Itenary-ku di hari kedua ini adalah jalan-jalan disekitar Pattaya dan Koh Lan. Pagi hari, aku menyusuri sepanjang pantai Jomtien yang hanya sepelemparan batu dari hostelku. Pantai Jomtien ini mengingatkanku akan pantai Kuta Bali yang disepanjang tepi pantainya berjajar hotel, bar, dan toko. Aku menyusuri sepanjang pantai berpasir kuning ini. Sesekali berhenti untuk memandang bule-bule gendut berjemur, menuliskan kalimat di pasir pantai ala remaja alay, dan melempar-lempar batu ke air. Tujuan utamaku pagi itu adalah mencari sarapan sambil menikmati semilir angin pantai. Jam menunjukkan pukul 7.30 pagi,lapak-lapak di pinggir pantai baru saja ditata. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli sesuatu di 7eleven: kripik,biskuit, dan yoghurt. Yahh hitung-hitung berhemat setelah hedon makan enak-enak di hari sebelumnya.
Menulis kalimat di pasir pantai Jomtien,semacam anak alay. |
Aku memakan jajananku sambil duduk sendirian di batuan pantai Jomtien. Enaknya jalan-jalan sendirian itu ga ada yang mintain jajan kita (ih pelit :p), bebas menentukan kemana dan kapan, dan menikmati segala sesuatu dengan lebih detail. Ga enaknya ga ada yang kasi kita jajan, ga ada teman ngobrol, ga bisa foto narsis, dan ga ada yang disuruh-suruh nanya kalau kita tersesat. Saat itu, aku berharap bisa menemukan kenalan baru untuk perjalananku. Doaku langsung terkabul, anjing hitam dari kejauhan tampak mendekatiku dan berusaha mengendus jajananku. Kontan saja aku yang phobia sama anjing jelek langsung berdiri, berjalan menjauh pelan-pelan, lalu lariiiii...... biar rada cool, larinya macak lagi joging ala bule di pinggir pantai bedanya sambil bawa kresek jajan 7eleven.
Aku kembali ke hostel dan mengemasi barang-barangku. Cewek Prancis yang sekamar denganku masih tampak tertidur lelap. Aku check out dari hostel menuju ke pinggir jalan dan mencegat songthew. Pantai Jomtien ini letaknya disebelah pantai Pattaya yang tersohor, jadi aku harus naik songthew untuk menuju ke Balihai yang terletak di sepanjang pantai Pattaya. Balihai adalah pelabuhan kecil tempat bersandarnya kapal-kapal menuju Koh Lan yaitu Pulau Koh yang terletak didekat Pattaya. Biaya songthew seharusnya cuma 20 Baht, tapi entah kenapa saya dipaksa bayar 50 Baht T.T huuu,yah mungkin juga gara-gara aku naik dari ujung ke ujung.
Sesampai di Balihai,aku celingak celinguk dan mengikuti arus turis bule naik kapal. Benar saja, kapal tersebut menuju Koh Lan. 30 Baht untuk sekali jalan, namun harus menunggu kapal penuh dengan penumpang biasanya sekitar sejam. Kapal ini tersedia setiap jam mulai jam 07.00 sampai 17.00 dari Pattaya ke Koh Lan dan sebaliknya. Kalau lagi kaya,ingin eksklusif dan cepat,bisa sewa speed boat yang harganya berkalilipat. Seniorku yang pernah merasakan naik speed boat harus membayar 500 Baht untuk PP Pattaya-Kohlan. Setelah menunggu sejam, akhirnya kapal itu penuh juga dengan turis yang kebanyakan berbahasa "Je, vous, tous, nous" ini. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam. Semilir angin laut membuatku mengantuk pol-polan.
Pattaya dari kapal yang sedang melaju |
Aku turun di pelabuhan Naban Pier di Koh Lan. Tempat itu merupakan pelabuhan kecil biasa dan banyak penduduk yang berprofesi sebagai ojek. Awalnya mereka berbicara bahasa Thai denganku "was wes wos.." mboh opo. Dengan nyengir aku bilang "Pu thai mai chai" yang artinya saya tidak berbicara bahasa Thailand. Lalu mereka ganti bicara bahasa Inggris. Kalau menurut opini temanku yang Thailand, lebih baik mengucapkan "I don't know" daripada "Pu thai mai chai". Namun menurutku jika aku berbicara seperti itu, mereka akan lebih interest karena aku berusaha mengucapkan bahasa mereka.
Aku ditawari untuk menyewa motor, sehari penuh: 200 Baht. Memang, Koh Lan ini memiliki total enam pantai dan sedikit berjauhan. Semuanya bisa dijangkau dengan sepeda motor. Setelah berpikir pendek,akhirnya aku memilih naik ojek daripada sewa sepeda motor.Pertimbangannya: 1. Aku sudah 2 bulan tidak nyetir sepeda motor 2. Ga punya sim lokal (apalagi sim internasional) 3. Ga tau medan 4. Lebih murah jika aku hanya ingin mengunjungi beberapa pantai.
Aku diantarkan oleh Kun ojek yang menyetir sepeda motor vario. Tujuanku adalah Pantai Tawaen, 40 baht dari Naban Pier. Kun nya nanya-nanya aku darimana, awalnya nebak Philiphine, lalu Malaysia, ternyata aku bilang Indonesia =_=. Lalu dia kaget kok bisa-bisanya aku mbolang sendirian sampai situ. Tampangku yang (seperti) masih muda dengan kerudung ini menarik perhatian Bapak-bapak ojek yang lain saat turun di parkiran Pantai Tawaen. Isok kabeh nyapa "swadhicrab". Aku senyam senyum ae, saat berlalu aku dengar Bapak ojek itu bilang "Indo na".Ngiikk....ternyata cewek kecil berkerudung kalau mbolang sendirian itu menarik perhatian karena orang-orang pada mikir "Nih anak mana orangtuanya".
Turis di Pantai Tawaen |
Ternyata Pantai Tawaen begitu indah. Airnya berwarna bening berwarna hijau toska. Pasirnya berwarna putih dan sangat halus. Itu adalah pasir terhalus yang pernah kurasakan. Langsung saja kulepas sandalku, kujinjing celanaku, dan mencelupkan 1/7 kakiku ke air laut nan bening. Aku senyum-senyum sendiri karena bahagia bisa berada ditempat seindah itu. Bisa jadi aku adalah orang teraneh di pantai yang sedang ramai itu. Kebanayakan orang mengenakan bikini, aku malah menganakan baju lengan panjang lengkap dengan kerudung berwarna merah menyala dengan tas ransel kotak-kotak ungu dan kamera pocket warna merah. Kebanyakan orang berenag, berjemur,bermain air atau pasir, aku malah celap celup dengan pakaian lengkap sambil mengambil jeprat jepret sana sini.
Indahnya pantai Tawaen |
Sedih, tak ada fotoku di kameraku. Aku menyapa Bapak yang kelihatan nganggur."Excuse me, can you help me to take photo of me?" tanyaku sopan sambil menyodorkan kamera. Ehh Bapak itu tak manatapku, malah memandang ke arah kejauhan dengan pandangan kosong lalu meninggalkanku. Whatt??!!! zzzzz,,, sakit hati. Akhirnya aku meninggalkan pantai dan mencari tempat teduh di pinggir pantai sambil makan keripik kentang. Aku melihat didepanku ada ibu-ibu, akhirnya kutanyakan pertanyaan yang sama. Untung saja Ibu itu bisa bahasa Inggris dan memfotokanku yang mbolang sendirian itu. Sayangnya fotonya gelap >_< akhirnya kucari tempat yang agak tinggi, kulihat keadaan sekitar: Aman, sahutku dalam hati. Aku meletakkan kameraku yang sudah ku timer dan cheese!! klik klik. Ini adalah pengambilan foto termelas sepanjang hidupku.
Foto termelas sepanjang perjalananku. |
Setelah cukup menikmati Pantai Tawaen, aku menuju ke Pantai Samae diantarkan Bapak Ojek dengan tarif 40 Baht. Pantai ini lebih sepi daripada Pantai Tawaen yang merupakan pantai utama di Koh Lan. Namun pantai ini lebih menarik bagiku, kenapa? Karena adanya bangunan yang menggunakan sumber energi matahari: Photovoltaic yang dipasang diatapnya (dasar engineer!). Pasir di Pantai Samae lebih kasar,lumayanlah buat terapi kaki.
Bagunan dengan PV di Pantai Samae (ujung). |
Destinasi selanjutnya adalah Pantai Naul yang ternyata bayar ojeknya 100 Baht karena harus jalan memutar. Katanya sih ini pantai monyet. Tapi karena mahal, aku tanya pantai yang lain yang lebih dekat yaitu Pantai Tien, 20 Baht. hoho... langsung saja "Oke Kun, Tien Beach". Tapi aku minta diberhentikan di titik yang agak tinggi untuk mengambil foto "1 million baht," canda Kun ojeknya. "Mai chai," sahutkuberkata tidak dalam bahasa Thai. Kunnya kaget kok aku bisa bahasa Thailand dikit-dikit, beh dikiranya aku turis tersesat pada umumnya. Akhirnya aku bilang kalau lagi sekolah exchange di Thailand,Kun ojeknya seneng saat aku bilang "Kha phon kha, tammay,alayna,chai, maichai," dan lain-lain dalam bahasa Thailand.
Pantai Tien ini sedikit tersembunyi namun lebih ke barat-baratan. Masa isinya bule yang lagi berjemur. Di pinggir pantai terdapat stand-stand yang menjual bir. Sama seperti Pantai Samae,pantai ini berpasir keras dengan air yang jernih. Disini aku hanya jalan muter-muter di pantai lalu memutuskan untuk kembali karena kepanasan. Sebenarnya aku ingin mengintari semua pantai di Koh Lan, tapi apa daya tenaga dan uang terbatas. Jam menunjukkan hampir pukul 2 siang, aku naik ojek kembali ke Tawaen untuk naik boat ke Pattaya. Kita bisa naik kapal dari Tawaen atau Naban Pier.
Pantai Tien yang tenang. |
Sepanjang perjalanan,aku hanya tertidur ngiler di kapal. Angin yang berhembus, nuansa panas, dan kecapekan membuatku tidur sejenak. Setelah turun dari kapal,sebenarnya aku masih ingin ke Pattaya Hill lagi. Lalu mikir dengan galau karena bingung kesana naik apa,kalau jalan juga pegel dan arahnya berlawanan dengan pantai Pattaya. Okeh next time.Aku memilih jalan kaki menuju Pantai Pattaya.
Setelah beralan kaki selama 15 menit,aku melihat plang pantai Pattaya. Saat aku melongok ke pantainya....lha ngene thok, pikirku. Sumpah elek, bagusan pantai Jomtien atau lebih jauh lagi pantai-pantai di Koh Lan. Fantasiku tentang pantai Pattaya terkenal yang fotonya pernah kulihat di note ibuku, yang selalu diceritakan ibuku meski beliau belum pernah kesana, langsung drop. Ternyata Pantai Pattaya "begini saja". Pasirnya berwarna kuning pucat mendekati tua, airnya keruh,dan yang terlihat ditepinya bagunan-bangunan.
Aku melanjutkan jalan kaki menuju soi 8, disanalah pangkalan van untuk tujuan Rangsit, begitu kata penjaga Jomtien Hostel saat kutanyai pagi tadi. Enak-enaknya menikmati kesendirian tiba-tiba ada angin kencang dan hujan. Untung saja aku membawa payung, kesulitannya adalah mempertahankan payung agar tidak terbalik karena hempasan angin.Aku terus berjalan melewati Pattaya walking street. Disinilah pusat hiburan malam. Bar dan tempat tak jelas bertuliskan "A go go" berjajar sepanjang jalan. Secara terbuka, mereka juga memajang gambar wanita/pria yang memakai pakaian "mini". Alhamdulillah aku kesini sendirian pas siang-siang. Kalau kesini pas malam, entahlah.
Jalanan di Pattaya walking street, penuh dengan tempat hiburan malam. |
Nyari pangkalan van aja sampai kudu semaput,sudah jalannya jauh dan ga tau tempatnya. Tempat itu berhasil kutemukan setelah nanya ke empat orang dan naik songthew. Aku kembali dari Pattaya jam 4 sore. Sepanjang perjalanan menuju Rangsit, aku hanya tertidur dengan bajuku yang basah kuyup terkena hujan.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan dikomen ya... ^^