a choice that change my life

Sabtu, 15 November 2014

Bangkok Marathon (2): Setengah Mati Berlari

Setengah mati aku berlari saat itu. Ingin berhenti saja rasanya tapi entah mengapa kaki ini terus melangkah secara otomatis. Garis finish kurang dari 200 meter lagi tapi sudah mau pingsan dan muntah. Setengah sadar, aku bisa menyelesaikan half marathon pertamaku. Sangat puas rasanya bisa menantang diriku sampai sejauh ini. Yah meski setelah itu tidak bisa berjalan selama dua hari sampai memanggil tukang pijat Thai Massage.

Wajah gembira Aku, Bang Asrul dan Vika.

H-2 hari Half marathon pertamaku, aku dan Vika menukarkan bukti pembayaran online dengan race pack. Tooba dan Ayu juga ikut mengantarkan kami berdua, niatnya setelah ambil race pack kami akan jalan-jalan ke Asiatique untuk menikmati festival Loy Krathong. Menuju ke tempat pengambilan race pack di gedung militer Thailand bukan hal yang mudah pasalnya saat itu banyak terjadi demontrasi di sekitar Bangkok untuk menggulingkan Perdana Mentri Yingluck Shiwatra.

Kami harus naik taksi dari Anuswari dan terjebak di taksi selama sejam karena banyak jalan yang ditutup oleh demontran. Selama itu pula Vika yang duduk di depan menemani supir taksi berbincang dalam bahasa Thai. "Ngomong opo sih vik?" tanyaku. "Mboh bulek pokoke kha kha aja,"ujar Vika yang telah mendalami bahasa Thai. Kami diturunkan di dekat Ananta Throne Hall karena jalan di daerah sana sudah ditutup dan banyak polisi berjaga. Kami melenggang melewati jalan diseberang barikade pagar beton dan kawat berduri. Setelah sempat nyasar-nyasar akhirnya kami ditunjukkan jalan oleh turis Singapura yang nyasar juga saat jalan-jalan disana. "Running right? That way, many people go to there," ujar turis itu menunjukkan jalan. Si turis Singapura itu niatnya mau ke Siam malah nyasar ke sana, jauh banget dan malah menanyakan BTS (Bus Sky Train) terdekat. Kami bilang bahwa daerah sekitar Ananta Throne Hall memang tak ada BTS atau MRT, lebih baik naik taksi karena jalan banyak yang di tutup.

Kami akhirnya menemukan Gedung Militer dan menukarkan race pack milikku, Vika, dan Bang Asrul yang titip. Aku mengintip isi race pack yang terdiri dari kaos, sticker nomer peserta, medali, dan chip untuk merekam waktu lari. "Wah wes entuk medali berarti ga usah melayu," kata Vika. "Iyo kok aneh sih medali dikasih di awal jadi ga seru," ujarku agak kecewa. Aku membayangkan setelah mencapai finish akan ada yang memberikan medali (efek kebanyakan nonton film). Tapi aku dan Vika tahu bahwa bukan medali yang kami cari melainkan kepuasan batin saat menyelesaikan half marathon esok.

Isi race pack minus medali.

Seperti rencana, kami berempat pergi ke Asiatique untuk merayakan loy krathong. Mungkin sial bagi mereka bertiga karena aku yang tahu jalan dan memaksa mereka berjalan ke pier (pelabuhan kecil) terdekat yang jaraknya sekitar 1-2 km. Aku tahu pier ini saat nyasar bersama Dini beberapa bulan lalu. Namanya Thewet Pier, tepat didekat jembatan Rama 8 dan pemandangan dari sana stunning!! Kami menaiki perahu bebendera oranye dari Thewet ke Asiatique.

Aku, Ayu, Tooba, dan Vika di Thewet Pier.

Jembatan Rama 8.

Asiatique yang merupakan tempat hang out keren di pinggir sungai memfasilitasi perayaan Loy Krathong. Kami berfoto-foto dengan model cantik Thailand. Makan di KFC (biasa banget =_=). Lalu akhirnya melepas sesajen yang dibuat Vika ke sungai. Tujuannya adalah supaya sesajen kembang-kembangan yang dibuat Vika di kelas Thai-nya tadi pagi tidak memenuhi ruangan. Melepas sesajen pun bilang "Bismillah Ya Allah semoga ga dosa" haha.

Foto bersama Nong Thai (ini kayaknya cewek asli).

Vika dan sesajennya.

Tooba dan alat untuk melarung sesajen ke sungai.

Tepat tengah malam tanggal 18 November 2013, aku, Vika, dan Bang Asrul sudah bersiap dengan peralatan tempur berlari. Kami bersepeda ke depan kampus dan memarkir kendaraan. Lalu kami bertiga berjalan ke jalan besar untuk mencegat taksi. Sebenarnya kami bisa saja memesan taksi beberapa jam sebelumnya namun supirnya memasang harga sekitar 600 Baht. Ihh males banget. Akhirnya kami memutuskan untuk mencegat taksi go show. Untungnya ada taksi lewat dan mau mengantar kami ke tempat Bangkok Marathon yaitu tepat di samping Wat Phra Kaew atau Grand Palace. Sebagai informasi, jarak tempuh normal kampus kami ke Grand Palace sekitar 1 jam. Sepanjang perjalanan aku deg-deg an sperti mau ujian defense (padahal pas itu belum defense). Ternyata kami hanya membayar sekitar 350 baht dari kampus ke Grand Palace.

Persiapan sebelum keberangkatan marathon.

Half Marathon dijadwalkan start pukul 03:00 pagi tapi ternyata molor menajadi jam 04:00 pagi. Aku memasang chip di sepatuku dengan erat. Lalu melakukan pemanasan ringan sebelum mulai berlari. Aku juga memastikan volume mp3 player yang kupinjam dari Umi sudah cukup keras untuk membuatku bersemangat. Lagu yang kuisi di Mp3 player pun sudah kuurutkan dan kusesuaikan dengan pace lariku. Isi lagunya yang membuat semangat dan ceria mulai dari Pitbull sampai SNSD. Ada juga lagu Cherry Belle :p untuk memberi jeda istirahat.

Aku, Vika, dan Bang Asrul berada pada baris yang sama dan bergabung dengan para pelari half marathon lainnya. Kuamati sekitarku dan sepertinya hanya aku dan Vika yang berkerudung. Peluit panjang dibunyikan dan DORRR. Para pelari mulai bergerak awalnya berlari kecil lalu kencang. Aku yang tahu ritme pernafasanku berlari-lari kecil dengan santai di awal. Tapi kok dari tadi sudah keselip entah berapa ratus orang. Akhirnya aku menggila dan mulai menaikkan kecepatan lariku. Sial gaya lari cepat memang bukan gayaku. Baru 1 km saja aku sudah ngos-ngosan padahal masih ada 20 km lagi.

Suasana start marthon (doc: Official FB Standard Chartered Thailand).

Aku terpisah dengan Vika dan Bang Asrul. Bang Asrul sudah mendahului di depanku sedangkan Vika dibelakangku. Aku menurunkan kecepatan lariku dan mulai berjalan cepat. Tiba-tiba ada mbah-mbah perempuan menyelipku dari samping.Wuih gengsi dong. Aku melanjutkan berlari dengan lebih cepat. Sial dua belas. Aku baru ingat kalau rute Bangkok Marathon ini dialihkan dari rute awal yang seharusnya melewati banyak landmark Bangkok menjadi rute di jalan tol karena adanya demonstrasi. Masalahnya semua jalan tol di Bangkok menggunakan jalan tol layang dan aku harus berlari menanjak. Aku tak di training untuk jalan menanjak!!Arkhh selama ini aku hanya latihan di jalan datar.

Jalan tol sebagai rute marathon (doc: Official FB Standard Chartered Thailand)

Aku mendapatkan taktik yaitu berjalan saat jalanan mendaki dan berlari dengan gila saat jalanan menurun. Begitu seterusnya sampai di 3 km jalanan mulai normal. Saat itu aku sepertinya sudah menguras segala energiku. Kuingat sebelum marathon aku cuma makan roti dan susu. Arkhh... Kulihat didepan terdapat stand minuman dan balsem. Di half marathon ini disediakan stand minuman/makanan ringan/ balsem setidaknya di tujuh point. Aku mengambil gelas kecil air putih yang disediakan dan meneguknya sambil berjalan cepat. Orang-orang mebuang gelas plastik bekas sembarangan karena tidak mau terpotong waktu. Sedangkan aku mencari tempat sampah dulu -_-.

Air putih yang kuminum menjadi boomerang bagiku. Hausku memang terobati tetapi aku tidak mampu berlari secepat sebelumnya dan aku sudah kehilangan ritme nafasku. Sepertinya tubuhku butuh waktu untuk mengolah air yang kuminum tadi. Aku berjalan lambat sampai km 5. Sudah banyak mbah-mbah yang menyelipku tapi kali ini aku tak peduli karena sudah run out of energy. Aku mencoba menemukan kembali ritme nafas dan lariku.

Kulihat dari arah yang bersebrangan beberapa pelari full marathon terdepan sudah melintas dengan kecepatan tinggi dan orang-orang bertepuk tangan. Sungguh gila! Rute full dan half marathon memang overlap tapi full marathon punya turning point yang lebih jauh yaitu sekitar 10km. Kulihat didepan terdapat stand minuman lagi. Kali ini aku tidak berhenti karena sudah kapok dan tak mau kehilangan ritme nafasku lagi.

Entah sudah berapa km aku lari - jalan - lari- jalan. Aku sudah tak peduli lagi dengan orang-orang yang menyelipku dan aku hanya fokus dengan ritme lariku. Beberapa orang menyapaku dengan bahasa Thai. Mereka pikir aku dari Thailand Selatan karena penampilanku yang berkerudung. Tapi aku senyum sambil bilang "I am Indonesian". Ada juga Bapak yang berteriak "Allahu Akbar" tepat saat menyalipku. Apa-apaan ini? Tapi aku malah merasa bersyukur karena saat itu aku memang sedang down dan menjadi bersemangat lagi karena teriakkan itu.

Aku melihat Bang Asrul di jalan yang berlawanan artinya dia sudah melewati turning point. Aku melambai dan berteriak "Bang!!". "Ayo El putar balik sedikit lagi. Semangat!" ujarnya sambil merapat ke beton setinggi setengah badan yang membatasi jalan ini. Semangatku mulai terpompa lagi dan melanjutkan berlari kali ini dengan ritme yang lebih baik. Turning point berada di sekitar km 8. Aku melewatinya dengan semangat dan terus berlari maju. Kali ini kulihat Vika di jalan yang berlawanan "Vik Su Su!!!" teriakku pada Vika yang artinya semangat dalam bahasa Thai. Aku dan Vika juga sempat 'ces' di perbatasan beton jalan tol ini.

Jalan tol yang dihunakan saat marathon  (doc: Official FB Standard Chartered Thailand).

"Elita?" suara laki-laki disebelahku. Ternyata dia adalah teman sekelasku di AIT yaitu Nachapol. "Hello," kataku. "I heard your voice then I know it is you," katanya. Hehehe ternyata suaraku sebegitu keras dan cemprengnya. Nachapol juga memperkenalkan kakaknya yang berlari disampingnya. "Do you like marathon?" tanyanya. "This is my first marathon,"kataku. Dia berkata bahwa ini marathon ke-x yang telah diikutinya. Saat itu aku sudah tak kuat menyamai cara berlari Nachapol. "I think you run first," kataku sambil melambatkan lari. "Ok. Good luck!" ujarnya sambil berlari bersama kakaknya di depan.

Di km 12 aku sudah tak sanggup lagi berlari dan hanya berjalan. Kali ini aku berhenti di stand minuman dan mengambil air minum dan balsem. Segepok balsem kuoleskan disekitar kakiku yang sudah ditempelin koyo cabe. Aku berjalan lambat setelah minum air karena tak mau kejadian keram perut sebelumnya terulang. Aku berjalan santai sampai akhirnya aku melihat pemandangan didepanku yaitu jembatan Rama 8! Ternyata aku berjalan di atas jembatan indah ini. "You will get blessed when you see sunrise over the Rama 8 bridge," kata Nickhun di film Love at 4 size (efek mengkhayal kebanyakan nonton film). Sunrise apanya! Lha saat itu masih gelap. Aihh...

Berlari di jembatan Rama 8  (doc: Official FB Standard Chartered Thailand).

Aku berjalan cepat sambil menikmati jembatan Rama 8. Beberapa pelari bahkan sempat selfie! Aku melihat didepanku ada fotografer. Gengsi dong kalau difoto pas jalan lunglai sambil melet kelelahan. Aku berlari agak cepat sambil berpose di depan kamera dengan gaya pilih nomer 2. "Narak na" ujar fotografer itu yang artinya "Cute" *blushing. Lalu aku langsung lari dengan kecepatan tinggi melewati jembatan Rama 8.

Jembatan Rama 8  (doc: Official FB Standard Chartered Thailand).
Rute selanjutnya adalah jalanan raya biasa. Sunrise sudah berlalu dan suasana menjadi terang. Saat itu kakiku sudah kram setengah mati. Aku hanya berjalan normal. Ah persetan dengan aturan harus menyelesaikan half marathon kurang dari 3 jam. Sampai ke garis finish saja udah untung. "Hi where are you from?"ujar pria bule (note: bule untuk penggunaan kata orang selain Asia). "I am from Indonesia," jawabku."Do you live in Kuala Lumpur?" tanya bule itu. Zzz bule dodol, Kuala Lumpur kan ibukota Malaysia. "Do you mean Jakarta?? I am student in Thailand and live in Bangkok," jawabku agak dongkol.

Aku mengambil semangka, air putih, dan segepok balsem lagi di stand berikutnya. Saat itu aku sudah putus asa. Kakiku benar-benar kram ditambah lecutan rasa panas dari balsem. Ya Allah rasanya sudah tak kuat. Berat sekali cobaanmu =_= padahal itu keinginanku sendiri. Namun kaki ini masih melangkah secara otomatis. Di stand berikutnya disediakan tisu basah. Tanpa pikir panjang aku mengambil tisu basah itu dan mencelupkan ke dalam air lalu membasuh mukaku. Rasanya? Mukaku jadi panas dan mataku perih karena tanganku bekas balsem. Asem. Beberapa orang kulihat malah mengucurkan air putih ke kepalanya.

Aku sudah melewati km 18 yang artinya perjalananku tinggal 3 km lagi. Ujung dari pagoda Grand Palace sebagai garis akhir sudah terlihat. Saat itu penderitaanku bertambah, setelah kakiku kram gantian perutku kram. Aku hanya berjalan gontai. Rasanya aku sudah ingin pingsan saja dan mengakhiri ini semua. Tapi otakku berkata sebaliknya 'Ayo Elita kamu bisa! Terus lari sampai finish!'. Aku sendiri heran kenapa mbah-mbah bisa berlari bahkan menyelipku sedangkan aku yang masih muda sudah teler.

Kerumunan suporter menyoraki para pelari. Mereka membawa berbagai atribut. Aku berjalan gontai setengah mati melewati mereka. Tiba-tiba ada suporter berekerudung yang menyorakiku "Narak na. Su su!". Semangatku terpompa lagi dan melanjutkan berlari kecil. Didepanku sudah terlihat bangunan Grand Palace, aku hanya tinggal memutarinya dan menuju garis finish.

Hanya tinggal 200 meter dan penderitaanku akan berakhir. Aku berjalan terseok-seok sambil memegang perut bagian kanan yang nyeri. Persis seperti tentara habis kena tembak. Aku terus jalan. Jalan. Jalan. Jalan. Lalu kulihat garis finish. Motivasiku kembali menggebu lagi dan mulai berlari. Bertepatan dengan itu mp3 player memutar lagu J-Rock Ceria. 'Menari dan terus bernyanyi mengikuti irama sang mentari. Tertawa dan selalu ceria berikan arti hidup ini'.

'Yeaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!!!!!(Sorry lebay) aku berhasil menyelesaikan half marathon 21 km!!!! Kulihat catatan waktuku 02:48 (kurang dari waktu 03:00 yang ditetapkan panitia). Semua orang yang berhasil mencapai garis finish adalah pemenang. Pemenang yang berhasil menaklukkan diri sendiri dan memecah keterbatasannya. Akulah pemenang!

Yeeee.........................

Penderitaanku belum berakhir disitu karena aku sempat nyasar 500 meter untuk mencari makanan burger Mc Donald yang dibagikan untuk para pelari. Lumayan habis lari 21 km masih harus jalan nyari makan adalah sesuatu. Ini juga aneh acara sehat tapi makanannya junk food. Bodo ah yang penting makan.

Aku berjalan lunglai mirip orang habis beranak. Aku mencari spot untuk duduk dan menikmati makanku. Akhirnya aku bertemu Vika dan Bang Asrul. Bang Asrul mencapai finish dengan catatan waktu 02:54, lima menit lebih cepat dari aku. Tak disangka Vika juga berhasil menyelesaikan marathonnya dalam waktu 03:01 tepat tiga jam. Luar biasa. Padahal sebelumnya dia sempat ku omelin karena jarang latihan lari.

Wajah teler ngantri massage.

Sani, Ayu, dan Tooba juga datang untuk ke arena lari untuk memberikan selamat. Sani sesuai janjinya dia memberikan bunga saat aku menyelesaikan half marathon ini. Tapi kok kembang plastik? Padahal aku ingin bunga sungguhan :p Aku baru bisa berjalan agak normal setelah di massage selama 5 menit di stand yang disediakan oleh sponsor.

Bangkok Marathon,18 November 2013.

Lucunya setelah acara marathon usai, aku tidur seharian dan tak bisa berjalan dengan normal. Aku bahkan tak sanggup untuk bersepeda meski hanya untuk beli jajan. Aku dan Vika memutuskan memanggil tukang pijat perempuan Thai Massage ke asrama. Tukang pijat disinipun keren dan eksklusif karena datangnya bawa mobil yaris putih dan pakai high heel -_- . Itu pertama kalinya aku mencoba Thai Massage. Setelah dipijat ajaibnya aku bisa jalan dengan normal. Kalu ditanya kapok marathon? Nggak! Mungkin lain kali aku harus mencoba full marathon (backsound: Gila!).


0 comments:

Posting Komentar

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena