a choice that change my life

Kamis, 18 Agustus 2011

Memimpin Seperti Umar bin Khattab

Semakin ruwet saja bila melihat dunia kepemimpinan  di negara tercinta ini. Terdakwa korupsi yang sengaja mengolor-ngolor waktu sidang dan berusaha membela dirinya tidak bersalah. Ada juga koruptor yang sudah dipenjara bisa-bisanya jalan-jalan ke Bali di masa tahanan. Lain halnya dengan 'N' yang melarikan diri sampai keluar negeri untuk menghindari kasusnya dan akhirnya tertangkap baru-baru ini.

"Ini kesalahan sistem", seringkali kudengar alasan klise seperti itu di acara diskusi Televisi. "Meskipun kamu tak mau korupsi, lama-lama tergiur juga bila sistemnya semuanya korupsi dan kamu akan terlindas", lagi-lagi kudengar pendapat yang menyesatkan saat berbincang dengan kawan-kawan. 

Disaat Pemimpin melakukan korupsi...
Khalifah Umar pernah didatangi putranya saat dia berada dikantornya kemudian bercerita tentang keluarga dan masalah yang terjadi di rumah. Seketika itu Umar mematikan lampu ruangan dan si anak bertanya, sebab apa ayah mematikan lampu sehingga hanya berbicara dalam ruangan yang gelap, dengan sederhana sang ayah menjawab bahwa lampu yang kita gunakan ini adalah amanah dari rakyat yang hanya dipergunakan untuk kepentingan pemerintahan bukan urusan keluarga.

Padahal jika dinalar, minyak yang dihabiskan untuk menerangi pembicaraan malam itu mungkin hanya beberapa tetes. Mungkin kisah diatas tak adil apabila dibandingkan dengan jaman sekarang yang serba butuh dan serba modern. Tapi apa perlu pemimpin teras atas menggunakan mobil dinas keluaran terbaru jika masih bisa menggunakan mobil yang biasa saja atau naik angkutan umum. Apa benar-benar dibutuhkan untuk mengadakan pertemuan di luar negeri hanya untuk rapat, apabila bisa dilaksanakan di tempat yang sudah ada. Apa perlu menuntut suatu kenaikan gaji apabila gaji sekarangpun sudah ‘diatas rata-rata’.

Disaat  Pemimpin dzalim...
Seorang Yahudi tua mengadu pada Umar karena tanahnya akan disita secara paksa untuk dijadikan masjid oleh Gubernur Amr Bin Ash. Lalu Umar memberikan memberikan sepotong tulang kepada Yahudi tua untuk diberikan kepada Gubernur Amr. Kebingungan, Yahudi tua itu menyerahkan tulangnya kepada Amr. Anehnya lagi Amr langsung memerintahkan untuk membongkar masjid yang hampir jadi dengan wajah ketakutan. Ternyata tulang tersebut berisi peringatan bahwa berapa pun tingginya kekuasaan seseorang, ia akan menjadi tulang yang busuk. Sedangkah huruf alif yang digores di tulang, itu artinya kita harus adil baik ke atas maupun ke bawah. Lurus seperti huruf alif dan bila  tidak mampu menegakkan keadilan, khalifah tidak segan-segan memenggal kepala gubernur.

Terkadang kepentingan golongan di atas kepentingan bersama. Contoh kasus disekitar kita,penggusuran akan dilakukan apabila tol tengah Surabaya akan benar-benar dibagun. Lagi-lagi yang diuntungkan hanya beberapa golongan yang dapat menggunakan tol, siapa lagi kalau bukan golongan bermobil mewah. Keadilan seakan hanya berpihak pada golongan tertentu.

Disaat Pemimpin memamerkan kebaikannya...
Salah satu kebisaan dari Umar yang sangat luar biasa adalah melakukan pengawasan secara langsung kepada rakyatnya dengan berkeliling kota sendirian. Suatu hari ketika Khalifah sedang "ronda" mendengar tangisan anak-anak dari sebuah rumah kumuh. Dari jendela ia mendengar, sang ibu  sedang berusaha menenangkan anaknya yang kelaparan. Si Ibu itu berpura-pura merebus batu untuk menenangkan anak-anakanya. Sang ibupun bergumam mengenai betapa enaknya hidup khalifah negeri ini dibanding hidupnya yang serba susah.

Malam itu juga Umar menuju ke gudang makanan yang ada di kota, dan mengambil sekarung bahan makanan untuk  diberikan kepada keluarga tersebut. Bahkan ia sendiri yang memanggul karung makanan itu dan tidak  mengizinkan seorang pegawainya yang menemaninya untuk membantunya. Ia sendiri pula yang memasak makanan itu, kemudian  menemani keluarga itu makan, dan bahkan masih sempat pula menghibur sang anak hingga tertidur sebelum ia pamit untuk pulang.  Keluarga itu tidak pernah tahu bahwa yang datang mempersiapkan makanan buat mereka malam itu adalah khalifah Umar bin Khattab.

Terdengar tak masuk akal apabila ada seorang pemimpin sekelas kepala negara terjun langsung ke lapangan tanpa ada siaran heboh. "Kapan mikir starategisnya jika tiap hari terjun langsung?". Jangan salah, Umar merupakan salah satu tokoh yang masuk dalam tokoh berpengaruh di dunia karena kecerdasannya dalam pengaturan strategi negara. 

Di masa kepemimpinan Umar, Al-Quran dibukukan dalam bentuk mushaf, dibangun balai pengobatan, perkantoran, pembuatan mata uang dirham, pembuatan kas negara, audit para pejabat dan pegawai, dan sebagainya. Daerah kekuasaan juga semakin meluas sampai Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo. Sebuah tamparan bagi pemimpin masa kini yang cenderung selalu berpikir strategis

Mungkin kita bukanlah Umar bin Khattab, namun tak ada salahnya berusaha menjadi pemimpin seperti beliau. Pemimpin bukanlah sebutan untuk kepala negara saja atau orang yang memiliki jabatan tinggi saja. Semua orang adalah pemimpin bagi dirinya masing-masing. Terkadang musuh terbesar yang sulit ditaklukan adalah diri sendiri. Tak ada salahnya melawan sistem apabila kita yakin benar. Pemimpin bertanggung jawab, jujur, dan adil dimulai dari diri sendiri.

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena