a choice that change my life

Jumat, 07 November 2014

Extend Visa ke Laos (2): Kereta Jurusan Thesis Thailand-Laos

Tujuan utama ke Laos adalah perpanjangan visa Thailand. Pesertanya empat orang: aku, Sani, Umi, dan Faishal. Kami akan ke Laos Sabtu, tanggal 7 Desember 2013 malam dari Bangkok dan kembali ke Thailand Minggu, tanggal 8 Desember 2013 malam dari Laos. Kami berempat punya masalah dan cerita sendiri yang dari bangku kuliah di Thailand yang dibawa sampai ke Laos.


Sabtu pagi hari, tanggal 7 Desember 2013


Faishal tidak terlihat, mungkin mengerjakan thesis di perpustakaan seperti biasanya. Sani seperti biasa, grusa grusuh mengerjakan thesisnya. Apalagi dia belum sidang thesis dan akan sidang tanggal 11 Desember nanti. Sedangkan Umi tampak santai dan tenang karena dia sudah menyelesaikan sebagian revisiannya. Aku sendiri belum bisa tenang karena belum mengumpulkan revisi dan memang dimintanya pas hari Senin besok.

Seperti biasanya juga, aku menjadi tour agent dadakan kalau saat-saat seperti ini. Aku memilihkan tranportasi ke Laos yang murah, nyaman, dan efisien."Naik pesawat aja dari Bangkok ke Udon Thani lanjut naik bis," ujar Umi menyarankan. Memang cara itu yang paling cepat dan lebih murah ketimbang naik pesawat langsung ke Vientiane-ibu kota Laos. "Harga pesawat kesana lumayan mahal dan kita juga tetep akan dapat visa 2 minggu karena masuknya lewat darat dari Laos. Naik kereta ajalah"kataku.

Selanjutnya aku browsing berbagai macam jadwal dan jenis kereta Thailand ke Laos. Jadi tidak ada kereta langsung Thailand-Laos,kita harus naik kereta jurusan Bangkok-Nong Khai setelah itu ganti kereta komuter Nong Khai- Thanaleng. Aku juga mencari destinasi wisata di sekitar Vientiane Laos.

Sabtu siang hari,tanggal 7 Desember 2013


"Kenapa sih berangkatnya harus sekaranga? Ga bisa ditunda ta?," ujar Sani. " Lapo sih? Kamu mau didenda ta san? Udahlah mending ayo ndang packing," jawabku. "Bawa laptop ga ya lit?" tanya Sani. "Halah gak usah ngabot-aboti aja san. Kita lo berangkat Sabtu, Minggu malam balik, Senin sudah sampai sini lagi. Masa iya dosenmu mau ngecek weekend gini," ujarku. "Iya kamu enak sudah sidang. Bawa ajalah," kata Sani yang akhirnya memutuskan untuk membawa laptop. "Yoweslah aku juga bawa, lumayan nata daftar isi juga," ujarku yang juga keder.

Stasiun Don Mueang.

Sekitar sore hari, kami berempat sudah bersiap berangkat ke stasiun kereta Don Mueang dengan taksi. Sesampainya di stasiun aku langsung ke loket dan membeli empat tiket. "Four sleeping ticket to Nong Khai,please," kataku pada Nong penjaga loket. "Normal or executive," tanyanya. "Hey rek apa? biasa apa eksekutif?" tanyaku pada yang lain. "Eksekutif aja," jawab Sani. "How much for executive?" tanyaku pada penjaga loket. "1200 baht each," jawab penjaga loketnya. Hiyaa mahal bingit. "How much for normal?" tanyaku lagi."around 749 baht each," jawabnya. "Four normal ticket please," jawabku mantap.

Tiket kereta.
Menurut jadwal, kereta akan datang jam 20:50 sedangkan saat itu masih jam 18:00. Kami memutuskan shalat dan santai dulu disekitar bandara Don Mueang yang letaknya bersebrangan dengan stasiun ini. Kami sempat membeli dua porsi siu mai udang karena kelaparan di bandara Don Mueang.

Ternyata layanan kereta di Thailand tidak sebagus di Indonesia. Layanan kereta di Indonesia sekarang jauh lebih maju. Kereta yang kami tunggu terlambat sekitar satu jam dan baru datang jam 22:00. Kereta Thailand memiliki rupa yang sama dengan kereta Indonesia. Bedanya disini lebih banyak pilihan fasilitasnya: normal atau sleeping seat. Kami memilih sleeping seat dan itu adalah kali pertama bagi kami semua menikmati layanan kereta tidur. Di kanan kiri lorong kereta terdapat bangku tidur yang bersusun dua dan hanya cukup untuk satu orang. Bangku paling bawah bisa diambil matrasnya dan dijadikan bangku duduk biasa. Terdapat tirai di setiap seat untuk menjaga privasi penumpang. Aku satu seat dengan Sani, aku di bagian atas dan dia di bawah. Faishal satu seat dengan Umi, Faishal di bagian atas dan Umi di bawah.


Umi memesan makanan dan membaginya menjadi empat bagian dan dibagikan, layaknya ibu kos yang baik. Hahaha..Setelah makan, aku pun mengantuk dan menutup tirai. Sebelum tidur, aku sempat membuka laptop dan menata daftar isi untuk revisian thesisku. Aku melongok kebawah dan melihat Umi memakai laptop Sani untuk merevisi thesisnya. Ini adalah kereta jurusan thesis.

Faishal dan makan malam.

Umi membagi makan malam.

Menurutku, adanya sleeping seat seperti ini sangat bermanfaat apalagi untuk perjalanan jauh dan badan tidak pegel. Tidur di seat teratas horor sedap gitu karena takut jatuh (lumayan 1,5 meter) tapi gerakan kereta yang kadang miring-miring malah membuat kasur itu terasa seperti hammock. Aku tertidur lelap sampai jam lima pagi dibangunkan oleh mimpi diriku terjatuh ke jurang. Saat bangun,aku bersyukur karena masih di seatku.

Pagi hari, 8 Desember 2013

Sunrise di Nong Khai.
Sekitar jam enam pagi, petugas kereta sudah memberesi semua kasur tidur dan menatanya menjadi bangku duduk biasa. "Laper," kata Umi. "Hah?? Kemarin malam kan udah makan siu mai, nasi terus makan camilan," ujar Sani. Tapi pada akhirnya kami berempat tetap membeli dua porsi makan pagi yang dibagi empat orang. Aku duduk didepan Sani sambil menikmati tehku. Sani sedang sibuk dengan laptopnya dan menyelesaikan thesisnya sebelum sidang. Dari kaca yang berembun kulihat matahari terbit di tanah Nong Khai- daerah paling dekat dengan Laos.

Umi dan Faishal.

Sani dan pagi yang dingin.

Antara gembira dan tertekan.

Kereta berhenti di stasiun Nong Khai,setelah itu kami membeli tiket kereta Nong Khai-Bangkok untuk nanti sore dan Nong Khai-Thanaleng untuk jam 9:30 pagi. Kami diwajibkan untuk melewati imigrasi Thailand sebelum naik ke kereta jurusan Thanaleng Laos. Akhirnya paspor kita di cap "departed from Thailand" tepat di visa student yang habis tanggal 8 Desember 2013.

Kereta jurusan Nong Khai Thailand- Thanaleng Laos.

Stasiun Nong Khai.
Jembatan persahabatan Thailand- Laos.
Kereta jurusan Nong Khai -Thanaleng melaju melewati jembatan persahabatan yang dibangun di atas sungai Mekong. Uniknya kereta melaju di jalanan aspal biasa yang ditengahnya terdapat rel kereta semacam tram, jalur itu bisa juga dilintasi kendaraan darat biasa. Di jembatan, berdiri bendera Thailand dan Laos. Setelah melewati Mekong, terlihatlah plang "Welcome to Lao PDR".


0 comments:

Posting Komentar

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena