Hari ini adalah hari terakhirku di Myanmar. Terhitung sudah delapan hari tujuh malam kuhabiskan waktu di Myanmar (23-30 Desember 2013). Perjalanan ini sebagai hadiah dariku dan untukku sendiri setelah wisuda master tanggal 18 Desember lalu. Selama di Myanmar aku menemukan kehangatan dari keluarga Su Mon. Ada suatu cerita rahasia masa lalu yang membuat kita sama. Ibu Su Mon juga sangat baik bahkan mau menemaniku jalan-jalan di hari terakhir dan menuruni tangga dari lantai lima apartemennya.
Ibu Su Mon. |
Pagi hari Su Mon sudah berdandan cantik bak model majalah. Hari itu dia akan keluar lagi bersama Yan Naing. Mereka memanfaatkan waktu libur natal itu sebelum Yan Naing kembali bekerja di Brunei Darrusalam. Sedangkan aku dan Ibu Su Mon juga bersiap untuk keluar apartemen. Ibu Su Mon sudah berdandan cantik dengan busana merah marun senada dengan longyinya. Kami akan melihat Pagoda Kabar Aye di seberang jalan apartemen.
"You should stay longer in here. Next time we can go to Golden Rock, Nay Phi Taw, Mandalay, and Inle Lake," ujar Ibu Su Mon sambil menyebut destinasi populer di Myanmar. Dia menyayangkan kenapa aku hanya tinggal seminggu di Myanmar padahal aku mendapat visa turis selama sebulan. Aku hanya tersenyum dan berkata "I hope I have a chance to go here next time". Meski letak pagoda Kabar Aye tepat disebarang jalan namun jalan menuju kesana lumayan jauh karena pagoda itu terletak dalam satu komplek dengan sekolah biksu dan gua biksu. Sebagai bayangan, komplek itu kira-kira sebesar daerah monas. Lumayan kan.
Pertama ibu Su Mon menunjukkan bagunan biasa, katanya bangunan itu merupakan sekolah biksu. Mereka belajar 'mengaji' di bangunan itu. Lalu kami beranjak ke gua biksu. Gua ini merupakan gua buatan yang dibangun dengan cara menggerogoti bukit. Ibu Su Mon menjelaskan bahwa ada pertemuan akbar biksu se Myanmar yang berlangsung setahun sekali. Tempat ini juga digunakan sebagai tempat tes sebelum menjadi biksu yang sesungguhnya.
Sekolah biksu. |
Tempat tes akreditasi biksu. |
Thanaka :p dan pintu masukke gua buatan. |
Ibu Su Mon di tempat tes biksu. |
Selanjutnya aku dan Ibu Su Mon menuju ke pagoda Kabar Aye. Selama Ibu Su Mon berdoa, seperti biasanya aku muter-muter ga jelas lalu foto-foto. Kulihat Ibu Su Mon membeli sticker emas untuk ditempelkan ke patung budha. Iseng, aku ikut bantu nempel-nempelin aja. Lalu kami keluar dari pagoda, cuaca hari itu sangat terik dan ibu Su Mon membawa payung. Kami singgah di kedai teh sebelum melanjutkan perjalanan. Aku membeli dua roti dan teh susu. Ibu Su Mon masih membungkuskanku beberapa roti lagi.
Bagian dalam pagoda Kabar Aye. |
Bagian luar pagoda. |
Menempelkan stiker emas. |
Memilih buku. |
Istirahat di kedai teh. |
Destinasi selanjutnya yaitu Gems Museum. Tapi ternyata museum itu tutup kalau hari Senin. Jadilah kami menuju toko perhiasan disebelahnya. Dari depan saja sudah terlihat eksklusif. Pas masuk dalam tambah semakin mentereng, segala perhiasan dengan macam-macam batuan dipajang disana."Very expensive,"bisik Ibu Su Mon. Aku mengangguk menyetujui. Setelah basa-basi sekedar melihat, kami keluar dari toko itu. Kami menyebrang jalan dan masuk ke toko batu-batuan lain. Bedanya disini tokonya biasa saja tidak sperti toko yang tadi. "Kamu mau yang mana? Pilih saja,"ujar Ibu Su Mon. Aku melirik gelang giok ijo yang cantik tapi ternyata kulihat harganya kalau di rupiahkan sekian ratus ribu. Hiww.... "No, thank you," ujarku menolak. Lalu Ibu Su Mon membeli anting-anting sederhana dari batu giok.
Perjalanan dilanjutkan ke pusat perbelanjaan semacam Carrefour di dekat sana. Ibu Su Mon bilang akan membelikan hadiah untuk anak kecil umur 2 tahun, jadi aku membantu memilihkan baju pink unyu-unyu. Ternyata tekstil di Myanmar kebanyakan made in Thailand. Disana aku juga menemukan banyak kain batik yang dijual mulai yang murah sampai yang agak mahal. "This from your country?" tanya Ibu Su Mon. "Yeah it is," jawabku bangga meski itu batik print yang murah.
Beberapa motif batik print. |
Sebelum kembali ke rumah, Ibu Su Mon masih mampir ke toko kue dan membeli tart keju katanya untuk kumakan di pesawat. Lalu kami kembali ke apartemen dan Ibu Su Mon harus mendaki tangga sampai lantai lima dan membuatnya lumayan kelelahan. Aku mengucapkan terima kasih entah sudah yang keberapa kali dan menurutku itu masih belum cukup untuk membalas semua kebaikan keluarga Su Mon.
Aku kembali ke kamar dan packing semua barang-barangku. Pesawat Yangon-Bangkok akan berangkat jam 19:00 dan aku akan berangkat dari sini sekitar jam 17:00. Aku merenungkan semua yang terjadi selama lebih dari seminggu ini. Ini adalah trip paling safe yang pernah kualami. Jarang nyasar, tidak pernah ditipu, dan semuanya berjalan mulus meski aku tidak mempersiapkan dengan matang. Aku sangat berterima kasih pada orang yang membantuku di Myanmar: Su Mon, Ibu Su Mon, Yan Naing, Aung, dan semua penduduk Myanmar yang ramah. Aku berharap bisa membalas kebaikan mereka di lain waktu.
Ibu Su Mon dan Su Mon mengantarkanku naik taksi. Aku bertemu dengan Kakek tua yang dulu membantuku menemukan rumah Su Mon. "Halo," sapaku ke Kakek tua tersebut sambil tersenyum dan dia membalas senyuman sambil bicara yang aku tak mengerti. "Dia pikir dulu kamu tidak bisa bicara," kata Su Mon menerjemahkan perkataan kakek tua itu. Aku hanya terbahak dan teringat bahwa dulu aku mengandalkan bahasa tubuh sampai lupa bicara.
Pemandangan pagoda Kabar Aye dari apartemen Su Mon. |
"Don't forget to visit my country," ujarku pada Su Mon sebelum masuk ke taksi. Tanpa diduga Ibu Su Mon membayar taksi yang tidak snaggup kutolak. "Thank you again," ujarku. Lalu taksi melaju di jalanan Yangon. Aku menikmati setiap detik pemandangan dari luar jendela taksi. Jalanan yang mirip dengan Indonesia penuh pohon di trotoarnya.
"Where is your Thailand Visa," ujar petugas AirAsia. "I don't have visa and I don't need visa," ujarku, sumpah petugas iki cari masalah. Memang visa studentku sudah habis tapi kan aku masih bisa pakai visa turis untuk masuk Thailand. Aku mengingat kejadian sebelum ke Myanmar, memang aku sempat overstay di Thailand sehari. Tapi jika overstay kurang dari 24 jam tidak dikenakan denda apa-apa. Jika lebih dari 24 jam baru didenda 500 baht/ hari. Masa gara-gara itu aku ditolak masuk Thailand. Aku masih ngotot kalau aku tak butuh visa ke Thailand dan aku hanya di Thailand seminggu sebelum kembali ke Indonesia tanggal 8 Januari. "Indonesian don't need visa to go Thailand. They can use visa on arrival," ujar salah satu pria berambut pirang yang antri dibelakangku. Tuh kan, petugas bandara kok ga paham per-visa-an, ujarku dalam hati.
Perjalanan Yangon-Bangkok hanya memakan waktu 1 jam dan pesawat Air Asia yang kutumpangi mendarat di bandara Don Mueang sekitar jam 8 malam. Akhirnya aku tiba juga di Bangkok. Kuhirup dalam-dalam udara di Bangkok. Thailand sudah seperti rumah kedua bagiku. Aku hapal setiap detail bandara Don Muang ini. Aku keluar dari Don Muang dan menuju ke jembatan penyebrangan yang terhubung dengan bandara. Aku berusaha mencegat bis 510 atau 29. Ahh lama,, akhirnya aku naik taksi menuju kampusku AIT.
Sepanjang perjalanan aku chat dengan beberapa orang. "Hi, I am arrived safely in Bangkok. Thank you for everything," tulisku ke facebook Su Mon. "Vik, aku wes sampe Bangkok iki. Kamu dimana?" chatku lewat line ke Vika yang seharusnya sudah berada di asrama AIT. "Mak, aku kemaren ke Myanmar seminggu tapi sekarang udah di Thailand lagi kok," chatku lewat line ke ibuku. Hahaha... aku terkadang tak membicarakan perjalananku dengan ibuku karena takut dia khawatir berlebihan. Biasanya aku bilang seminggu sebelum perjalanan atau setelahnya.
Aku melihat pemandangan jalan yang sangat kuhapal. Mall zeer lalu mall future park lalu Bangkok university. Tak kusangka aku sangat merindukan pemandangan ini. Aku sangat rindu Thailand. Tapi sepertinya aku lebih rindu Indonesia. Aku rindu suara adzan. aku rindu jalanan Surabaya yang rindang. Aku rindu kucing di rumah. Aku rindu penyetan, tempe, rujak, bakso, sate, nasi padang, dan banyak lagi. Aku sangat gembira mengingat bahwa seminggu lagi aku akan pulang ke Indonesia. Welcome home! :)
Posting terakhir edisi Myanmar, Lost in Myanmar (12): Tips & Trik, Budget, dan Itenari, http://elitachoice.blogspot.com/2014/11/lost-in-myanmar-12-tips-trik-itenari.html
Posting terakhir edisi Myanmar, Lost in Myanmar (12): Tips & Trik, Budget, dan Itenari, http://elitachoice.blogspot.com/2014/11/lost-in-myanmar-12-tips-trik-itenari.html
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan dikomen ya... ^^