Fotografi menjadi salah satu hobiku semenjak memiliki kamera DSLR Canon tingkat rendah yaitu Rebel T3/ D 1100. Aku berguru pada senior di sekolahku tentang fotografi. Aku belajar ilmu dasar seperti pengaturan aparture, focus, dan ISO sampai belajar teknik zoom, panning, long exposure, dan memberi filter alay 3 picture style macam instagram. Hampir tiap sore aku belajar cara memotret, objeknya pun bermacam-macam misalnya: bunga, nyambik, bagunan, langit, orang, bahkan kita pernah menculik cewek-cewek cantik dari Nepal sebagai model. Cukuplah predikat sebagai fotografer abal-abal untuk sekedar memotret rentetan perjalananku. Tak disangka ternyata kemampuan abal-abalku ini berguna saat berpetualang di Myanmar.
Hari keduaku di Bagan, aku sengaja memakai sarung layaknya longyi Myanmar (padahal aslinya sarung dari Laos) supaya bisa kelihatan membaur dengan orang lokal. Aku memakainya seadanya sambil mengingat bagaimana orang Laos memakai sarungnya. Sarung untuk wanita Laos modelnya memang cingkrang 3/4 atau 7/8 namun karena aku pendek sarung itu bisa jadi panjang. Bagian ujung sarung kuletakkan di bagian depan. Penampilanku yang berkerudung tapi bersarung/longyi sempat pertanyakan oleh staf hotel. "Where are you from?" tanyanya. "I am from Indonesia,"jawabku bangga. "Very nice," ujarnya.
|
Pakai sarung ^^ |
Hari itu kami (aku, Su Mon, dan Yan Naing) mengunjungi lima tempat, tentu saja pagoda -_- paling kalau kata orang Myanmar aku ini sudah tamat 'ziarah wali songo'.
1. Shwezigon Pagoda
"Su Mon, bukannya kita kemarin sudah mengunjungi pagoda ini?" tanyaku ."Iya memang sudah. Tapi ada kepercayaan kalau mengunjungi 4 pagoda termasuk ini maka akan mendapat berkah," jawabnya. Kriiik,,, yah namanya nebeng tur,aku bisa pasrah saja dan mencari objek untuk difoto lagi. Lah dapat teman di Myanmar saja udah untung, boleh nginep dobel untung, ditemenin jalan-jalan malah triple untung.
|
Biksu di Shwezigon Pagoda. |
2. Pagoda di Seberang Sungai
Aku tak tahu nama pagoda ini, kucari di internet pun tak ada karena pagoda ini tidak termasuk di wilayah Bagan. Kami turun dari mobil ke pinggiran sungai. "We will take the boat and across the river," ujar Su Mon. Su Mon juga memintaku agar hati-hati dan menyembunyikan diri saat di pinggiran sungai itu. Usut punya usut ternyata disana ada loket untuk wilayah Bagan. Ternyata turis asing harus membayar sekitar 25$ untuk memasuki pagoda dan wilayah di Bagan. Alhamdulillah hemat :p
|
Su Mon dan Yan Naing di pinggiran sungai Irrawarddy. |
|
Guci yang dikeringkan di pinggiran sungai. |
|
Aktivitas penduduk di pinggir sungai. |
Kami menyewa kapal untuk menyebrang sungai Irrawardy. Setelah itu kami menyewa jeep untuk menuju pagoda yang ternyata letaknya di puncak bukit. Sepanjang perjalanan terlihat perbukitan berwarna coklat dan debu yang pekat. Mengingatkanku pada jalan mau ke Bromo. Tentu saja Bromo lebih bagus, jangan tanya. Pesan moral:jangan lupa memakai masker karena banyak debu.
|
Pre wedding :p |
|
Pemandangan dari perahu. |
|
hallo. |
Pagoda kali ini sama halnya seperti pagoda lain yang berwarna emas. Keunikannya adalah pemandangan yang terlihat dari sana. Deretan perbukitan dan sungai. Aku mengelilinginya dan sesekali merasakan udara dingin khas dataran tinggi.
|
Jeep. |
|
Perjalanan. |
|
Pintu masuk ke pagoda. |
|
Pagoda di seberang sungai. |
|
Pemandangan dari pagoda. |
|
Pemandangan dari Pagoda. |
|
mini =_= |
|
pagar. |
|
Candid. |
3. Lakhananda Pagoda
Ini kali kedua aku mengunjunginya. Tapi aku sudah tak menanyakan alasan kenapa mengunjungi tempat ini lagi.
|
Jalan masuk ke lakhananda pagoda. |
Setelah dari Pagoda ketiga, kami menuju ke tempat pembuatan souvenir khas Myanmar yaitu Lacquerware. Souvenir ini terbuat dari kayu yang dibentuk dengan halus lalu dipernis sampai tebal, setelah itu dilukis pola khas Myanmar. Semua itu dilakukan secara manual. Souvenir ini cukup mahal harganya,ukuran sebesar piring bisa berharga ratusan ribu. Sayang rasanya kalau tidak beli,akhirnya aku memilih tempat cincin seharga 1.5$. Ternyata saat akan kubayar, Yan Naing malah membeyarnya katanya itu oleh-oleh buatku.
|
Pembuatan lacqueware. |
4. Pagoda di atas Bukit
Pagoda selanjutnya terletak di luar pusat kota tua Bagan.Pagoda ini terletak diatas bukit dan harus melewati jalanan yang terjal.
|
Pemandangan dari pagoda diatas bukit. |
|
Anak berthanaka di pagoda. |
|
Renovasi. |
|
Biksu perempuan. |
5. Dhammayan Gyi Pagoda
Menjelang sore,kami kembali ke pusat kota tua Bagan dan mengunjungi pagoda yang bentuknya menyerupai piramida.
|
Tampak depan Dhamman Gyi Pagoda. |
|
Mural di dinding dalam pagoda *ga kelihatan karena gelap. |
|
aku :p |
Sepanjang perjalanan aku merasa beberapa orang melihatku. Kali ini ada ibu yang berbicara padaku karena aku tak paham maka Su Mon yang membalasnya. "Ada apa?" tanyaku. "Katanya kamu memakai sarung terbalik, seharusnya ujungnya di belakang bukan di depan," ujarnya. Oalah pantesan dari tadi kok banyak orang yang lihat sarungku. Tanpa sungkan, aku langsung memutar sarungku."Like this?" tanyaku. "Better," jawab Su Mon.
Malam itu kami berjalan-jalan disekitar hotel untuk mencari makan malam. Su Mon dan Yan Naing berkata ayo makan enak malam itu dan memilih restoran dengan dekorasi bling-bling. Saat aku melihat menunya, wuih lumayan harganya. melihatku yang masih itung-itung Yan Naing berkata kalau makan malam kali ini mereka yang traktir. Lalu aku baru sadar bahwa mereka mentraktir semua jatah makanku, beberapa tiket masuk, dan souvenir.
"Kenapa kalian membayar semua makanku?"tanyaku. "Karena kami orang Myanmar, kami ingin menjamumu sebaik mungkin di negara ini," ujar Yan Naing. Wow...Seharusnya Yan Naing dan Su Mon menjadi duta pariwisata! "Lagipula kamu juga sudah memfoto kami dan lain kali kami akan pergi ke Indonesia,"ujar Su Mon.
Yeah come to Indonesia!!