a choice that change my life

Rabu, 27 Februari 2013

Cool Chiang Mai II: Kemping di Titik Tertinggi Thailand

Hari kedua di Chiang Mai. Pagi hari diawali dengan mengusung barang-barang ke dalam mobil Ford,separuh mobil dan separuh pick up. Hari ini kami akan menuju Taman Nasional Doi Inthanon untuk berjalan-jalan dan bermalam disana. Kami diantar oleh P-First dan ayah P-First (kha phon kha) dengan dua mobil, satu disetir P-First dan yang lain, ayahnya P-First. Perjalanan ke Doi Inthanon memakan waktu sekitar 2 jam dari  kota Chiang Mai.

Areal perkemahan Doi Inthanon (model: Elita :P )

Areal taman nasional Doi Inthanon ditandai dengan hutan lebat di kanan kiri dan jalan yang berbukit. Jujukan pertama adalah kompleks perkemahan Doi Inthanon. Kami menyewa tenda dari kantor pusatnya, per orang membayar 150 Baht untuk sewa tenda dan perlengkapannya: kasur lipat, kantong tidur, dan bantal. Ternyata tendanya sudah dipasang di area perkemahan, jadi tinggal huni dan menata barang-barang. Suasana  perkemahan di Doi Inthanon layaknya suasana di Pacet dengan ratusan pohon cemara yang menjulang tinggi. Disini suhunya sekitar 20-25 derajat celcius. Ini adalah dingin bagiku, perempuan yang selama ini tinggal di dekat garis khatulistiwa.

Grup foto di titik tertinggi Thailand.
Bukti kongkrit pernah ke Chiang Mai XD

Setelah menata barang bawaan di tenda, kami menuju ke titik tertinggi di Thailand. Tara.... Selamat saya telah berada di 25.653.341 meter dari permukaan laut, titik tertinggi di Thailand. Memang Thailand tidak memiliki gunung berapi layaknya Indonesia, disini puncak tertinggi hanyalah dataran tinggi dan bisa dicapai dengan mudah. Lumayanlah sudah menaklukan titik tertinggi di luar negeri :p. Aku paling tidak tahan dengan suhu disini yaitu mencapai 14 derajat celcius. Tangan kananku sampai kaku kedinginan karena memegang kamera, sedangkan tangan kiriku kuamankan ke saku jaket. Saat kulihat ada toko yang menjual sarung tangan, tanpa pikir panjang langsung kubeli dan kupakai. Rasanya tanganku sudah seperti es dan aku megigil kedinginan. "Elita, you are wear this and this but still feel cold," ujar Fang menunjuk jaketku, kerudungku, dan bajuku yang berlapis-lapis. "Fang, I am tropical girl and can't stand low temperature" sahutku menyanggah :D.

Pohon di daerah Don Inthanon,

Kami hanya bertahan di daerah titik tertinggi sekitar sejam. Lalu kami menuruni bukit dengan mobil menuju Naphametinidon dan Naphaphonpumisiri yaitu dua stupa yang terletak di jalan utama Taman Nasional Doi Inthanon. Dua stupa ini berwujud bangunan yang bersebrangan.

Stupa  Naphamethinidon.
On the main road to the summit of Doi Inthanon stand the two Chedis against each other; one called Naphamethinidon (นภเมทินีดล), meaning 'by the strength of the land and air', and the other, Naphaphonphumisiri (นภพลภูมิสิริ), meaning 'being the strength of the air and the grace of the land'. These temples were built to honour the 60th birthday anniversary of King Bhumibol Adulyadej in 1987, and the 60th birthday anniversary of Queen Sirikit in 1992, respectively. Sumber: wikipedia

Jadi dua stupa ini, yang Naphametinidon dibangun untuk raja dan Naphaphonpumisiri untuk ratu. Bangunan ini dibangun di tempat yang tinggi, bahkan disediakan eskalator untuk naik sampai puncak. Pemandangan yang terlihat dari bangunan stupa adalah semacam ngeri luar biasa. Langit biru, awan putih, membentang indah lukisan yang kuasa (ehh malah nyanyi lagu Balon Udara-Sherina). Pemandangan langit biru cerah di bingkai bawahnya oleh perbukitan yang bertumpuk-tumpuk. Benar-benar pemandangan khas lukisan anak TK setelah bosan melukis dua gunung, yaitu melukis gunung bertumpuk-tumpuk.

Pemandangan dari atas stupa.

Foto di taman Naphonpumisiri.

Bunga kol ungu.

Hal yang membuatku takjub adalah taman yang melingkari bangunan stupa. Taman tersebut berisi tanaman indah yang dibentuk sedimikian rupa sehingga membuat kita takjub. Aku menemukan tumbuhan yang belum pernah kulihat seperti bunga kubis warna ungu dan pink, rumput wangi, dan bunga-bunga yang aku sendiri tidak tahu namanya. Huwa pemandangan disini benar-benar indah!! Recomended tourist destination kalau wisata di Chiang Mai!!

Stupa, tampak dekat.

Taman di dekat stupa (model: P-Eak)

Hari menjelang sore, kami kembali menuju ke perkemahan. Kami mempersiapkan tungku untuk memasak. "What I can help? But I can't touch pork," ujarku ke P-Eak yang sedang sibuk mengiris dan menusuk berbagai macam jenis daging. "Oh no pork here, only fish, chicken, and beef," balasnya. Hehehe...aku tersenyum dalam hati karena bisa makan sepuasnya. Kalau sudah begini ini, estimasi daging ayam dan sapi adalah halal (jangan ditiru saudara-saudara). Lha gimana lagi sudah kelaparan dan juga teman-temanku Thailand tahu kalau aku tidak bisa memakan babi. Padahal babi merupakan salah satu makanan utama di Thailand.

Ternyata mereka membeli daging buanyak: 3kg daging ayam potong, 3kg daging sapi yang telah dibumbui, sebungkus besar sosis ayam, sebungkus besar sosis ikan, dan sebungkus besar ikan kering. Itu belum termasuk camilan lain seperti rumput laut, kentang goreng, dan macam-macam snack. Buset. Aku membantu sebisaku memotong daging, mengipasi tungku, membuat sambel, dan makan tentunya. Ini adalah pesta berbeque pertamaku. Kami makan, gitaran, bernyanyi, memasak pada saat yang bersamaan. Suhu yang semakin rendah tak diharaukan. Tiba-tiba saja Kanoon berkata "Elita, see" sambil bernafas panjang dan keluar uap layaknya film korea pas musim salju. Wow...lalu aku bermain-main dengan nafasku sendiri. Nernafas-lepaskan-lihat uap berulang kali. Estimasi suhu saat itu sekitar 8-11 derajat celcius.

Pesta barbeque. di perkemahan
Sebenarnya aku paling tidak tahan dengan suhu yang dingin karena tidak terbiasa. Saat itu rasanya seluruh tubuhku membeku dan hidungku mbeler. Aku tidak menyentuh air kecuali saat wudhu, bodoh amat sama mandi sore. Sapa coba yang mau mandi air es? "I want to take a bath," kata Fang. "Really? This is too cold. you are not drunk, right?," kataku memastikan. Saat itu jam menunjukkan pukul 9 malam dan Fang memang meminum alkohol Heineken 0%. Ternyata dia benar-benar mandi. Saluut...

Menjelang tengah malam, kami berjalan-jalan disekitar perkemahan. Terlihat deretan perkebunan yang diterangi oleh lampuneon kuning. Benar-benar indah,,, Apalagi katanya malam ini akan ada hujan meteor. "Fang, wake me up when you will see meteor. I am feeling asleep," pintaku. Lalu aku meringkuk kedinginan di dalam kantong tidur. Ternyata Fang juga merasa mengantuk dan tidur didalam tenda bersamaku. Pagi itu, semua orang melihat hujan meteor kecuali aku dan Fang.

1 komentar:

  1. Gadis pemberani..... Jelajahi terus setiap pelosok bumi.... dan berbagilah secuil cerita dari segudang kenikmatan hasil penjelajahanmu.... Walau kami tak banyak komentar... Tapi yakinlah bahwa Blogmu ini ramee yg baca....

    BalasHapus

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena