a choice that change my life

Selasa, 21 Oktober 2014

Wandering in Karimun Jawa (4): Sun, Sand, Sea, and Smile


Pagi buta Kak Beatrix sudah ngetok-ngetok kamar dan bicara dengan semangat "Ayo kita ke view point Joko Tuwo!". Aku dan Putri membuka kamar sambil mengucek-ucek mata "Oke, jam setengah 7 ya," ungkapku. Sebelum berangkat, kami menyembunyikan jatah sarapan yang telah disediakan ke dalam kamar. Berdasar pengalaman, suku rambut panjang yang satu homestay dengan kami akan menyerbu ludes jatah piring, sendok, ikan, gelas, dan teh dalam sekejap mata.

Tanjakan bukit Joko Tuwo yang penuh dengan jambu monyet.
Kami bertiga berjalan kaki ke view point Joko Tuwo berdasarkan arah yang diterangkan oleh guide sehari sebelumnya. Kami melewati beberapa blok rumah penduduk, pasar, dan sekolah. Jalan ke 'Joko Tuwo' menanjak dan melewati sederetan hutan yang banyak pohon jambu monyetnya alias pohon kacang mente. Sekitar 15 menit berjalan kaki menanjak kami mulai ngos-ngosan. Perjalanan sedikit terbayar saat sampai ke Jabal Zahra Flower Hill. Nampaknya ini adalah taman diatas bukit yang belum sepenuhnya selesai. Pemandangan disekitar Karimun Jawa tampak jelas dari ketinggian. "Kayaknya ini kurang tinggi, ayuk lanjut ke Joko Tuwo," ujarku.
Putri dan aku di Jabal Zahro.
Kembang Jabal Zahro.
Pemandangan dari Jabal Zahro.
Jalan kaki dilanjutkan melewati puluhan anak tangga. Saat sudah hampir sampai puncak, kami melihat plang "Joko Tuwo" dan kerangka ikan berukuran raksasa. Oalaah Joko Tuwo itu ikan toh, konon ikan tersebut terdampar di bukit itu. Puncaknya, Voila! Kami melihat pemandangan pulau Karimun Jawa dari ketinggian. Atap dan cat rumah berwarna warni, lalu di pinggirnya terdapat garis pantai, dan beberapa kapal bersandar. Gradasi warna biru menyelubungi pulau menjangan besar yang terlihat dari kejauhan. Langit pagi yang cerah semakin membuat pemandangan itu sempurna. Saat kami kembali, tak lupa mencari spot tasbih raksasa yang berada di dekat kerangka Joko Tuwe. Konon batu yang yang digunakan untuk menyusun tasbih itu merupakan batu asli tanpa pahatan yang disusun seperti tasbih.

Kerangka ikan Joko Tuwo.
Pemandangan Karimun Jawa.
Putri dan tasbih raksasa.

Tur dimulai sekitar jam 9, kali ini rombongan akan berangkat ke pulau pulau yang lumayan jauh dari pulau utama Karimun Jawa. Ombaknya wuih jangan tanya lagi, kayak naik wahana gratisan kora-kora atau viking (wahana kapal yang maju mundur dengan ekstrim) bedanya ini dijalani selama 45 menit. Tambah lagi, kapal ini tidak hanya bergerak ekstrim depan belakang tapi juga samping kanan kiri dan membuatnya semakin horor. Aku yang anti mabuk duduk di depan melihat jelas gulungan ombak mengerikan. Ombaknya sekitar 2-3 meter menggulung kapal lalu menghempaskan air laut ke badanku. Peserta tur yang lain sudah melipir kebelakang dan ada yang tiduran karena mabuk.

Setelah terombang ambing selama 45 menit bajuku sudah basah kuyup terkena cipratan air. Dari kejauhan terlihat dua pulau kecil, peserta tur sudah menggumam syukur dan gelombang ombak sudah mulai mereda. Kapal berhenti di dekat pulau tengah. Tanpa babibu aku langsung melepas baju luar yang sudah basah, memakai peralatan snorkling, dan mencebur ke laut. Ternyata meski ombaknya kelihatan kecil tapi kalau sudah di laut ternyata ya lumayan juga gelombangnya. Karang-karang disini sama indahnya dengan spot snorkling sebelumnya. Ikannya juga sama banyaknya, sampai bosan ketemu ikan yang itu-itu aja, yang warna hitam,putih, biru. Terkadang terlihat juga ikan-ikan lucu lainnya, ada yang garis-garis warna warni, ada yang polkadot, dan ada juga ikan cucut. Guide kami membawakan sayur laut ke atas kapal, bentuknya bulat-bulat kecil dan menantang kami untuk mencobanya. Penasaran, aku makan saja beberapa butir sayur laut itu. Oke itu asin seperti makan upil cair.

by:wisatakita
by:wisatakita
Tempat berikutnya yang dituju adalah pulau kecil. Disini kami menghabiskan beberapa jam untuk mengintari pulau, foto, dibakarkan ikan, dan snorkling. Seperti namanya, pulau kecil adalah pulau yang kecil yang ditengahnya terdapat homestay dengan pemandangan sekeliling yang luar biasa. Aku dan Putri mengintari pulau dibawah teriknya matahari, menginjakkan kaki di pasir putih dan lembut. Lautan lagi-lagi memberikan gradasi cantik dengan background langit dan pulau lain. Sepanjang perjalanan entah sudah berapa puluh foto yang dihasilkan.





Dari kejauhan, asap bakaran ikan sudah terlihat mengepul. Sontak saja, aku dan Putri langsung menuju ke TKP ikan. Ikan bakar seukuran dua rentangan jari tangan orang dewasa terhidang didepanku.Rasanya? wuih mantaaaaaap level 20 maicih ga pakai pedes. Rasanya fresh, tanpa amis, gurih, ga mbelenger, dan sedikit manis. Mesti tanpa bumbu, ikan ini sudah enak dengan sendirinya. Ikan itu semakin lengkap dimakan sambil lihat pantai dan menikmati sepoi angin. Aku pikir ini lebih worth (berharga) dan lebih berkelas dibanding dengan makan di restoran bintang 5.




Setelah selesai makan, aku dan Putri berleha-leha di bawah pohon. Tur guide berkata bahwa snorkling di pulau itu adalah snorkling terakhir. Oke last moment, aku langsung mencelupkan diri ke lautan. Di sekitar pulau kecil terdapat banyak karang yang menjorok ke pantai. Jadi kalau tidak hati-hati bisa tergores karang. Asiknya kami bisa menyentuh karang karena mereka lebih dekat daripada spot snorkling yang lain.
by:wisatakita
Selanjutnya kapal kembali berlayar sekitar 45 menit ke pulau menjangan besar. Disana kami mengunjungi penangkaran ikan hiu. Penangkaran ini pernah kulihat di TV dan akhirnya bisa kukunjungi. Tanpa ragu, aku ke kolam ikan hiu dan melihat ikan tersebut berputar-putar disekitar kolam. Ikan hiu tidak menyerang kecuali ada bau amis seperti ikan dan darah mereka menjadi ganas. Cara  foto ikan hiu dengan cara memancing mereka ke dekat kita. Jadi di darat ada orang yang bawa pancingan dengan umpan ikan yang sudah mati di putar-putar disekitar kita sampai ikan hiu berkerumun dan klik!
Kecil di foto, besar aslinya.
Suku rambut panjang dan hiu.

Malamnya Aku, Putri, Kak Beatrix dan Geng UNAIR sepakat untuk makan seafood di alun-alun. Namun sebelum kesana, kami ke rumah guide karena katanya hp Deifa ditemukan oleh guide lain yang menyelam di spot itu (cerita di post sebelumnya http://elitachoice.blogspot.com/2014/09/wandering-in-karimun-jawa-3-pesona.html ). Ternyata hpnya tenggelam dan tersangkut di karang. Hp merk I-phone itu masih bisa berfungsi dengan baik. Lebih lanjut dan horor, ternyata hp itu merekam semua kejadian sebelum tenggelam, saat tenggelam, dan setelah tenggelam dengan durasi video sekitar 17 menit. Pertama-tama ada scene Deifa merekam pemndangan bawah laut, lalu gambar ga jelas, lalu hp tersebut tenggelam dan berputar-putar dalam air dan terlihat bagian bawah kapal. Di akhir video, kamera hp tersebut menghadap ke atas dan merekam pemandangan bawah laut, karang dan ikan-ikan yang lewat.


Malam itu kami makan lesehan di alun-alun dengan menu cumi, udang, dan kerang. Angin laut malam hari dan langit malam bertabur bintang cerah sungguh membuatku betah. Aku mengingat tur selama dua hari penuh sebelumnya. Matahari yang terik.Pasir putih yang lembut. Laut gradasi biru yang indah. Sungguh semuanya membuatku tersenyum, melupakan sejenak statusku yang pengagguran.

Sun, Sand, Sea, and Smile!!!

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan dikomen ya... ^^

© More Than a Choice, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena