a choice that change my life

Jumat, 14 November 2014

Bangkok Marathon (1): Menantang Diri

Break the limit!! Berbagai alasan mendorongku untuk memecahkan rekor dalam berlari jarak jauh dan mengikuti Bangkok marathon. Pertama, gara-gara kesengsem sama wajah Nickhun yang (baru kusadari) ganteng di film Thailand Love at 4 size. Kedua, aku bosan dengan rutinitas. Ketiga, aku suka lari jauh tapi malas. Keempat, aku tambah gendut. Disamping keempat alasan absurd itu, aku ingin memecahkan rekorku sendiri. Menantang tubuhku untuk menyelesaikan misi setengah impossible: Berlari 21 km dalam waktu kurang dari tiga jam.

Macak olahraga padahal bersantai habis jajan es bubble di kantin kampus Thammasat.
Well, sebenarnya marathon ini kuikuti setahun lalu. Agak merasa bersalah juga telah meninggalkan blog ini hampir setahun waktu aku sedang extend study. Padahal saat itu banyak kegiatan gila yang kulakukan. Singkat kata, saat ini aku sedang membayar kesalahan saat itu.

Ditinggal lebih dari separuh teman seperjuangan study itu membuatku gila. Bagaimana tidak, aku melihat mereka lulus dan meninggalkan Thailand satu persatu sedangkan aku masih harus mengerjakan thesis. Suatu hari di bulan Agustus 2014, aku melihat film Thailand, Love at 4 size yang diperankan oleh Nickhun. Ceritanya si Nickhun ini berperan sebagai atlet lari dan bertemu janda yang baru ditinggal mati suaminya. Lupakan soal janda, mereka akhirnya mendaftarkan diri untuk ikut Bangkok Marathon. Di film itu ditunjukkan betapa susahnya memecahkan rekor sendiri dan menantang diri untuk berlari sejauh 42 km. Ikut marathon bukan hal yang instant dan mudah karena sebelumnya harus di training dulu agar tubuh siap berlari jauh. Banyak orang yang berhenti ditengah jalan dan yang lainnya mencapai finish dengan wajah gembira. Aku berpikir saat itu marathon adalah tantangan tingkat tinggi untuk diri sendiri.

Olahraga tapi bawa kamera. Modus x_x

Aku memutuskan ikut Bangkok Marathon yang digelar pada November 2013 bertepatan dengan loy krathong- festival bulan purnama untuk menghormati dewa air di Thailand. Ini adalah kali pertama aku mendaftar marathon. Terdapat beberapa pilihan jarak: fun run (5 km), mini marathon (10km), half marathon (21 km), dan full marathon (42 km). Tak tanggung-tanggung, aku memilih untuk ikut half marathon. Padahal saat itu aku belum pernah lari jarak jauh. Pikiranku cuma Pin the target first, God will show the way. Tapi aku juga realistis untuk tidak memilih full marathon yang jaraknya lebih dari perjalanan Gresik-Surabaya.

Aku menghasut semua teman terdekatku untuk ikut marathon. Sani- Gak lah. Tooba- Ok ok tapi akhirnya batal juga. Fang- Ok tapi ternyata dia ada kegiatan lain pas tanggal itu. Akhirnya aku mendapatkan dua mangsa untuk menemaniku Bangkok Marathon yaitu Vika dan Bang Asrul. Vika, dia dasarnya seperti aku yaitu menyukai tantangan gila. Bang Asrul sudah kuduga akan join marathon ini karena dia adalah atlet sepak bola dan pernah mengikuti marathon. Asiknya lagi kami bertiga bisa menggunakan kartu pelajar untuk mendapatkan harga peserta lokal Thai yaitu sekitar 500 baht dari harga peserta internasional yaitu 1200 baht.

Awalnya aku hanya latihan lari secara acak tanpa jadwal dikarenakan thesis juga menunggu untuk dikerjakan (hasya alasan). Dua bulan sebelum marathon aku malah menyadari kalau berat tubuhku naik sekitar 3kg. Oh No! Gaya hidupku juga tidak sehat karena aku mengerjakan thesis malam hari start jam 7 malam sampai 4 pagi. Sedangkan di pagi hari sampai siang aku malah tidur. Aku menyadari gaya hidup ala mahasiswa extend ini semakin tidak sehat.

Aku coba search di google dan menemukan training untuk marathon. Ternyata training marathon tidak bisa dilakukan secara asal dan sembarangan. Ada cara training Hal Higdon. Berikut ini linknya: http://www.halhigdon.com/training/51131/Half-Marathon-Novice-1-Training-Program. Disana terdapat jadwal training marathon yang disusun selama 3 bulan sebelum hari-H. Lari tak harus dilakukan tiap hari. Dalam seminggu, ada sehari untuk letihan kekuatan (sit up, push up, skipping), tiga hari untuk lari santai, sehari untuk olahraga lain (berenang, tenis, voli, yang tidak fokus pada lari), sehari untuk istirahat dan sehari untuk lari jarak jauh. Begitu seterusnya latihannya sampai jarak lari jauh setiap minggunya bertambah.

Aku berusaha mengikuti program latihan seperti jadwal Hal Higdon. Aku juga mengajak Sani dan Umi untuk jogging tiap sore dengan alasan "Kita lo gendut. Ayo jogging!". Terkadang mereka hanya kuminta menunggu di ujung lapangan dan menghitung waktu lariku dengan stop watch karena capek melihat gaya lariku. Terkadang mereka juga jalan-jalan naik sepeda sedangkan aku lari. Aku bisa keliling tiga kali lapangan bola (sekitar 3km) dalam waktu sekitar 30 menit. Aku juga bisa mengatur nafasku untuk berlari jarak jauh tanpa capek.

Latihan lari dan yang lain bersepeda.
Bersantai di kolam Thammasat.

Puncak latihan lariku adalah saat mengikuti mini marathon di kampusku-AIT. Jangan tanya, jelas aku kalah cepat dan kuat dibanding dengan perempuan atlet nan perkasa dari negara-negara lain. Tapi aku menjadi perempuan Indonesia pertama yang mencapai garis finish dan hampir masuk ke dalam 20 besar finisher perempuan.

Aku memiliki kebiasaan mencoret kegiatan yang sudah diselesaikan sesuai jadwal training Hal Higdon. Suatu hari, seperti biasa aku mencoret jadwal latihan lari 30 menit sperti jadwal. Sani yang melihat hal itu berkomentar "Daripada bikin jadwal gitu mendingan bikin jadwal thesis". Ohh thesis hallo, how are you today? (ekspresi senyum getir).


0 comments:

Posting Komentar

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena