a choice that change my life

Kamis, 14 Maret 2013

Cerita Mudik (III): Mencari Ketenangan di Krabi

Kapal melaju dari Phi Phi Island ke Pelabuhan Krabi. Saat akan tertambat, aku sudah terpesona oleh daratan Krabi dari kejauhan. Batuan tebing tinggi menjulang bertumpuk-tumpuk terlihat dari lautan. Kami mendarat di pelabuhan Ao Nang Krabi. Ternyata dari pelabuhan ke tempat penginapan (yang ga tau dimana, belum ditentukan) harus menggunakan jasa taksi. Akhirnya Lodin tawar-tawaran setengah mati dengan Pak supir taksi. Pak supirnya menyarankan kami untuk tinggal di daerah wisata pantai Ao Nang. Setelah tawar-tawaran dengan alot dan menggunakan beribu rayuan termasuk ''saya muslim juga Pak, kasih murahlah'' dengan bahasa Melayu, akhirnya Pak Supir yang beragama Islam itu menyetujui harga 300 Baht dari awalnya 500 Baht.

Jalanan di Ao Nang, diambil dari dalam van.

Mbak-mbak yang jaga penginapan.

Hari menjelang petang, pemandangan daerah Ao Nang Krabi hanya diterangi cahaya sunset dari balik tebing-tebing. Sore itu aku jatuh cinta dengan perpaduan ketenangan di antara bukit-bukit dan pantai. Pak Supir juga menunjukkan dua masjid besar di Krabi. Suara adzan maghrib terdengar samar-samar. Alhamdulillah, memang kebanyakan daerah Thailand Selatan yang berdekatan dengan Malaysia itu, sebagian penduduknya muslim.

Penginapan bungalow :)

Cashew Nut Bungalow.

Kami yang belum menentukan tempat menginap, diturunkan Pak Supirnya di Cashew Nut Bungalow. Gadis berkerudung yang identik denganku dan Nuril menyambut kedatangan kami berlima (masih ingat kan kalau aku dan Nuril pergi dengan tiga orang Afghanistan: Lodin, Fahima, Palwasha). Semua kamar disana berbentuk bungalow alias seperti rumah-rumah yang terpisah. Suasananya seperti di pedesaan Indonesia, rumah berdiri di atas tanah (tanpa paving). Bahkan kulihat agak jauh disebelah Bungalowku terdapat kandang sapi lengkap dengan sapi coklatnya. Per orang membayar 300 Baht untuk satu rumah besar yang berisi beranda, dua kasur besar dan kecil, dan kamar mandi.

Lapangan gembala sapi.

Kucing cantik di depan bungalow ^^.

Setelah mandi pertama kali di hari itu, aku mengajak Nuril untuk berjalan-jalan di sekitar penginapan. Suasana malam di Ao Nang Krabi benar-benar ndeso. Kami berjalan ke arah jalan raya pinggir pantai. Dan tidak ada penerangan kalau bukan di jalan utama. Jadi aku dan Nuril berjalan di kegelapan sambil tolah-toleh waspada terhadap anjing besar. Kami lega saat berada di jalan raya karena ada penerangan lampu jalan di kanan kirinya.

Jalanan saat malam hari (model:Nuril).

Ao Nang Krabi itu kalau boleh kubilang, seperti Magetan/ Situbondo/ Kecamatan lainnya di Indonesia yang sunyi sepi kalau malam hari. Padahal saat itu jam menunjukkan pukul 8 malam, tetapi tidak ada kendaraan yang melintas di jalan raya. Seberang jalan raya sudah pantai dan gelap. Sedangkan sisi satunya deretan hotel dan bar yang sepi. Hanya beberapa turis terlihat bersantai di beberapa bar dan beberapa orang terdengar menyanyi. Tapi suara-suara itu sedikit menggema di kesunyian Ao Nang. Malam ini sangat berbeda jauh dengan malam sebelumnya di Phuket yang penuh hingar bingar dan hedonisme tingkat tinggi.

Aku dan Nuril membeli yoghurt di salah satu toko, lalu kami melanjutkan perjalanan menjelahi malam Ao Nang. "Kesana yuk," ujar Nuril sambil menunjuk ujung jalan yang tidak kelihatan, tapi disana seperti ada keramaian. Aku mengiyakan lalu berjalan santai di pinggir trotoar. Tak sampai jalan kaki 30 menit. Tiba-tiba diseberang jalan, hanya berjarak 10 meter terlihat gerombolan manusia horor. Tiba-tiba mereka berteriak dalam bahasa Thai yang kami ga tau artinya sambil nunjuk-nunjuk ke arah kami. Kalau diartikan dalam Bahasa Indonesia sepertinya "Hey,kamu.Iya kamu. Berani kamu? Sini!,"sambil nunjuk ke arah kita. Kontan saja aku dan Nuril berlari. Setelah agak jauh, kita terengah engah. Maklum lari sambil nenteng kamera DSLR sekucing. "Ngapain ya kita lari?" tanyaku. Tapi dalam hati aku tahu jawabannya karena mereka menakutkan. "Tadi itu lho bencong," ujar Nuril. Jengg jengg (background suara film horor).

Kami berjalan ke arah penginapan sambil mencari tempat tenang untuk memakan yoghurt yang tadi dibeli. Kami memilih duduk cantik di salah satu bar yang telah tutup,namun kursinya berada di luar. Enak-enak makan yoghurt separuh jalan tiba-tiba "Guk Guk Guk". Suara anjing itu begitu dekat seperti disamping kita dan berasal dari dalam bar yang tutup. Aku pernah diajari untuk jalan tenang bila ada anjing. Tapi ternyata Nuril sudah lari jauh dariku. Akhirnya aku yang kelabakan mengikuti jejak Nuril. Lari pontang-panting.

Kami baru bisa istirahat setelah sampai di pelataran penginapan. Aku dan Nuril memutuskan memesan makanan di bungalow. Jadi yang punya penginapan ini kayak keluarga. Mereka yang menyewakan, menyediakan makanan, dan tour. Aku juga memesan tiket van untuk ke Penang Malaysia esok, seharga 600 Baht dan berhasil kutawar menjadi 500 Baht. Gara-gara aku nawar diluar harga, mbaknya jadi ngembaliin uang 100 Baht dari traveler cantik Canada yang membeli tiket van sebelumku. Dari awal aku dan Nuril udah lirik-lirik bule cakep didekat kita, tapi sama ceweknya ya bule cantik dari Canada itu. Kukira mereka pasangan muda. Eh pas kenalan sama ceweknya, dia bilang " I travelling with my boyfriend". Kriikk,,,, jauh-jauh dari Canada ke Thailand liburan sama cowoknya. Sesuatu tanda kutip.

Malam itu aku tidur rebutan selimut sama Nuril. Palwasha dan Fahima menyukai dingin, sedangkan aku dan Nuril kedinginan.Akhirnya AC kukecilkan menjadi 29' C yang awalnya 25'C. Pagi-pagi, aku dan Nuril yang belum mandi sudah nenteng kamera dan bersiap untuk joging di pantai depan penginapan. Sedangkan Fahima dan Palwasha masih tidur. Mereka semalam berjalan jauh sampai nemu seven eleven.

Nopharathara, model: aku.hihi.

Pantainya bernama Noparathara. Di kelilingi tebing di kirinya dan kanannya deretan cemara. Pantai serasa milik berdua,sunyi dan sepi. Hanya beberapa orang terlihat mondar-mandir untuk berolahraga. Kami menyusuri tepi pantai dan mencari objek untuk di foto. Berjalan kaki dari ujung kiri ke ujung kanan. Saat sampai di ujung kanan, aku melihat pemandangan yang luar biasa. Kulihat ujung dari sungai yang bertemu di laut. Aliran sungai itu dipagari oleh pinus dan dibawahnya pasir yang putih kekuningan. Sedangkan dari kejauhan terlihat tebing hijau tinggi yang mirip gunung. Beberapa orang beraktivitas di pertemuan sungai dan laut itu. Beberapa boat mengantar anak berangkat sekolah, ada orang yang memandikan mobil jeep, dan ada juga nelayan yang menambatkan perahu di pinggir. Sungguh, suatu hari aku ingin melihat tempat ini lagi.

Bagian kiri dari Nopharathara,Ao Nang, Krabi.

Pemandangan luar biasa di Ao Nang, Thailand.

Perahu tertambat di pinggir sungai.

Ujung sungai yang menuju lautan.

Sekitar jam sembilan pagi,aku kembali ke penginapan karena jam 11 siang vanku akan datang. Di tengah jalan, kami bertemu dengan ibu muda hamil yang menyetir sepeda motor. Melihat kami yang kerudungan, ibu cantik yang juga kerudungan itu mengajak kami berbahasa Melayu. Akhirnya Nuril diajak untuk membeli sarapan di pasar sebelah. Sedangkan aku mandi dan packing. Setengah jam kemudian, Nuril sudah membawa makanan lengkap dengan jajan pasar mirip seperti di Indonesia: klepon, klanting,roti kukus, dan lain-lain.

I love this landscape >_<
Sekitar jam 11 pagi, vanku sudah datang. Nuril, Lodin, Palwasha, dan Fahima akan kembali ke Bangkok sore ini. Mulai saat ini aku melanjutkan perjalananku ke Malaysia,sendirian. 

Watch up girl! Be ready for unexpected travel!! :D

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena