a choice that change my life

Minggu, 10 Maret 2013

Cerita Mudik (I): Stay Awake in Phuket

Mudik liburan kali ini berbeda karena aku akhirnya bisa mudik dari luar negeri, biasanya sepeda motor Surabaya-Gresik cuma sejam. Apalagi mudik kali ini naik transportasi darat, laut, dan udara, dan hinggap di tiga negara (Thailand, Malaysia, dan Indonesia). Bisa dibilang ini adalah mimpi backpacing-ku yang kuwujudkan dengan perjalanan mudik selama lebih dari dua minggu. Rute backpack yang kutempuh adalah: Bangkok- Phuket- Phi Phi Island- Krabi- Penang- Kuala Lumpur-Jakarta- Surabaya.

Rute mudik. Merah (jalur darat), biru (jalur laut), dan kuning (jalur udara).

Awalnya tidak ada yang mendukung ide gilaku ini. Yasudah sekalian gila saja, jalan-jalan sendirian- pikirku. Apalagi dua bulan sebelumnya, tiket pesawat Kuala Lumpur- Jakarta seharga 200 ribu sudah di tangan. Namun akhirnya Nuril tergerak hatinya untuk ikut berjalan-jalan bersama denganku. Bedanya dia tidak ikut mudik, hanya menemaniku di Thailand. Kami sudah merencanakan keberangkatan pada tanggal 17 Desember 2012. Bahkan Nuril bela-belain beli kamera DSLR pada tanggal 16 Desember 2012 (miapah?? mi foto bagus). Jadi kita bisa saling foto memfoto, maklum narsis.

Gilanya lagi, kami tidak mempersiapkan dengan matang rencana perjalanan ini. Padahal aku adalah seorang plan backpacker, selalu merencanakan perjalanan dengan matang mulai harga transportasi, oleh-oleh, hotel, sampai makanan. Perjalanan panjangku sebelumnya adalah Malaysia-Singapore, itu saja sudah kusiakan sejak enam bulan sebelumnya dan saat hari H nya masih ada aja momen tak terduga seperti masuk kepolisian Singapura, ditipu calo, sampai nebeng mobil orang http://elitachoice.blogspot.com/search/label/Malaysia-Singapore. Lha ini perjalanan yang sama jauhnya yaitu Thailand-Malaysia tapi persiapannya H minus 10 jam. Aku cuma sempat mengeprint random objek wisata, chatting nanya teman Thailand, dan search alamat hostel di aplikasi handphone.

Apalagi mendadak H minus 3 jam, teman Nuril yang berasal dari Afghanistan ikut backpack dadakan ini. Jadi ada lima orang yang berangkat: Aku, Nuril, Lodin, Fahima, dan Plawasha. Empat perempuan bersama satu bodyguard,Lodin. Awalnya aku agak ribet dengan mereka, maklum baru kenal tiba-tiba sudah jadi teman seperjalanan dadakan. Kami berangkat dari kampus tanggal 17 Desember 2012 sekitar jam 5 sore naik van ke Victory Monument. Tujuan kami adalah naik bis ke Phuket dari Terminal Bangkok Selatan (Sai Tai Mai). Namun hanya ada bis 507 yang mengangkut penumpang dari Victory Monument ke Sai Tai Mai. Tak ambil pusing, kita berlima akhirnya bisa mencegat taxi dan ternyata bayarnya hanya 100 Baht dibagi lima. Padahal biasanya taxi Bangkok terkadang tidak menggunakan argo dan membayar 200 Baht sekali jalan. Hal ini karena adanya kemacetan, malam itupun sebenarnya macet. Perjalanan ke terminal memakan waktu lebih dari 30 menit.Setelah membayar, aku malah kasihan Pak Supirnya -..-

Entah gimana ceritanya, kita membeli tiket bis kelas ekonomi dan mendapat tempat duduk di lantai satu (ada dua tingkat). Tiketnya seharga 420 Baht, murah emang untuk ukuran bis malam ke Phuket dibandingkan dengan harga tiketku ke Chiang Mai dua hari sebelumnya. Tapi pelayanannya memang semurah harganya.Tak ada pramugari, yang ada hanya kondektur tua yang ngga*eli. Tak ada kursi pijat, adanya kursi  sempit mepet kamar mandi sehingga aroma khas toilet menyebar keseluruh tempat duduk di lantai 1 bis. Tak ada paketan makan, yang ada hanya diturunin di tempat makan dan bayar sendiri. Oh God, pisan aja wes. Bukannya gaya, tapi kalau selisih dikit ya mending bis yang bagus sekalian.

Perjalanan malam itu adalah tidur di bis yang paling tidak nyenyak. Kami penumpang di lantai satu mentolo misuh kalau ada orang yang pipis di toilet. Lha baunya kemana-mana. Apalagi kondekturnya, udah tau bau, diem aja. Disemprot pewangi apa gitu kek. Malah bis ini naik turunin penumpang di tempat gak jelas. Masa ada penumpang duduk di tempat alat-alat kebersihan, melas banget kan.

Kejengkelan di bis terobati saat membuka mata di pagi hari. Terlihat laut membentang luas di kanan-kiri. Aku menyenggol Nuril disebelahku dan memberi isyarat untuk melihat ke jendela. Masya Allah indahnya, bis melewati jembatan yang ,menghubungkan dua daratan yang tidak seberapa jauh. Memang Phuket sebenarnya adalah pulau tapi letaknya yang dekat seakan menyatu dengan daratan Thailand. Pemandangan sepanjang jalan menuju terminal Phuket juga tak kalah indah yaitu bukit-bukit batu yang tinggi. Welcome to paradise :D

Kami sampai di terminal Phuket sekitar jam 9 pagi. Disana adalah daerah yang terpencil, jadi harus menyewa songthew untuk menuju daerah wisatanya. Lalu kami berlima menyewa Songthew denagn biaya 150/orang. Perjalanan memakan waktu hampir satu jam, melewati bukit tinggi. Dari ketinggian, kami bisa melihat kota Phuket dan garis pantai dengan jelas. Indah.

Mendadak songthew berhenti di tempat Travel tour. Semacam linglung, seorang laki-laki dari travel agent menyabut kami dengan mengoceh bahasa Inggris khas Thailand yang fasih. Untungnya travel agent disini tidak memaksa seperti di Indonesia. Tapi mereka penuh trik dan bujuk rayu. Pintar pintar menawar saja kalau disini, mereka juga bisa deal-deal an harga.

Akhirnya setelah tawar menawar yang cukup alot dicapailah kesepakatan harga 2000 Baht/orang. Rinciannya: 1500 untuk tiket cruise Phuket-Phiphi Island, snorkling, makan siang, boat Phiphi Island-Krabi, jemputan dari hotel ke pelabuhan dan 500 Baht untuk hotel. Kesalahanku adalah tidak memesan hotel terlebih dahulu dan ternyata saat itu sedang peak season, dan kami terpaksa membayar mahal untuk kamar hotel. Dan nyesek itu ketika tahu ada orang lain yang bisa mendapat harga 1000 Baht untuk paket Phuket-Phiphi-Phuket, makan siang, dan snorkling. Sudahlah lupakan -..- masalahnya tahunya dua hari setelah trip.

Kami menginap di hotel Time Out. Ga rugi bayar mahal, letaknya tepat di pinggir pantai Pathong. Keluar hotel bisa langsung nyelem. Kami menyewa dua kamar double, tapi karena proporsi lelaki dan perempuan tak seimbang, Lodin mendapat 1 kamar dobel untuknya sedangkan empat perempuan berdesakan di satu kamar. Fasilitasnya juga lumayan, ada AC, kulkas,TV, air hangat, sampo, sabun, handuk, air minum, teh, dan kopi.
Nuril dan kamera barunya, di Pantai Pathong

Siang hari di pantai Pathong.

Kebodohanku yang paling absurd saat liburan adalah hari itu karena eng ing enggg ...... aku lupa bawa underwear :( Maklum packingnya dadakan juga, jadi kelupaan deh benda kecil nan penting itu. Lalu aku cerita ke Nuril dan dia tertawa ngakak. "Pokoknya ril, hari ini kamu harus temani aku cari toko yang jual underwear," ujarku. Meski tertimpa kesedihan, aku masih bisa menikmati suasana Pantai Patong. Layaknya pantai Pattaya, banyak bangunan di pinggir pantai. Namun pantainya lebih bagus dan luas. Sebenarnya kami ingin berjalan-jalan ke pantai lain, namun malas karena bayarnya rata-rata 100 baht. Akhirnya kuputuskan untuk menikmati suasana pantai Pathong dari pagi sampai sore. Jalan kaki di pantai ini dari ujung ke ujung, hunting foto, lihat-lihat orang jualan, dan menikmati semilir angin.

Aku :D narsis narsis.

Pantai Patong.

Beranjak sore aku teringat lagi masalah underwear. Hashhh... akhirnya kubeli 1 bra seharga 300 baht. Mana yang jual pake nanya "Mau warna apa?". Ealah mbak warna ga penting, bra-nya bukan mau kupakai bulan madu tapi kepepet, kalau ada bra yang harga nya 30 baht pasti aku milih yang murah, batinku. Ini adalah bra termahal sepanjang hidupku >_<.

Sunset adalah saat yang kutunggu karena ini adalah waktu emas bagi fotografer. Benar saja,aku mendapatkan momen yang indah: Pink Flower Sunset. Matahari tenggelam dari balik tebing, namun sinarnya menyembur pink membentuk bunga. Akhirnya aku dan Nuril sampai ngesot-ngesot fotoin pemandangan ini. Mataku tak pernah lepas dari layar intip lensa karena takut melewatkan momen ini. Sunset seprti ini hanya berlangsung kurang dari lima menit.

Pink flower sunset.

Kami berjalan sendiri-sendiri: aku dengan Nuril, Palwasa dengan Fahima, dan Lodin sendirian. Malam itu aku dan Nuril berjalan-jalan di Bangla street, kawasan pertokoan Patong Beach. Rasanya pantai ini ga ada matinya. Kalau pagi, orang berenang, bermain air,berjemur, dan sebagainya. Sedangkan jika malam, turis memilih bersantai di bar atau berjalan-jalan. Nah tujuanku berjalan-jalan adalah membeli underwear, tadi pagi cuma dapet 1 bra aja.

Bangla street, penuh lampion warna-warni.
Jalanan sesak dengan manusia, bar-bar penuh, dan ada juga bartertutup yang didepannya ada gambar singa dan cewek berbaju mini. Tulisannya 'Sexy girl and tiger show'. Apa coba? cewek seksi dimakan singa? Aku baru tahu ternyata Bangla Street di Patong beach adalah salah satu tempat hiburan s*ks terbesar di Thailand. "Makan-makan," ujar laki-laki sambil menunjukkan buku menu saat kami lewat dideapan restoran. Tapi aku dan Nuril hanya berlalu. Lalu Nuril dengan mata melotot "Kamu tahu el apa yang ada di buku menu tadi?," ujarnya. "Aku gak lihat," jawabku. "Cewe ud* (tanpa baju)," cerita Nuril. Astaghfirullah,,, benar-benar gila. Belakangan aku juga tahu kalau di tempat ini banyak menawarkan atraksi yang (tak usah diceritakan).

No comment apa atraksi didalamnya. Aku sendiri gak tau -_-a

Ada juga adegan lucu yaitu iklan tinju Thailand. Masa tiba-tiba ada mobil pickup semcam pawai, lalu terdengar suara bla bla bla dalam bahasa Thai mungkin yang artinya "Saksikanlah tinju antaraA dan B". Laludiatas mobil pick up itu ada adegan tinju tinjuan antara dua orang.

Warna-warni jalan raya Patong Beach.

Aku sujud syukur saat menemukan big C artinya aku bisa beli underwear dengan harga 'agak' terjangkau. Terselamatkanlah hidupku karena liburanku masih 2 minggu lagi. Kami berdua melanjutkan jalan kaki di pinggir pntai, ternyata ada banyak orang yang mengarungkan lampion ke udara. Cantik, tapi saat kufoto kenapa lampionnya seperti ketombe -_-. Kami juga sempat menyaksikan ledakan kembang api yang disulut oleh turis. Benar-benar Phuket memiliki hiburan yang tidak ada tidurnya.

Lampion yang dibakar dan diterbangkan ke udara, lambang permohonan.
Kami kembali ke kamar hotel sekitar jam 11 malam. Aku dan Nuril capek jalan kaki dan tak mau berlama-lama menghabiskan malam di Bangla Street. Takut ditawar (*lhoo). Palwasa dan Fahima kembali ke hotel sekitar jam 1 pagi. Mereka menunjukkan atraksi yang ditemui di tengah jalan dan direkam dengan iPad. Jadi ada tiga orang perempuan didalam kerangkeng, bawahnya ada air. Jika ada orang yang berhasil melempar bola ke sasaran hadianya adalah salah satu dari cewek itu nyebur ke air. Maksudnya apa coba?

Phuket, wisata yang tak pernah mati dan membuat kita terjaga oleh pesonanya dari pagi sampai malam.

Just Stay Awake in Phuket

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena