a choice that change my life

Jumat, 07 November 2014

Extend Visa ke Laos (1): Nasib Empat Mahasiswa Extend

Masa-masa bulan November dan Desember 2013 adalah masa suram dan kelam bagi kami empat mahasiswa yang sedang extend (red: bahasa normal= molor kuliah). Bulan itu adalah batas penyelesaian thesis atau kami harus extend lagi satu semester kedepan yang tentu akan semakin menyedihkan. Diantara batas kritis hidup mati meneyelesaikan thesis,keadaan diperparah dengan visa student Thailand yang telah habis masanya. "No, we can't extend your student visa again because you will graduate this semester. Please go out from Thailand and back," ujar petugas di bagian pengurusan visa di AIT-kampus kami. Di saat kita bingung thesis malah disuruh keluar dari negara ini. Huffft...

Merayakan Loy Krathong pada bulan November 2013.

Cerita berawal dari beasiswa Fast Trackp dan semua kegagalanku, sehingga takdir membawaku bersekolah di Thailand. Sistemnya satu tahun kuliah di universitas di Indonesia dan satu tahun terakhir kuliah di universitas Thailand. Aku datang ke Thailand bersama lima belas teman lainnya. Waktu berlalu, 5 orang lulus tepat waktu (4 orang wisuda saat intersemester bulan Agustus dan 1 orang short course ke Jepang). Empat orang ujian thesis setelah batas penyerahan nilai intersemester sehingga termasuk kelulusan batch Desember tapi bisa pulang di bulan Agustus/September. Satu orang menghilang. Enam orang sisanya extend dan berjuang menyelesaikan thesis sampai batas waktu Desember. Dua orang dari enam orang yang extend menyelesaikan sidang thesisnya di bulan Oktober. Jadilah tinggal empat mahasiswa yang tersisa dan masih berjuang sampai Desember,mereka adalah aku, Sani, Umi, dan Faishal.

Menjadi mahasiswa juru kunci menyiksa tapi harus dinikmati. Menyiksa sekali karena melihat teman-teman seperjuanganku sudah berhasil menyelesaikan gelar masternya dan mengantarkan mereka pulang, satu persatu. Keterbatasan finansial juga membuatku, Sani dan Umi menempati asrama untuk dua kamar (sistem asramanya: dua kamar dan satu kamar mandi dalam satu ruangan). Sani terdaftar sebagai penghuni gelap sehingga pembayaran asrama yang seharusnya dibebankan pada dua orang bisa menjadi tiga orang. Penghematan yang lumayan mengingat satu bulan yang seharusnya sekitar 3200 baht menjadi 2200 baht. Satu kamar digunakan sebagai kamar tidur (dua kasur digabung satu)+meja belajar Umi dan kamar lain digunakan untuk belajar aku+Sani dan memasak.

Umi (as Ibu tiri), Ayu (as kucing), Aku (as peri), dan Sani (as penyihir), kostum untuk Hallowen.

Hampir tiap malam kita menggila dan percakapannya pun sama "Kapan kita lulus?" tanyaku retoris. "Huwaa," Sani mewek. "Wes ta ndang dikerjakno," ujar Umi solutif. Pembagian tugas di asrama: Umi masak dan bersih-bersih, Aku masak ga jelas dengan bumbu instant dan mensuplai makanan, dan Sani bagian mengotori dan cuci piring. Terkadang datang juga Vika- teman yang kuliah di universitas sebelah untuk menginap. Terkadang Ayu-mantan roommate ku juga datang untuk main, mengantar makanan atau mencicip makanan. Ada juga Uzan- teman kuliah di universitas sebelah datang untuk cerita dan masak.

Best friend will not let you do the crazy things.... alone.



Sekilas cerita hantu di kamar asrama:

Bekas kamar Ajeng yang kutempati saat itu bersama Umi dan Sani terbilang angker. Katanya laptopnya sering buka-buka You Tube sendiri. Tapi aku memang ga peka terhadap hal seperti itu. Malam itu Umi dan Sani sedang pergi keluar, aku mengantuk dan tidur dengan lampu yang menyala. Tiba-tiba gruduk gruduk gruduk.."Lit, lit kamu tahu nggak..," Sani datang dan langsung menyerbu kamar untuk curhat. "Nggakk....," aku merasa terganggu dan menutup telinga dengan bantal. Sani terus terusan merengek sampai aku terpaksa bangun dan duduk di atas kasur untuk mendengarkan ceritanya. Tapi lagu dari laptop Umi yang masih menyala di meja belajar terlampau keras sehingga Sani beranjak dari kasur dan mematikan lagu di laptop Umi.

"Bla bla bla bla bla," Sani melanjutkan curhatannya dan aku menanggapi setengah mengantuk. Tiba-tiba "La la la la la," lagu berbahasa Inggris mendadak menyala dan sumbernya dari meja belajar Umi. Mendadak Sani dan aku terdiam, hening. Hanya ada lagu yang menyala keras. Kami berdua menengok ke arah laptop Umi dengan horor. Tidak ada siapapun disana selain kami berdua, dan saat lagu itu menyala aku dan Sani sedang duduk di kasur. "Aku yakin tadi udah ta matikan lo lit," ujar Sani. Kami berdua sama-sama merinding. Kamu yang matikan. Kamu. Kamu aja. Lempar tanggung jawab berlangsung selama beberapa menit dan lagu masih menyala. Akhirnya kuberanikan diri melihat ke laptop Umi, tidak ada player yang menyala. Kuteliti ternyata lagu itu berasal dari Mp3 player yang di charge di laptop. Aku langsung mematikan mP3 player itu. Lalu mematikan laptop, sekalian aku cabut semua plug-nya.

"Mi, tadi kamu nyalain lagu di laptop pas aku tidur ta?," tanyaku pada Umi saat dia pulang."Nggak kok," jawab Umi. Nah loh siapa yang nyalakan lagu pas aku sedang tidur sendirian. Sejak itu aku tak berani tidur sendirian di kamar asrama.




Kembali lagi, aku beruntung karena telah menyelesaikan sidang thesisku pada tanggal 29 November 2013. Padahal sebelum sidang galau sampai nangis-nangis di kamar gara-gara pembimbing bilang 'Don't blame me if you are fail in this defense'. Umi sendiri sudah sidang thesis sebelumku namun masih memilki masalah dengan salah satu pengujinya. Sedangkan Sani belum jelas kapan sidangnya, tapi yang jelas dalam minggu-minggu itu. Faishal sendiri masih mengebut menyelesaikan thesisnya. "Lit, lit tolong bantu bikinkan list of abbreviations po o," Sani tiba-tiba datang saat aku enak-enak merevisi thesisku. Aku membantunya dengan ekspresi grumpy cat. Malamnya Vika datang dan langsung ditodong Sani untuk membantu merapikan thesisnya.

Sani jadi model foto "mahasiswa stres thesis".

Kadang sampai sumpeknya dengan keributan Sani, H-1 dia sidang, aku malah ke Hua Hin dengan Tooba. "Sahabat laknat"- mungkin gelar itu akan diberikan padaku. Tapi semua itu kubayar saat esoknya aku membantu Sani menyiapkan sidangnya. Aku membeli jajan untuk penguji dan menemaninya ke ruang sidang. Sebelum dimulai, Sani ke toilet sedangkan aku menata buku thesis dan jajan di meja penguji. Tiba-tiba salah satu penguji Sani masuk. "What is this? Why you have new book before presentation," semprot dosen itu kepadaku. Aku cuma bisa melongo bingung sambil bilang "Sir, I am Sani's friend. She going to toilet". Lalu dosen itu menata kacamatanya, melihatku lagi dan bergumam " I know you are not Sani".

Pokoknya minggu-minggu itu kami semua kalang kabut menyelesaikan thesis. Keadaan itu diperparah dengan visa student yang expired tanggal 8 Desember. Mau tidak mau kami berempat harus hengkang dari Thailand sebelum tanggal itu atau kami akan terkena denda 500 baht perhari sampai maksimal 20000 baht. Mungkin ada pertanyaan kenapa ga pulang aja kan sidang udah selesai? Ga segampang itu, kami harus menyelesaikan revisi paling tidak seminggu sebelum wisuda tanggal 17 Desember. "Gimana kalau ke Cambodia aja? kan lebih deket," ujar Sani. "Janganlah aku sudah pernah kesana. Di perbatasan juga ga ada apa-apa, yang bagus di Siem Reap jauh perjalanan 3 jam dari perbatasan," tandasku. "Lit kamu mau extend visa apa wisata?"ujar Sani. "Lah sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Ngapain kita jauh-jauh ke perbatasan kalau cuma butuh ke imigrasi, sedetik di Cambodia lalu balik lagi ke Thailand," kataku yang tak mau rugi. Iya sih-- Sani dan Umi menggumam.

"Hey rek, gimana kalau ke Kuala Lumpur apa Singapura aja naik pesawat. Kan kalau lewat daratdapat visa turisnya dua minggu (mepet wisuda), kalau lewat udara dapat visa sebulan," ujar Umi ekstrim. Lalu kita berbarengan mengecek harga tiket pesawat. "Gendeng, kabeh larang mi," ujarku saat tahu harga tiket pesawat yang fantastis. "Wes talah kita ke Laos aja, berangkat malam. Vientine kan deket perbatasan jadi disana setengah hari terus malamnya balik lagi ke Thailand," kataku. Deal akhirnya Sani dan Umi setuju..

Umi-Sani-Faishal-Ayu-Uzan, ditraktir Faishal magnum.

Kami menawarkan solusi itu ke Faishal dan dia setuju saja untuk berangkat ke Laos bersama kami bertiga. Aku juga menawarkan Vika dan Ayu untuk ikut kami ke Laos tapi mereka sedang ada urusan kuliah. Jadilah kami berempat- mahasiswa extend akan berangkat ke Laos pada tanggal 7 Desember malam hanya demi mendapat visa turis Thailand selama dua minggu, miapah? demi revisi thesis, ikut wisuda, dan menikmati Thailand sampai puas.

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena