a choice that change my life

Minggu, 28 Oktober 2012

Pesta Bir dan Susu

Tak kusangka, akhirnya aku bisa melihat apa yang dinamakan bir. Maklum anak alim jadi-jadian sepertiku tidak pernah berdekatan dengan bir , kecuali saat di Bali melihat ada remaja laki-laki minum bir di bilyard.

Hari ketiga field trip, Profesor Kumar mengemukakan ide untuk saling mengenalkan diri di depan umum, saking bosannya duduk di bis berjam-jam. Sembari mengenalkan diri didalam bis, kita diminta untuk talent show. Orang pertama yang dipanggil adalah Fang. Dia teman sekelasku yang lucu dan cantik. Selama field trip berlangsung, dia selalu sekamar denganku. Dia menyanyikan lagu dalam bahasa Thai yang entah apa maksudnya. Lalu, dia diminta untuk menunjuk orang lain untuk talent show berikutnya. "Elita," sahutnya khas dengan penyebutan E seperti A. Sial. Tidaakkk. I hate talent show..Akhirnya ta awur-awur aja nyanyi lagu One Direction "What makes you beautiful" dan Jason Mraz "I'm yours". Jyohh isin, udah ga hapal lagunya, suaraku cempreng.

"Elita, you must join with us this night. Singing together," ujar P-nit (P adalah panggilan untuk senior dalam bahasa Thai), yang juga selalu sekamar denganku selama 2 hari. Malam itu, kita menginap di apartemen daerah Mae Moh, dekat dengan coal power plant dan penambangan batu bara. Seruangan ada dua kamar tidur dan ruang tamu. Satu kamar tidur berisi dua kasur dan kamar mandi. Aku sekamar dengan Fang dan disebelahnya kamar P-Nit dan P-wen. P-Wen dan P-Nit berasal dari bidang lain di jurusan Energy. P-Nit terlihat dewasa dan ceria dan P-wen jenis kakak cantik dan imut.

Setelah mandi dan sebagainya, sekitar jam 9 malam kita (aku, Fang, P-Nit, P-wen) main ke kamar sebelah, kamar anak-anak cowok. Di ruang tamu, ternyata sudah berkumpul beberapa orang. Mungkin sekitar 10 orang lebih. Kami duduk melingkar, saling berbincang-bincang. Terkadang mereka lebih sering berbicara bahasa Thailand dan itu membuat aku, Subath (Nepal), dan Aung (Myanmar) berekspresi kosong. Saat mereka berhenti berbicara aku bilang " Do you have subtittle?". Mereka langsung tertawa dan berseru "Oh, we must speak in english. So they can understand,".

Selang beberapa menit. Took memberiku cola, dan beberapa anak mengambil cola dan sprite. Setelah itu mereka mengeluarkan berbotol-botol bir jenis Tequilla. Lebih dari lima botol tequilla dituang kedalam gelas plastik bersama es batu. Oh God, what is it -ujarku dalam hati. Tapi entah kenapa aku tetap bertahan di tempat itu, percaya dan merasa nyaman dengan mereka.

Flashback. Saat pertama kali hidup di Thailand, Cupa mengingatkanku "Hati-hati di Thailand. Aku dengar-dengar disana berbahaya. Hati-hati dengan orang laki-laki juga," ujarnya. Namun aku tidak menemukan tingkat bahaya di lingkungan teman-temanku sejurusan. Mereka sangat menghargai perempuan, bahkan dalam opiniku, mereka lebih sopan daripada teman-temanku di Indonesia. P-M (nama orang) mengantarkanku sampai ke dome, saat kami harus kerja kelompok sampai dini hari. Bahkan pernah aku mau naik taxi gara-gara udah ga kuat begadang tapi P-M langsung menyelesaikan tugasnya dan berkata "I will take you". Jika aku mencari tempat duduk saat di kelas, siapapun akan menggeser kursi jika aku akan duduk disana (seperti laki-laki yang meggeser tempat duduk untuk perempuan saat dinner). Saat akan keluar masuk kelas, siapapun akan menahan pintu untuk perempuan. Gentlemen banget. "Huuu mereka pedekate sama kamu," kata Cupa. Pedekate yak apa, lha mereka juga berlaku gitu untuk semua perempuan =__="

Mereka juga menghargai agamaku. Menanyakan apa yang tak boleh kumakan. Memberi tahu mana yang halal. Memberiku waktu untuk menjalankan ibadahku. Kadang mengingatkanku "Elita, you don't pray?". Padahal saat itu aku sedang menstruasi -,-

Karena sebab musabab diataslah, aku masih merasa nyaman bersoasialisasi dengan mereka. Namun tentu saja aku tetap menjaga jati diriku, agamaku, dan nusa bangsaku (hehe). Kembali ke pesta bir. Mereka memegang gelas bir, ditengahnya terdapat snack. Terkadang kita toss bareng, aku tos dengan colaku :p . Kita bernyanyi-nyanyi diiringi gitar. Bergembira dengan nyanyian.

Saat tengah menyanyi. Pintu ruangan digedor begitu keras. Dok-Dok-Dok. Saat dibuka ternyata Stevan, teman sejurusanku yang berasal dari Indonesia. Woooo I die. Stevan langsung marah-marah ga karuan didepan pintu. Lalu nunjuk-nunjuk aku. "Elita. She's from Indonesia too. Why you so close? and didn't invite me," katanya dengan nada tinggi. "What's wrong with me guys?" tanyanya. Triing wajahku pucet. Aku ga ngerti apa-apa lha.

Anak-anak laki-laki langsung menangani Stevan dan berbicara baik-baik dengan stevan di luar ruangan. Aku  yang masih di dalam ruangan hanya bisa diam. Saat aku sudah bisa berpikir (biasanya ga pernah mikir), aku bilang "Ok. Let me talk with Stevan,". "No. Elita stays here. It isn't your fault. Let's them solve the problem," kata P-wen dan beberapa teman lain. Namun tetap saja aku keluar dari ruangan berniat menemui Stevan. Tapi aku tidak bicara sepatah katapun. Aku menunggu Stevan melakukan diskusi ngotot bersama teman-teman Thailand. Lalu mereka berpelukan (bukan homo), artinya kesepakatan telah dicapai.

"Udah ta stev? ayo ngomong sama aku kebawah," ujarku, saat itu posisinya di apartemen lantai 3. Lalu aku membeli susu dan menyerahkannya pada stevan. Jam 11 malam, diskusi sambil minum susu bendera. "Mereka itu ga mau diajak kerjasama. Diskusi sendiri pakai bahasanya. Kadang nyembunyikan ilmunya," celoteh Stevan. "Kok mereka mau ngajarin aku ya," bantahku polos. "Iya. Kamu lak an. Apalagi kamu deket dengan Fang," kata middle manager di perusahaanya ini. Bla bla bla [Sensor pembicaraan]. Perbincangan berakhir setengah jam kemudian tanpa hasil yang jelas.

Aku berjalan kembali ke ruangan anak-anak yang melanjutkan pestanya. Kulihat 1 missed call dari Fang. Saat aku sampai di ruangan, mereka menantiku dengan wajah cemas. "I'm safe," ujarku bercanda. Lalu aku meminta kunci kamar ke Fang. "I to want sleep," ujarku. Saat itu kepalaku rasanya pusing dan berat.

Teman-teman tetap melanjutkan pestanya dan aku gelundungan dengan nyaman di tempat tidur. Aku merasa pusing namun tidak bisa tidur. Sekitar jam setengah satu pagi, Fang masuk ke kamar. Dia melihatku "Elita, you didn't sleep?" tanyanya. "No. I feel dizzy," kataku. Aku pikir karena menghirup bau alkohol, jelasku. Kamu mencicipi alkohol? tanya Fang. Tentu saja tidak, jawabku. Lalu dia tertawa, aku tertawa. Aku cupu seru, baru seruangan sama bir saja sudah pusing.

"Are you drank?" tanyaku pada Fang. "A little bit. Take care of me," jawab Fang. Tapi esoknya, malah Fang yang membangunkanku. Haha parah...



Hari keempat, kita mengunjungi Mae Moh Power Plant dan penambangan batu bara terbuka. Aku menikmati waktuku di sana. Melihat taman indah bekas tambang batu bara. Mempelajari seluk beluk power plant. Bermain seluncuran di bukit. Berbincang dengan teman-teman di bis.

Malamnya kita menginap di Nakhon Sawan. "Do you want to join party this night?" tanya P-Nit. "Alcohol again?," balasku histeris. "No, milk party," jawabnya. Ok, aku seneng-seneng aja kalau susu. Aku suka minum susu, 4 sehat 5 sempurna. Malam itu, kita juga merayakan ulang tahun P-wen dengan membeli kue tart.

Kami berkumpul di kamar Kanoon. Minum susu dan makan kue tart bersama. Lalu bermain kartu, ternyata permainan kartunya tak jauh beda dengan di Indonesia. Kita bermain tuyul-tuyulan atau setan-setanan. Gara-gara kue tart nya masih banyak, akhirnya diputuskan siapa saja yang kalah wajib memakan sepotong tart. Rasanya lucu melihat teman-teman melotot sambil memakannya kareana sudah enek. Untungnya aku tak pernah kalah sekalipun. Permainan kartu berakhir saat potongan kue tart habis.

Pesta bir dan susu. Pertemanan. Kegembiraan. Perselisihan. Toleransi. Semuanya melebur selama lima hari field trip.

1 komentar:

  1. Baru liat blog mu, pas pengen baca malah kebaca yang ini....
    bahasanya enak, mengalir aja..

    teruntuk middle manager,,, Yang sabar..!!! harap dimaklumi,.
    karena pesan yang sama juga banyak disampaikan oleh teman temannya ke saya...

    BalasHapus

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena