a choice that change my life

Sabtu, 16 Maret 2013

Cerita Mudik (V): Deja Vu di Putrajaya, Kuala Lumpur

Bis malam yang kutumpangi berangkat sekitar jam 00.00 dari Penang ke Kuala Lumpur. Aku tertidur lelap didalam bis, kelelahanku mengintari Penang terakumulasi saat itu. Aku terbangun dan melihat ke jendela, kerlipan lampu hias berwarna warni menerangi bangunan yang modern. Wah ini dimana ya, kenapa semua kota di Malaysia keren seperti ini. Lalu kulihat beton MRT, pantesan saja kota ini keren, lha aku sudah sampai di ibukota Malaysia-Kuala Lumpur. Bis menurunkan penumpang di daerah Masjid Jamek. Aku sudah familiar dengan daerah ini karena setahun lampau pernah menjelajah tempat ini selama dua hari. Penginapanku dulu juga berada disekitar sana. Apalagi aku pernah memutari Kuala Lumpur dengan jalan kaki. Ulangi: jalan kaki! http://elitachoice.blogspot.com/2012/02/day-25-menawannya-negara-saingan.htmlhttp://elitachoice.blogspot.com/2012/02/day-3-jelajah-jalan-kaki-kuala-lumpur.html dan http://elitachoice.blogspot.com/2012/02/day-35-jelajah-jalan-kaki-kuala-lumpur.html .

Jam menunjukkan pukul lima pagi. Suasana di Kuala Lumpur masih sunyi dan gelap gulita. Aku ingin menangis, mengapa? Karena tidak menemukan toilet disekitar sana! Padahal aku belum ke toilet sama sekali semenjak dari Penang. Aku yang mengingat semua detail daerah itu, berjalan kaki menuju stasiun MRT Masjid Jamek dan berharap bisa numpang toilet di Masjid sekalian sholat. Tapi aku juga lupa kalau jam di Kuala Lumpur lebih cepat sejam daripada WIB, jadi waktu shalat Shubuh itu jam 6 pagi. Alhasil aku hanya menemui pintu gerbang Masjid Jamek yang terkunci. Ada pasangan suami istri di bis yang sama denganku tadi melihatku sendirian. Perempuan, sendirian, dan mukaku pucet lagi. "Mau kemana?" tanya Si Suami. "Toilet," jawabku jujur. "You lebih baik tunggu di depan pintu MRT saja. Nanti open jam enam," ujar Si Suami dalam bahasa campuran melayu dan inggris. Akhirnya aku duduk menyendiri di tangga jalan masuk ke MRT Masjid Jamek yang akan buka sejam lagi. Sumpah aku mirip TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang tersesat. Ternyata pasangan suami istri itu juga menunggu di dekat sana. Kutanyakan saja pada mereka bagaimana mencapai Putrajaya dengan naik bis. Ternyata mereka juga bingung. Good.

Putrajaya. Bisa dibilang aku jatuh cinta dengan daerah ini sejak mengunjungi pertama kalinya pada Februari lalu http://elitachoice.blogspot.com/2012/02/day-2-menawannya-negara-saingan.html . Jadi aku tak bisa melawatkan begitu saja destinasi ini saat kembali ke Kuala Lumpur. Hari itu tanggal 22 Desember 2012, pesawatku akan lepas landas dari Bandara LCCT Kuala Lumpur jam 13.30. Aku hanya memiliki sedikit waktu di pagi hari untuk menjelajah. Sebenarnya landmark Kuala Lumpur adalah Petronas dan aku belum pernah naik ke menara itu, dulu aku hanya berfoto didepannya. Namun setelah kupikir matang-matang, aku lebih memilih ke Putrajaya lagi daripada Petronas.

Jam 06.00, pintu gerbang MRT Masjid Jamek terbuka. Aku segera berlari kedalam dan membeli token MRT dengan tujuan KL Sentral. Saat masuk, pertama kali yang kucari adalah toilet :p . Mungkin karena agak mengantuk, aku salah naik MRT yang jalur sebaliknya. Untung saja aku sadar saat di stasiun pertama. Setelah itu aku ganti MRT ke arah sebaliknya, lewat MRT Masjid Jamek lagi -_- lalu MRT Pasar Seni lalu MRT KL Sentral. Semua pusat interchange transportasi ada di KL Sentral. Disana ada stasiun MRT, LRT, Komuter, Fast Train, bis, dan taksi. Februari lalu aku sudah mencoba naik Fast Train ke Putrajaya, jadi aku ingin mencoba naik bis biar lebih murah dan lama. Tapi karena malas mikir, akhirnya aku naik Fast Train lagi ke Putrajaya.

Ini adalah kali ketigaku naik Fast Train. Tapi tetap saja kereta ini membuatku ndeso dan tercengang oleh interior dan kecepatannya. Aku sampai di stasiun Putrajaya jam 7 pagi, dari sini aku oper bis Nadi Putra ke Putrajaya Sentral. Aku menelusuri kembali perjalananku hampir setahun yang lalu.

Taman Dataran Putra.
Aku turun di terminal yang sama dengan dulu. Suasana ini. Udara ini. Pemandangan ini. Tas ransel sebesar gajah ini. Setiap detail membuatku deja vu. Aku menyusuri taman yang sama. Beberapa berubah disana sini. Sepertinya Putrajaya saat ini lebih dikomersialkan, terlihat taman yang dulunya bersih dan indah kini dipenuhi meja dan kursi untuk makan dan sampah makanan terlihat berserakan. Lalu aku duduk di anak tangga yang sama saat beberapa bulan lalu. Bedanya kali ini aku menikmati pemandangan Putrajaya seorang diri tanpa partner backpacker-ku dulu: Asthy dan Adit. Bahkan suasana saat itu juga sama, pagi hari yang cerah. Aku melihat pemandangan yang sama, bendera Malaysia dan bendera propinsi yang berdiri di bundaran yang besar, belakangnya terlihat jembatan futuristik yang indah.

Duduk di anak tangga yang sama saat Februari lalu.
Tujuan utamaku adalah Masjid Putra. sayangnya Masjid itu baru buka pada pukul 9 pagi. aku harus menunggu lebih dari 1 jam untuk masuk ke tempat itu. Aku memilih berputar-putar disekitar Masjid. Lalu duduk di pedestrian melihat orang-orang beraktivitas. Ada sekumpulan ibu-ibu yang sedang senam. Ada segerombolan anak muda yang melakukan parkour sampai kejebur kolam. Ada turis yang juga melakukan hal sama sepertiku, menunggu Masjid Putra buka.

Pemandangan Dataran Putra.

Akhirnya jam 09.00 Masjid Putra buka. Hal pertama yang kulakukan adalah masuk ke tempat wudhu di underground, mengambil wudhu dan shalat Dhuha. Setelah shalat Dhuha, aku hampir saja menitikkan air mata. Permohonanku hampir setahun lalu dikabulkan oleh Allah yaitu shalat Dhuha lagi di Masjid Putra. Dan kurasa permohonanku kali itu dikabulkan dengan cepat. Dalam setahun, aku mengunjungi Masjid ini dua kali. Sepertinya masjid ini adalah tujuan wajibku di Kuala Lumpur.

Masjid Putra.
Lalu aku beranjak ke pelataran Masjid Putra. Pemandangan kota Putrajaya dari sudut ini masih saja membuatku tercengang. Terlihat sungai yang melingkari daerah sekitar masjid. Terdapat dua jembatan yang satu futuristik dan lainnya jembatan tua khas Malaysia. Lalu dari kejauhan terlihat bangunan yang tertata apik. di bawah Masjid terlihat pedestrian pinggir sungai yang cantik. Sayangnya foto-foto dari kamera DSLRku terhapus saat aku memindahkan datanya, jadi tak banyak foto yang bisa ku-sharingkan saat disini.

Sekitar jam 10.30 aku sudah naik bis untuk kembali ke stasiun Fast Train. Dari sini, aku naik Fast Train ke Salak Tinggi dan oper bis ke bandara LCCT. Well, lagi-lagi ini membuatku Deja Vu. Terdapat banyak kenangan di bandara ini. Teringat saat pertama kali keluar negeri, tanah yang kuinjak adalah bandara LCCT. bahkan aku bermalam di Mushala Bandara LCCT untuk menghemat pengeluaran! http://elitachoice.blogspot.com/2012/02/day-1-prinsip-backpackermurah.html Bahkan cerita pulang lewat LCCT saat itu tak kalah seru dan menjadi kenangan seumur hidup yang takkan kulupa, seorang Bapak berkewarganegaraan Malaysia rela mengantarkan 3 Backpacker gila yang terlantar di jalan tol : Aku, Asthy, dan UcupS dari sekitar perbatasan Singapore sampai LCCT http://elitachoice.blogspot.com/2012/02/akhir-klimaks-dari-perjalanan.html . Aku menunggu di ruang tunggu sambil mengingat semua kejadian traveling yang pernah kualami, mulai hal gila sampai hal mewah. Sepertinya jalan-jalan sudah menjadi candu bagiku. Candu akan pengalaman baru, bertemu dengan orang baru, kebudayaan baru, dan semua hal itu membuka tempurung yang kubangun sendiri sejak kecil. Guys, bumi Allah itu luas, jejakkan kaki di semua sudut dan temukan keajaiban-Nya. Aku masih ingin melihat keindahan bumi Allah di daerah lainnya. Semoga saja Allah mengijinkanku untuk menjelajahinya.

Aku melihat pasporku yang sudah di cap keluar dari Malaysia. Saatnya kembali ke negara tercinta, Indonesia. Kemanapun aku pergi, selalu ada tempat yang pada akhirnya aku akan kembali- Indonesia, bumi pertiwi.

Welcome to Indonesia. Negeri Tempe. Welcome to Jakarta. Ibukota Indonesia.

3 komentar:

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena