya kerajaan Majapahit hancur juga. Kehancuran ini terjadi secara bertahap sejak meninggalnya Hayam Wuruk. Penyebaran Islam mulai semarak di daerah kekuasaan majapahit. Kerajaan Islam pun bermunculan, semisal Kesultanan Demak. Kerajaan baru inilah yang menggeser kekuasaan Majapahit. Pemerintahan Majapahit juga tidak sanggup lagi mengontrol daerah kekuasaanya yang besar. Akhirnya bubarlah sudah kerajaan ini.
Sebenarnya ada banyak lagi candi-candi yang belum sempat kukunjungi di komplek Trowulan ini. Ada lebih dari tiga candi disekitar komplek ini. Situs terakhir yang kukunjungi adalah "Si Buddha Emas Lagi Tidur". Letaknya dekat dengan komplek Trowulan yaitu disebarang jalan ada tulisan Vihara. Masuk ke kampung dan ikuti petunjuk arah. Nantinya akan ada vihara dengan patung Buddha raksasa. Serasa jadi turis di Thailand deh... Kabarnya patung Buddha ini hanya ada kembaranya di Thailand 'Sleeping Budha'.
Tertarik pengen kesana? inilah letak Surabaya- Trowulan yang ku copy-paste dari google map, dari arah Surabaya.
1. Di Jalan Bundaran Waru, ambil jalan keluar ke-2 di jalan ke Krian/Mojokerto 700 m
2. Bergabung ke Jalan Raya Bungurasih 1,7 km
3. Terus ke Jalan Kedung Turi 900 m
4. Terus ke Jalan Taman Raya 1,3 km
5. Terus ke Jalan Raya Geluran 1,8 km
6. Terus ke Jalan Gilang Raya 2,9 km
7. Terus ke Jalan Raya Trosobo 5,7 km
8. Belok sedikit ke kanan menuju Jalan By Pass 7,8 km
9. Belok sedikit ke kanan menuju Jalan Mayor Jenderal Bambang Yuwono 5,2 km
10. Terus ke Jalan Raya Ciro 4,7 km
11. Terus ke Jalan Kramat Tumenggung 1,0 km
12. Terus ke Jalan By Pass Mojokerto 6,1 km
13. Terus ke Jalan Ring Road Mojokerto 4,2 km
14. Jalan Ring Road Mojokerto belok sedikit ke kiri dan menjadi Jalan Raya Brangkal 600 m
Selamat menelusuri Majapahit ^_^
Wah, baru tau saya kl di Mojokerto ada Budha tidurnya.. Padahal tiap bulan mesti ke Mojokerto... Tulisan yg bagus, Mbak :)
BalasHapus