a choice that change my life

Jumat, 24 Oktober 2014

Lost in Myanmar (1): Gara-gara Salah Beli Tiket

Jujur saja, terkadang aku memiliki disfungsi liguistik seperti salah mengucapkan huruf dan kata yang memiliki kesamaan seperti: F atau V. Terkadang juga tidak jeli membedakan kata Juni dan Juli, bulan mana yang datang duluan. Disfungsi ini berakibat kesalahan pembelian tiket pesawat. Saat itu disekitar bulan Februari aku akan membeli tiket pesawat Air Asia Surabaya-Bangkok untuk bulan Juni. Sebelumnya aku pernah mengecek harganya yaitu diatas 1 juta. Saat mengecek lagi ternyata harganya menjadi sekitar 700ribu. Tanpa banyak pikir, aku langsung melakukan pembelian tiket dengan kartu debit SCB Thailand dengan cara yang sangat mudah tinggal klik 3 menit. Saking mudahnya aku baru sadar kalau tiket yang kubeli adalah untuk bulan Juli setelah dikirimi email notifikasi dari Air Asia. Kriiikk,,, mana sudah pesan makan dan bagasi segala. Akhirnya 15 menit setelahnya aku beli lagi tiket Surabaya-Bangkok untuk bulan Juni yang memang harganya sekitar 1 juta.


Pada awalnya aku tak berminat klaim penggantian tiket. Tahu sendiri kan kalau pesawat low cost macam Air Asia dan sebangsanya sangat susah sekali bahkan dilarang untuk pembatalan, penggantian jadwal, nama,dan sebagainya. Apalagi ini salahku sendiri salah beli tiket. Tapi saat kupikir-pikir sayang banget, akhirnya aku kontak customer service Air Asia untuk memidahkan fasilitas makan dan bagasi dari tiket bulan Juli ke bulan Juni. Air Asia Jakarta menelponku bahwa servis tambahan seperti itu tidak dapat dipindahkan. Oke I see, tapi aku sedikit sakit ati masa gitu aja ga bisa dipindah toh aku juga bakal cancel penerbangan yang bulan Juli. Langsung saja aku kontak lagi Air Asia lewat chat online, tak tanggung-tanggung aku minta cancel penerbangan dan refund via credit shell. Credit shell di Air Asia merupakan cara pengembalian uang Air Asia dalam bentuk uang online di rekening Air Asia, credit shell seperti voucher yang bisa digunakan untuk membeli penerbangan manapun sesuai harga yang tertera dalam batas waktu tertentu. Alasanku meminta credit shell karena aku membeli tiket pesawat tujuan dan nama sama dalam tempo waktu kurang dari 30 menit.

Setelah pengaduan dengan chat online, operator berjanji akan mengeceknya dan mengirimkan email. Aku juga sudah melakukan pengaduan lagi melalui email. Namun saat bulan Juli sudah lewat, emailku tak kunjung dibalas.Akhirnya aku chat online lagi dengan nada kesal kalau Air Asia tidak memproses pengaduanku sampai batas waktu tanggal pesawat yang dipermasalahkan. Lagi-lagi operator menjanjikan akan mengeceknya. Namun kali ini Voila... 2 minggu setelahnya credit shellku terisi sekitar 500 ribu (uang bagasi dan makan tidak dikembalikan). Ayeyeye sekarang saatnya berpikir bagaimana menggunakan credit shell yang hanya berlaku sampai Oktober.


Saat itu aku berkutat dengan thesis dan melupakan tentang credit shell. Mendekati akhir Oktober aku ingat credit shell yang belum kutukarkan. Langsung saja aku mengecek website Air Asia Thailand yang sedang promo 0 big point. Terpikir olehku untuk membeli tiket pulang Bangkok-Surabaya. Tapi teringat lagi kalau kemungkinan tiket pulangku akan dibiayai oleh dana beasiswa jadi pengennya coba Garuda, please seumur umur (bahakan sampai sekarang) aku belum pernah naik pesawat full service. Akhirnya kuputuskan untuk membeli tiket untuk jalan-jalan setelah wisudaku sekitar tengah bulan Desember nanti. Aku enggan membeli tiket di Thailand seperti ke Chiangmai atau Phuket karena aku telah mengunjungi keduanya. aku ingin menjelejahi Vietnam tapi bujubune harga tiketnya hampir sejuta sekali jalan. Pilihan kedua jatuh ke Myanmar. Sebenarnya ini negara terakhir yang ingin kukunjungi di ASEAN. Apalagi Myanmar saat itu masih membutuhkan VISA, satu-satunya negara yang butuh VISA untuk sesama ASEAN. Belum lagi pertikaian muslim santer beredar di Myanmar. Karena harganya yang murah fantasis yaitu 600ribu bolak-balik, tinggal nomboki 100 ribu dari kredit shellku, kupilihlah negara Myanmar dengan segala resikonya. Jadilah kubeli tiket Bangkok-Myamar PP pada tanggal 23-30 Desember.

Sebenarnya pembelian tiket ke Myanmar merupakan masalah baru. Apalagi kalau bukan aku akan pergi sendirian! Dulu aku pernah traveliing sendiri dari Thailand ke Malaysia. Tapi itu kali keduaku ke Malaysia dan bukan hal susah berkomunikasi disana. Sedangkan soal Myanmar, aku benar-benar buta negara ini dan minim informasi. Myanmar baru membuka diri untuk pariwisata pada tahun-tahun itu 2012. Trip Advisor pun tidak banyak membantu. Aku sudah mencoba menanyakan destinasi wisata di Myanmar pada teman sekelasku Aung. Jawabannya seperti Trip Advisor juga, dia juga tak punya pengalaman ke Bagan (kota yang ingin kukunjungi). Akhirnya aku chat temanku Su Mon Latt, kenalnya pun dari Facebook karena kita sama-sama memenangkan kuiz dari Asean Community. Dia biasa dipanggil Su Mon merupakan perempuan cantik nan fotogenik dan tinggal di Yangon (ibukota Myanmar). Saat kuhubungi, dia menyambut baik pertanyaanku malah menawarkan untuk bergabung bersamanya karena kebetulan dia akan berjalan-jalan . Dia menyanggupi untuk menemaniku selama 3 hari di Bagan. What a Lucky!!


Seminggu sebelum keberangkatan, aku baru mengurus VISA. VISA bisa diurus di kedutaan Myanmar di Bangkok dan untungnya hanya butuh waktu 3 hari dengan membayar sekitar 300ribu. Mahal -_- VISA berlaku selama sebulan padahal aku disana cuma seminggu. Welcome to Myanmar, negeri antah-berantah yang Trinity si Naked Traveler pun belum pernah kesana :D ayo lepaskan segala keingin tahuan ada apa disana???

Let's Lost in The Golden Land Myanmar

Cerita selanjutnya, Lost in Myanmar (2): Kyat, Longyi, Setir Kanan, dan Mingalabar, http://elitachoice.blogspot.com/2014/10/lost-in-myanmar-2-kyat-longyi-setir.html

1 komentar:

  1. mba mba mau tanya, seandainya di credit shell kita cuma 2jt, sedang kita mau beli tiket yang totalnya 3jt, apa bisa sisa 1jtnya pakai debit?

    BalasHapus

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena