Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia...
Ibuku berbeda dengan ibu yang lain. Ibu yang acapkali kupanggil 'mamak' ini hanya ada ada satu di dunia. Mamak adalah superwomen, bahkan lebih hebat lagi. Peran ganda dilakoni ibuku sebagai pencari uang dan juga mengasuh anak. Pekerjaan sebagai guru di sekolah ecek-ecek pun dikerjakan saat aku masih balita. Katanya saat itu gajinya hanya 50rb per bulan (setara dengan 500.000 saat ini). Semua itu hanya untuk membelikanku susu bermerk dan menyekolahkanku di TK bergengsi. Setiap pagi selalu merapikan bajuku, menyisir rambutku sebelum berangkat ke TK. Setiap malam mengajariku berbagai ilmu dari membaca sampai berdebat soal politik di berita TV. Makanya aku sekarang heran kenapa anak jaman sekarang bangga banget klo sudah bisa baca tulis pas TK. Lha aku TK aja bacaanku koran, karena membeli buku cerita terlalu mahal. Pernah suatu hari mamak menghadiahkanku buku cerita hitam putih 10 lembar, aku senangnya minta ampun.
Mamak juga selalu berusaha membahagiakanku dengan mengajak berjalan-jalan ke alun2 kota. Aku tidak peduli dengan teman-teman yang memamerkan rekreasinya ke mall Surabaya atau Malang atau lebih jauh lagi. Aku sudah sangat beruntung juga di sekolahkan di SD Islam yang juga favorit di kotaku. Setiap hari diantarkan mamakku dengan naik sepeda engkol warna pink. Mendaki tanjakan dengan semangat, di saat sepeda motor saling salip-menyalip.
Kukalahkan hapalan perkalian anak kelas 5 SD, saat aku masih kelas 1SD. Ini juga berkat Mamak yang selalu memberikan les privat setiap malam dan jurus rahasia perkalian jari. Bajuku-bajuku tak pernah kalah bagus dengan teman-teman SD yang basis kerja Bapaknya di Petrokimia atau Semen Gresik. Ini karena mamakku selalu membelikanku pakaian mahal, meski hanya sekali menjelang hari raya Idul Fitri.
Mamak adalah ibu terhebat, bahkan sampai saat ini. Di umurnya yang menginjak 45 tahun, masih semangat bekerja untuk menyekolahkanku sampai bangku kuliah. Langkahnya yang terseok-seok karena kecelakaan tiga tahun lalu, tak memudarkan kegigihannya naik bis untuk mengajar di SMK Cerme yang jaraknya 40 km dari rumah.
Meski suka berteriak-teriak, Mamak orang yang sabar menjalani hidup
Meski pernah menyabetku pakai sapu lidi, Mamak selalu mendoakanku tiap saat
Meski suke rebutan TV (aku: spogebob; Mamak:sinetron), Mamak gak kayak orang di sinetron kesayangannya yang lebay-lebay
Meski suka ngeluh "ga ada uang lagi", Mamak selalu memberiku uag jajan tiap hari dan tak pernah kurang sepeserpun
Aku masih ingat senyum gembira Mamak saat melihat nilai raporku bagus, hanya itu yang aku bisa berikan
-Nilai-
-terkadang baju baru (itupun uangnya juga kalau ditelusur dari Mamak)-
Hanya sebatas itu yang aku bisa. Betapa malunya aku hanya memberikan itu....
Aku berjanji setahun lagi akan kuhadiahkan sebuah kado kecil; kubawakan nilai cumlaudeku untukmu di Graha ITS seperti impianmu
(Rasanya kata-kata benar-benar kurang dari cukup)
*17 Ramadhan #nangis bawang putih...
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan dikomen ya... ^^