Musem Genocide atau Killing Field ini terletak 15 km dari kota Phnom Penh. Sumpah ini adalah museum horor yang pertama kali kukunjungi. Bahkan saat aku menulis posting ini tengah malam sambil menggali informasi dan mencari foto dokumentasi tentang Museum ini, aku merinding sendiri. Apalagi tengkorak manusia masih kerap ditemukan setelah hujan. Museum ini juga tergolong baru karena diresmikan sekitar tahun 2005. Korban yang dibunuh disini antara 1975-1979.
Sejarah Kamboja Saat Rezim Pol Pot
Sejarah sedih rakyat Kamboja dimulai sejak adanya kekuasaan komunis dari Pol Pot. Penguasa kejam ini berkuasa tahun 1975-1979 dan membunuh 25% dari populasi Cambodian (orang Kamboja) yaitu sekitar 2 juta orang.
Pol Pot lahir pada tahun 1925 dari keluarga petani di Kamboja Tengah. Pada umur 20 tahun, dia mendapat beasiswa untuk sekolah di Paris jurusan radio elektronika. Lalu dia bergabung dengan paham Marxisme atau komunis sehingga dia gagal dan dikembalikan ke Kamboja. Saat itu, Kamboja telah memperoleh kemerdekaan yang diberikan oleh Prancis. Tahun 1962, Pol Pot menjadi ketua Partai Komunis Kamboja dan melarikan diri ke hutan karena diancam oleh Raja Kamboja- Norodom Sihanouk. Lalu dia menyusun kekuatan untuk menghancurkan pemerintahan Sihanouk.
Tahun 1970, Raja Sihanouk malah dihancurkan oleh kemiliteran US (United States/Amerika Serikat) dimana saat itu US juga menguasai Vietnam. Hal itu membuat Raja Sihanouk bersekutu dengan Pol Pot untuk menghancurkan kekuasaan US. Pada saat yang sama, US melancarkan serangan bom ke Vietnam. Masyarakat Vietnam utara memilih bergabung dengan Pol Pot dan menetap di Kamboja.
Tahun 1975, US menarik pasukan dari Vietnam. Pemerintahan Kamboja sudah kehilangan kekuasaan karena korupsi dan dukungan. Kesempatan ini dimanfaatkan Pol Pot untuk menginvasi Phnom Penh dan mengambil alih kekuasaan.
Disinilah rezim Pol Pot yang radikal dimulai. Dia mengaplikasikan Revolusi Mao Zedong dari Komunis China untuk mendirikan negara agraris. "Great Leap Forward" ekonomi milik Mao dilakukan oleh Pol Pot termasuk membersihkan "musuh atau pemberontak" yang tidak menyetujui idenya. Pol Pot juga mengganti nama Kerajaan Kamboja menjadi Republik Demokrasi Kamboja. Dia menyatakan tahun awal kekuasaanya sebagai "Tahun Nol" dan "memurnikan" masyarakat. Pol Pot menghapus segala bentuk kapitalisme, budaya barat, kehidupan kota, agama dan pengaruh asing lalu memasukkan doktrin komunis ektrim.
Semua orang asing diusir, kedutaan besar ditutup, penggunaan bahasa asing dilarang, segala media ditutup, agama dilarang, pendidikan dihentikan, perawatan kesehatan dicabut. Kamboja tertutup dari dunia luar. Bahkan di Phnom Penh dua juta penduduk dievakuasi dibawah todongan senjata dan berjalan kaki ke pedesaan. Semua orang dievakuasi paksa untuk kerja rodi di pertanian. Mereka diminta meningkatkan hasil pertanian tiga kali lipat.
Jutaan orang Kamboja mulai sekarat dengan ulah Pol Pot. Mereka juga hanya diberi makan sekaleng beras (180 gr) per orang setiap dua hari. Hari kerja dimulai 04.00 sampai 10 malam. Semuanya diawasi oleh pengawas bersenjata Pol Pot dan mereka membunuh siapapun yang melakukan pelanggaran.
Di seluruh Kamboja dilakukan "pembersihan" terhadap orang berpendidikan, orang kaya, biksu, polisi, dokter, pengacara, guru, dan pejabat besrta keluarga mereka. Termasuk pendukung Pol Pot yang dicurigai membangkang juga dibunuh. Slogannya " Semua yang busuk harus dihilangkan".
Tuol Sleng, sekolah yang diubah menjadi penjara juga merupakan saksi dimana lebih dari 20.000 orang disiksa bahkan langsung dibunuh tanpa ditanya. Kelompok minoritas: Vietnam, China, dan Muslim juga diserang. Diperkirakan 50% orang China yang tinggal di kamboja tewas. Bahkan kaum muslim dipaksa memakan babi, siapapun yang menolak langsung tewas.
Tahun 1978, Vietnam meluncurkan serangan besara-besaran ke Kamboja untuk mempertahankan perbatasan mereka. Phnom Penh jatuh ke tangan pembelot Pol Pot. Pol Pot mundur sampai perbatasan Thailand dan bergerilya melawan pemerintahan Kamboja. Setelah bergerilya selama 17 tahun sampai 1990, dia kehilangan kekuasaan. tahun 1998, Pol Pot meninggal akibat serangan jantung sebelum dibawa ke pengadilan internasional. (sumber: http://www.historyplace.com/worldhistory/genocide/pol-pot.htm)
Choeung Ek, Tempat Pembantaian Massal
Mengunjungi museum ini, kita seolah menjadi saksi hidup pembantaian masa lampau. apalagi tempat dimana museum tersebut berdiri adalah tempat pembunuhan yang sesungguhnya. Museum ini hanya berupa tempat terbuka dengan tulisan alur 1-16 (aku lupa karena aku tidak membeli paket audio) dan dilengkapi dengan audio di setiap titiknya. Pengunjung serasa akan menjadi korban pembunuhan. Berikut ini tulisan di papan yang tertampang.
1. Masa-masa hukuman kegelapan. Disinilah tempat korban dari penjara Tuol Sleng tiba. Mereka diangkut dengan truk dan dieksekusi secepatnya setelah truk itu tiba. Angka orang yang di eksekusi semakin meningkat mencapai 300 orang per hari. Eksekutor yang gagal membunuh akan dibunuh di hari berikutnya. Mereka dibunuh dengan hukum pancung di ruang gelap bahkan sesama korban tidak bisa saling melihat.
Membaca ini saja sudah membuatku merinding. Apalagi kalau membayangkan disinilah dulu truknya berhenti.
2. Kantor Eksekutor (pembunuh). Disinilah berdiri kantor eksekutor. Mereka dilengkapi dengan peralatan elektronik untuk membaca tanda dan melangsungkan eksekusi.
Tambah merinding, untung saja aku tidak memesan paket audio. Apalagi saat kulihat di museumnya, setiap korban yang akan dibunuh dicatat dan catatanya masih ada hingga sekarang.
3. Tempat penyimpanan zat kimia. Disinilah tempat penyimpanan zat kimia seperti DDT dsb. Eksekutors melumurkan zat ini ke mayat untuk menghilangkan bau mayat dan juga membunuh apabila mayat tersebut masih hidup saat dikubur.
Jadi pembunuhan ini dilakukan secara rahasia saat rezim Pol Pot. Menakutkan juga tiba-tiba seperempat penduduknya hilang. Tapi tak ada yang menuntut, hal ini karena jika membunuh satu, maka satu keluarga juga dibunuh termasuk anak dan istrinya.
4. Konservasi Kanal. Kanal ini dibangun untuk melindungi kuburan dari banjir yang menyebabkan mayatnya keluar.
Kanal tersebut juga digunakan sebagai pembunuhan, langsung ditenggelamkan ek dalam kanal. Disekitar kanal terdapat tebu yang juga digunakan untuk membunuh.
5. Pohon Ajaib. Pohon ini digunakan untuk menggantungkan sound system. Bunyi lagu disetel keras untuk mengalahkan bunyi orang yang menjerit.
Horor banget!!Apalagi kalau lihat pohon itu masih berdiri kokoh.
6. Pohon Beracun
Entah apanya yang digunakan untuk membunuh, yang jelas menakutkan juga.
7. Pohon untuk Menggantung. Di sinilah kaki bayi digantung di dahan pohon lalu kepalanya dipukul sampai mati.
Spechless. Bahkan di audio di katakan jika memperhatikan pohon dengan lebih jelas, maka ditemukan bekas darah.
8. Tengkorak dan Gigi. Meski sudah dilakukan penggalian pada tahun 1980. Sampai saat ini masih ada tengkorak yang muncul ke permukaan terutama setelah banjir dan hujan.
9. Kuburan 166 tengkorak tanpa kepala
10. Kuburan bayi dan perempuan yang ditemukan telanjang.
11. Mohon tenang dan hormati korban yang terbunuh selama Rezim Pol Pot.
Pemberhentian terakhir adalah menara tengkorak. Menara ini digunakan untuk menghormati korban,didalamnya berisi tengkorak kepala yang telah diidentifikasi dan diawetkan. Sekian, aku sudah tak mampu menulis banyak karena ngeri. Silahkan datang sendiri ke lokasi.
(masih ngeri sendirian di kamar).